Kebijakan Rasionalisasi Harga Obat Generik

P r o f i l K e f a r m a s i a n d a n A l a t K e s e h a t a n T a h u n 2 0 1 1 10 Rasionalisasi harga obat generik dilakukan berdasarkan pertimbangan dan masukan dari Tim Evaluasi Harga Obat, yang beranggotakan para ahlipakar, akademisi, Lembaga Swadaya Masyarakat LSM, dan Pemerintah Kementerian Kesehatan dan Badan POM, mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi harga obat antara lain bea masuk bahan baku obat, tingkat inflasi, kenaikan harga bahan baku obat, dan kenaikan harga bahan bakar minyak BBM. Jumlah obat generik yang diatur Pemerintah senantiasa mengalami perubahan dari tahun ke tahun. Harga Eceran Tertinggi pada tahun 2008 diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 302MenkesSKIII2008 dengan daftar 455 item obat termasuk obat gigi dan alat kontrasepsi yang kemudian diubah dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.03.01Menkes146I2010 dimana terdapat pengurangan pada item dengan kategori obat gigi dan alat kontrasepsi sehingga berjumlah 453 item obat. Perbedaan juga terlihat pada harga yang diatur yakni dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 302MenkesSKIII2008, harga HET yang dicantumkan adalah harga per satuan terkecil obat, sementara pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.03.01Menkes146I2010, harga HET yang dicantumkan adalah harga per kemasan dan bukan dalam satuan terkecil obat. Kemudian pada tahun 2011 Pemerintah kembali melakukan rasionalisasi harga obat generik dan ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 632MenkesSKIII2011 tentang Harga Eceran Tertinggi HET Obat Generik Tahun 2011 yang berjumlah 499 item. Rasionalisasi harga P r o f i l K e f a r m a s i a n d a n A l a t K e s e h a t a n T a h u n 2 0 1 1 11 obat generik yang dilakukan berupa penurunan, harga tidak berubah, kenaikan harga ataupun penambahan item obat dengan kemasan baru atau merupakan item yang baru atau item obat dikeluarkan dari daftar item obat generik. PERUBAHAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG HARGA ECERAN TERTINGGI HET OBAT GENERIK Kepmenkes RI Nomor 632MenkesSKIII2011 HET HARGA PENGADAAN Turun harga 14 24 Tetap 230 Naik harga 430 176 Kemasan baru 30 30 Item baru 26 26 Item keluar 9 23 Tabel 1. Perubahan Harga Obat Generik yang ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kesehatan RI tahun 2011

2. Penyediaan Obat, Perbekalan Kesehatan dan Vaksin

Program peningkatan ketersediaan obat dan vaksin dilaksanakan sebagaimana amanat yang juga tertuang dalam Instruksi Presiden Inpres No. 3 Tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan. Obat dan vaksin adalah komoditi kesehatan yang menjadi salah satu kebutuhan dasar dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan merupakan barang publik yang perlu dijamin ketersediaannya dalam upaya pemenuhan pelayanan kesehatan. Ketersediaan obat dan vaksin didukung oleh industri farmasi, yang berjumlah 241 dan 95,44 berlokasi di pulau Jawa yang tersebar di Provinsi Banten 30, DKI P r o f i l K e f a r m a s i a n d a n A l a t K e s e h a t a n T a h u n 2 0 1 1 12 Jakarta 45, Jawa Barat87, Jawa Tengah 22, DI Yogyakarta 1 dan Jawa Timur 45. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan mengalokasikan anggaran untuk pembiayaan pengadaan obat, perbekalan kesehatan dan vaksin dengan mekanisme perhitungan kebutuhan obat, perbekalan kesehatan dan vaksin secara bottom- up yakni dengan memperhitungkan cakupan ketersediaan obat, perbekalan kesehatan dan vaksin terhadap jumlah penduduk miskin dan seluruh penduduk berdasarkan data Badan Pusat Statistik dengan nilai obat perkapita yang digunakan. Rencana Kebutuhan Obat RKO disusun untuk mendapatkan data kebutuhan obat mulai dari tingkat kabupatenkota yang direkapitulasi di tingkat provinsi dan diteruskan ke tingkat Pemerintah Pusat. Nilai alokasi dan realisasi pengadaan obat, perbekalan kesehatan dan vaksin pada tahun 2011 dapat dilihat pada tabel di bawah ini.