Data Tenaga Kefarmasian di Puskesmas

P r o f i l K e f a r m a s i a n d a n A l a t K e s e h a t a n T a h u n 2 0 1 1 76 farmasi yang terdiri dari Apoteker berjumlah 906 orang, S1 Farmasi berjumlah 479 orang, D3 farmasi berjumlah 2050 orang dan SAASMF sejumlah 2613 orang. Jumlah Tenaga Farmasi yang bekerja di Puskesmas paling banyak berada di Propinsi Jawa tengah dengan jumlah 677 orang dan Jawa Barat dengan jumlah 608 orang. Perbandingan jumlah tenaga farmasi di tiap-tiap propinsi dapat dilihat pada grafik dibawah ini Sumber : Pemutakhiran Data Ditjen Binfar dan Alkes, Kemenkes RI Tahun 2011 Gambar 40 Grafik SDM Kefarmasian yang Bekerja di Puskesmas Rincian jumlah tenaga kefarmasian yang bekerja di Puskesmas berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada table dibawah ini. P r o f i l K e f a r m a s i a n d a n A l a t K e s e h a t a n T a h u n 2 0 1 1 77 PROVINSI APOTEKER S1 FARMASI D3 FARMASI SAA SMF TOTAL Aceh 7 19 112 159 297 Sumut 22 15 137 211 385 Sumbar 24 13 120 172 329 Riau 21 5 61 52 139 Kepri 20 1 27 42 90 Jambi 16 8 122 79 225 Bengkulu 10 10 22 90 132 Sumsel 24 16 123 120 283 Babel 6 56 24 86 Lampung 19 19 60 31 129 DKI Jakarta 68 7 5 112 192 Jabar 94 35 104 375 608 Jateng 60 8 278 331 677 Yogya 15 1 35 97 148 Bali 17 3 26 113 159 NTB 35 4 20 62 121 NTT 14 29 115 49 207 Kalbar 4 40 13 57 Kalteng 31 9 50 28 118 Kalsel 50 2 61 221 334 Kaltim 46 10 60 86 202 Gorontalo 24 17 8 49 Sulteng 46 49 97 20 212 Sultra 45 50 80 35 210 Sulsel 110 88 173 37 408 Malut 26 32 18 10 86 Maluku 17 15 12 9 53 Papua Barat 25 9 8 21 63 Papua 10 2 20 14 46 Tabel 12. Jumlah Tenaga Kefarmasian yang Bekerja di Puskesmas P r o f i l K e f a r m a s i a n d a n A l a t K e s e h a t a n T a h u n 2 0 1 1 78

G. Sistem Pelaporan dan Perizinan Bidang Kefarmasian dan Alat

Kesehatan 1. Sistem Aplikasi Monitoring Ketersediaan Obat e-Logistic Untuk mendukung pelayanan kesehatan di sarana pelayanan kesehatan dasar maka sangat didukung ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan. Informasi ketersediaan obat secara real time memerlukan dukungan perangkat aplikasi dan jaringan yang sempurna disamping ketersediaan sumber daya lainnya. Dalam rangka mendukung ketersediaan tersebut maka Ditjen Binfar dan Alkes pada tahun 2011 telah merilis software e-logistic obat. Selain untuk tujuan seperti tersebut diatas software e-logistic dapat juga digunakan untuk mengetahui ketersediaan sumber daya di instalasi farmasi seperti sumber daya manusia, sarana dan prasarana, biaya operasional dan lain-lain yang sangat bermanfaat dalam menyusun profil setiap instalasi farmasi ProvKabKota.

2. Sistem Aplikasi E-Registration Alat Kesehatan

Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan mempunyai tugas dan fungsi pembinaan terhadap alat kesehatan dan PKRT yang beredar di masyarakat dengan tujuan tersedia dan terjangkaunya alat kesehatan yang aman bermutu dan bermanfaat. Tugas tersebut di laksanakan mulai kesehatan tersebut di produksi , di distribusikan , sampai bagaiman alat kesehatan tersebut di gunakan oleh masyarakat pengguna. Salah satu tugas dan fungsi Direktorat Bina Produksi dan Distribusi Alat Kesehatan adalah memberikan pelayanan sertifikasi sarana produksi dan distribusi alat kesehtan dan PKRTserta perizinan Alat Kesehatan dan PKRT. Hal ini merupakan salah satu P r o f i l K e f a r m a s i a n d a n A l a t K e s e h a t a n T a h u n 2 0 1 1 79 tahap Scanning awal terhadap keamanan mutu dan manfaat alkes dan PKRT sebelum di berikan izin untuk dapat di edarkan dan di gunakan di wilayah Indonesia. Dalam rangka melaksanakan pelayanan perizinan yang prima yang merupakan persyaratan dalam pelayanan public maka harus memiliki metode, tata cara, Tanggung jawab dan ketetapan waktu. Oleh karena itu salah satu strategi yang di lakukan adalah menerapkan System Registrasi berbasis Online Gambar 41. Web System Registrasi Alkes dan PKRT Online

3. Sistem Aplikasi E-Registration Napsor

Narkotika, Psikotopika dan Prekursor Farmasi merupakan komoditi yang peredarannya diawasi secara ketat, hanya oleh pemerintah Indonesia tapi oleh lembaga Internasional yaitu INCB International Narcotic Control Board, mulai dari proses importasi, produksi, distribusi dan penggunaan di sarana kesehatan. Khusus untuk proses imporekspor, sesuai dengan amanah Undang-Undang No 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika, Undang-