Penilaian tenaga kefarmasian pengelola obat berprestasi

P r o f i l K e f a r m a s i a n d a n A l a t K e s e h a t a n T a h u n 2 0 1 1 34

C. Peningkatan Pelayanan Kefarmasian

Pelayanan kefarmasian di rumah sakit merupakan bagian integral yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi pada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat termasuk pelayanan farmasi klinik. Apoteker khususnya yang bekerja di rumah sakit saat ini juga dituntut untuk merealisasikan perubahan paradigma pelayanan kefarmasian dari orientasi produk menjadi orientasi pasien. Untuk dapat merealisasikan hal tersebut Apoteker harus dapat memberikan pelayanan kefarmasian yang simultan dan komprehensif baik yang bersifat manajerial maupun klinik untuk dapat memastikan bahwa obat yang diberikan kepada pasien telah memenuhi prinsip penggunaan obat rasional.

1. Instalasi Farmasi Rumah sakit Pemerintah yang Melaksanakan

Pelayanan Kefarmasian Sesuai Standar Sesuai dengan Indikator Renstra Kemenkes 2010-2014, Presentase Instalasi Farmasi Rumah sakit IFRS pemerintah yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar mempunyai target sebesar 30 di tahun 2011. Realisasi dari capaian indikator tersebut adalah 30,33 atau sejumlah 165 Rumah Sakit dari jumlah rumah sakit milik pemerintah seluruh Indonesia sebanyak 544 Rumah Sakit data SIRS tahun 2010. P r o f i l K e f a r m a s i a n d a n A l a t K e s e h a t a n T a h u n 2 0 1 1 35 Gambar 15. .Capaian Indikator Instalasi Farmasi Rumah Sakit Pemerintah yang Melaksanakan Pelayanan Kefarmasian Sesuai Standar. Direktorat Bina Pelayanan Kefarmasian telah melakukan berbagai upaya dalam rangka peningkatan mutu dan pelaksanaan pelayanan kefarmasian sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1197MenkesSKX2004 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit antara lain pada tahun 2006 Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik telah membuat pilot project Pelayanan Informasi Obat pada 3 tiga rumah sakit di Provinsi Bengkulu, Jawa Barat dan Nusa Tenggara Timur. Pada tahun 2008-2009 berkerjasama dengan Japan International Cooperation Agency JICA dan The Australian Agency for International Development AUSAID Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik melanjutkan pilot project Pelayanan Informasi Obat pada 40 empat puluh Rumah Sakit di 33 tiga puluh tiga Provinsi yang kemudian dilanjutkan dengan Pilot Project Pelayanan Farmasi Klinik pada tahun 2009. grafik intervensi sampai tahun 2009 0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 2010 2011 25,00 30,00 25,30 30,33 Target Realisasi