Biaya Operasional Pengelolaan Obat Publik Dan Perbekalan Kesehatan

P r o f i l K e f a r m a s i a n d a n A l a t K e s e h a t a n T a h u n 2 0 1 1 33 biaya operasional Instalasi Farmasi untuk pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan. Biaya operasional ini digunakan untuk biaya pemeliharaan, biaya distribusi dan biaya lain-lain. Bila dibandingkan tahun 2010 terdapat penurunan jumlah KabKota yang mengalokasikan biaya operasional untuk Instalasi Farmasi sekitar 10 329 KabKota mengalokasikan biaya operasional. Hal ini disebabkan oleh kurangnya perhatian pemerintah daerah terhadap pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan yang hanya dianggap sebagai penunjang dalam pelayanan kesehatan.

10. Penilaian tenaga kefarmasian pengelola obat berprestasi

ProvKabKota Untuk menimbulkan maupun meningkatkan kemauan pengelola obat di Dinas Kesehatan ProvKabKota serta meningkatkan kemampuan dan profesionalismenya maka perlu diberikan suatu penghargaan reward secara nasional. Pada tahun 2011, Ditjen Binfar dan Alkes telah memulai memberikan reward kepada pengelola obat berprestasi tingkat nasional dari Dinkes ProvinsiKabKota. Penilaian yang dilakukan menyangkut beberapa aspek antara lain aspek penguasaan kompetensi termasuk kepribadian, aspek kemampuan di bidang pengelolaan obat, aspek kesiapan institusi dan pengembangan diri. Dengan adanya penghargaan ini diharapkan dapat memberikan motivasi bagi instalasi farmasi lainnya yang belum mendapat penghargaan sehingga di kemudian hari akan berusaha lebih giat dalam meningkatkan kemampuan pribadi dan institusi instalasi farmasi. P r o f i l K e f a r m a s i a n d a n A l a t K e s e h a t a n T a h u n 2 0 1 1 34

C. Peningkatan Pelayanan Kefarmasian

Pelayanan kefarmasian di rumah sakit merupakan bagian integral yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi pada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu dan terjangkau bagi semua lapisan masyarakat termasuk pelayanan farmasi klinik. Apoteker khususnya yang bekerja di rumah sakit saat ini juga dituntut untuk merealisasikan perubahan paradigma pelayanan kefarmasian dari orientasi produk menjadi orientasi pasien. Untuk dapat merealisasikan hal tersebut Apoteker harus dapat memberikan pelayanan kefarmasian yang simultan dan komprehensif baik yang bersifat manajerial maupun klinik untuk dapat memastikan bahwa obat yang diberikan kepada pasien telah memenuhi prinsip penggunaan obat rasional.

1. Instalasi Farmasi Rumah sakit Pemerintah yang Melaksanakan

Pelayanan Kefarmasian Sesuai Standar Sesuai dengan Indikator Renstra Kemenkes 2010-2014, Presentase Instalasi Farmasi Rumah sakit IFRS pemerintah yang melaksanakan pelayanan kefarmasian sesuai standar mempunyai target sebesar 30 di tahun 2011. Realisasi dari capaian indikator tersebut adalah 30,33 atau sejumlah 165 Rumah Sakit dari jumlah rumah sakit milik pemerintah seluruh Indonesia sebanyak 544 Rumah Sakit data SIRS tahun 2010.