132
1. Tentang Pemahaman
Overmacht.
Secara mendasar pemahaman overmacht dapat dicermati dari Pasal 1244 Kitab Undang Undang Hukum Perdata yang menyatakan demikian :
Debitur harus dihukum untuk mengganti biaya, kerugian dan bunga, bila ia tak dapat membuktikan bahwa tidak dilaksanakannya perikatan itu atau tidak
tepatnya waktu dalam melaksanakan perikatan itu disebabkan oleh suatu hal yang tak terduga, yang tak dapat dipertanggungkan kepadanya, walaupun
tidak ada itikad buruk padanya.
dan Pasal 1245 Kitab Undang Undang Hukum Perdata yang di dalamnya menyatakan:
Tidak ada penggantian biaya, kerugian dan bunga, bila karena keadaan memaksa atau karena hal yang menjadi kebetulan, debitur terhalang untuk
memberikan atau berbuat sesuatu yang diwajibkan, atau melakukan suatu perbuatan yang terlarang baginya.
Terhadap kedua pasal tersebut maka dapat diindentifikasi beberapa hal pokok mengenai overmacht adalah sebagai berikut :
i Adanya suatu peristiwa yang tak diduga-duga;
ii Adanya suatu keadaan yang memaksa;
iii Debitur terhalang memenuhi prestasi oleh sebab peristiwa dan keadaan tersebut;
iv Debitur harus mampu membuktikannya;
yang oleh Subekti mengenai pokok-pokok dalam definisi overmacht tersebut
ditambahkan dengan kejadian yang tak disengaja dan terhadap kejadian tersebut tak dapat dipertanggung jawabkan
kepada debitur.
261
261
Ibid, hlm. 62
Universitas Sumatera Utara
133
Mengenai unsur “kejadian yang tak disengaja” dapat pula diartikan bahwa atas terjadinya overmacht tersebut bukan disebabkan oleh adanya kesalahan dari
pihak debitur, yakni suatu kesalahan schuld yang mengandung tindakan-tindakan yang tidak dilandasi oleh itikad baik maupun tidak bertindak “als een goed
huisvader”.
262
Untuk selanjutnya perlu untuk diterangkan bahwa yang dimaksudkan dengan “suatu hal atau peristiwa yang tak diduga-duga” adalah termasuk
pula suatu keadaan yang tidak dapat diketahui pada waktu perjanjian tersebut dibuat, setidak-
tidaknya tidak dipikul resikonya oleh si debitur.
263
Selain kedua pasal tersebut di atas, mengenai overmacht juga terkandung dalam Pasal 1444 Kitab Undang Undang Hukum Perdata berikut ini :
i Jika barang tertentu yang menjadi pokok suatu persetujuan musnah, tak dapat diperdagangkan, atau hilang hingga tak diketahui sama sekali apakah
barang itu masih ada atau tidak, maka hapuslah perikatannya, asal barang itu musnah atau hilang di luar kesalahan debitur dan sebelum ia lalai
menyerahkannya.
ii Bahkan meskipun debitur lalai menyerahkan suatu barang, yang sebelumnya tidak ditanggung terhadap kejadian-kejadian yang tak terduga, perikatan
tetap hapus jika barang itu akan musnah juga dengan cara yang sama di tangan kreditur, seandainya barang tersebut sudah diserahkan kepadanya.
iii Debitur diwajibkan
membuktikan kejadian
tak terduga
yang dikemukakannya.
iv Dengan cara bagaimananpun suatu barang hilang atau musnah, orang yang mengambil barang itu sekali-kali tidak bebas dari kewajiban untuk
mengganti harga;
dan Pasal 1445 yang di dalamnya mengatur sebagai berikut :
262
R. Soetojo Prawirohamidjojo dan Marthalena Pohan, Op. Cit, hlm. 54.
263
Subekti, Pokok Pokok Hukum Perdata, Op. Cit, hlm. 99.
Universitas Sumatera Utara
134
Jika barang yang terutang musnah, tak lagi dapat diperdagangkan, atau hilang di luar kesalahan debitur, maka debitur, jika ia mempunyai hak atau
tuntutan ganti rugi mengenai barang tersebut, diwajibkan memberikan hak dan tuntutan tersebut kepada kreditur.
yang dengan demikian selain hal-hal pokok yang disebutkan di atas, melalui kedua pasal terakhir ini dapat ditambahkan beberapa hal pokok yang menyebabkan
terjadinya overmacht yakni, Punahnya benda, Keluar dari perdagangan buiten de handel, dan Hilangnya barang verloren gaan der zaak.
264
Dengan demikian dapat diformulasikan melalui pokok-pokok pemahaman dibawah ini tentang overmacht yakni sebagai berikut :
i Overmacht adalah suatu peristiwa yang tak diduga-duga terjadinya yang menimbulkan keadaan yang memaksa bagi debitur untuk tak memenuhi
prestasinya, serta menjadi terhalang ketika akan melaksanakan prestasinya. ii Overmacht adalah dapat juga menyangkut suatu peristiwa atau tentang suatu
keadaan yang tidak dapat diketahui dan diprediksikan akan terjadi pada saat perjanjian tersebut dibuat.
iii Overmacht adalah dapat terjadi karena adanya kesalahan debitur dalam menunaikan kewajiban dalam perjanjian dengan bertindak tanpa itikad baik
dan bertindak tanpa “als een goed huisvader”. iv Overmacht dapat terjadi oleh sebab musnahnya barang pokok perjanjian
termasuk karena barang tidak dapat lagi diperdagangkan yang mana terjadi bukan karena kesalahan pihak debitur.
264
R. Soetojo Prawirohamidjojo dan Marthalena Pohan, Op. Cit, hlm. 55.
Universitas Sumatera Utara
135
v Keadaan Overmacht dapat membebaskan debitur dari pertanggung jawaban kegagalan pemenuhan prestasi.
vi Keadaan overmacht akan memiliki kekuatan hukum jika debitur mampu membuktikan bahwa peristiwa tersebut sebagai fakta hukum bagi dirinya.
Selanjutnya terhadap peristiwa sebagai sumber lahirnya keadaan overmacht menurut Koesoemadi dapat diperinci sebagaimana berikut :
265
i Peristiwa yang terjadi karena keadaan alam. Keadaan memaksa yang disebabkan oleh suatu peristiwa alam yang tidak
dapat diduga dan dihindari oleh setiap orang karena bersifat alamiah tanpa unsur kesengajaan. Sebagai contoh : banjir, tanah longsor, gempa bumi,
badai, gunung meletus, dan sebagainya. ii Peristiwa yang terjadi karena keadaan darurat.
Keadaan memaksa yang ditimbulkan oleh situasi atau kondisi yang tidak wajar,
keadaan khusus yang bersifat segera dan berlangsung dengan singkat, tanpa dapat diprediksi sebelumnya. Sebagai contoh : peperangan,
blokade militer ataupun ekonomi, pemogokan, epidemi, terorisme, ledakan, kerusuhan massa, termasuk di dalamnya adanya kerusakan suatu alat yang
menyebabkan tidak terpenuhinya suatu perikatan. iii Peristiwa yang terjadi karena kebijakan atau peraturan pemerintah.
265
Rahmat SS. Soemadipradja, Penjelasan Hukum Tentang Keadaan Memaksa : Syarat- syarat Pembatalan Perjanjian Yang Disebabkan Keadaan Memaksa Force Majeure, Jakarta :
Penerbit Nasional Legal Reform Program, 2010, hlm. 9.
Universitas Sumatera Utara
136
Keadaan memaksa yang disebabkan oleh suatu keadaan dimana terjadi perubahan
kebijakan pemerintah
atau hapus
atau dikeluarkannya
kebijakan yang baru, yang berdampak pada kegiatan yang sedang berlangsung. Sebagai contoh : terbitnya suatu peraturan pemerintah pusat
maupun daerah yang menyebabkan suatu obyek perjanjian menjadi tak mungkin untuk dilaksanakan.
Terkait dengan perjanjian tentang jual beli bahan bakar minyak, jika seandainya dalam perjanjian jual beli bahan bakar minyak antara PT. Prayasa
Indomitra Sarana dengan PT. Buma Niaga Perkasa tidak disepakati mengenai kemungkinan keadaan overmacht, para pihak akan tetap dapat mempergunakan
keadaan overmacht tersebut sebagai alasan yang “halal” untuk melepaskan tanggung jawab terhadap kegagalan pemenuhan prestasi sebagaimana hukum memberikan
penghargaan yang
sama kepada
debitur untuk
mempertahankan hak-hak
kontraktualnya dengan mengajukan eksepsi yang salah satunya sebagaimana diatur dalam Pasal 1244, 1245, 1444 dan Pasal 1445 Kitab Undang Undang Hukum
Perdata.
266
2. Akibat Hukum