Penundaan Daya Kerja Perikatan Hukum Pada Perjanjian Jual Beli Bahan

77

4. Penundaan Daya Kerja Perikatan Hukum Pada Perjanjian Jual Beli Bahan

Bakar Minyak. Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, Perjanjian Jual Beli Bahan Bakar Minyak antara PT. Prayasa Indomitra Sarana dan PT. Buma Niaga Perkasa adalah perjanjian yang perikatan hukumnya mengalami penundaan sampai dengan terjadinya peristiwa yang disyaratkan ada, maka kemudian menjadi sebuah pertanyaan yang cukup kritis yakni, bilamana sebenarnya perjanjian tersebut dilahirkan. Seperti yang diketahui, pada tanggal 3 Agustus 2011, PT. Buma Niaga Perkasa menyampaikan order pembelian bahan bakar minyak jenis high speed diesel kepada PT. Prayasa Indomitra Sarana, dan terhadap pemesanan tersebut selain jenis barang yang dipesan juga dinformasikan mengenai beberapa hal sebagai berikut : 167 a Jumlah barang yang dipesan; b Harga barang yang dipesan; c Tempat penyerahan barang; d Syarat pembayaran; e Prosedur penyerahan barang dengan menggunakan sistem Cost Insurance Freight; Dengan dilakukannya perbuatan hukum tersebut maka peristiwa yang disyaratkan dalam perjanjian telah terjadi, dalam arti momentum terpenuhinya unsur essentialia dalam perjanjian jual beli adalah ketika daya kerja perikatan hukum dari 167 Order Pembelian Bahan Bakar Minyak Jenis High Speed Diesel, Nomor 00003, Tertanggal 3 Agustus 2011, dari PT. Buma Niaga Perkasa Kepada PT. Prayasa Indomitra Sarana Lampiran 2. Universitas Sumatera Utara 78 perjanjian jual beli bahan bakar minyak telah diwujudkan dengan sempurna oleh perbuatan hukum tersebut. Apabila rangkaian perbuatan hukum di atas dikaitkan dengan perbuatan- perbuatan hukum yang sebelumnya dilakukan, maka nampaknya proses yang dimaksud Pasal 1457 dan Pasal 1458 Kitab Undang Undang Hukum Perdata telah sempurna dituntaskan ketika PT. Prayasa Indomitra Sarana menerima purchase order dari PT. Buma Niaga Perkasa, bukan pada saat ditandatanganinya perjanjian tertulis tentang jual beli tersebut. Akan tetapi seharusnya penetapan syarat dengan ketetapan waktu dalam perjanjian tersebut dipahami sebagai “penundaan akibat hukum perjanjian” bukan sebagai “momentum awal berlakunya perjanjian”, karena ketetapan waktu memiliki sifat untuk menangguhkan, memutuskan atau bahkan mengakhiri daya kerja perikatan dari suatu perjanjian, 168 Perjanjian yang didalamnya ditetapkan mengenai syarat yang melahirkan perikatan hukum dengan ketentuan waktu, pada prinsipnya perjanjiannya sudah lahir pada saat ditutup, tetapi daya kerja dari perikatan yang lahir daripadanya ditangguhkan sampai terpenuhinya peristiwa yang disyaratkan. 169 Pandangan tersebut di atas sekaligus juga menegaskan, bahwa unsur essentialia dari perjanjian jual beli telah terpenuhi pada waktu perjanjian tersebut ditutup, karena pada dasarnya kesepakatan mengenai harga barang telah tercapai pada 168 Mariam Darus Badrulzaman dkk., Kompilasi Hukum Perikatan, Bandung : Penerbit Citra Aditya Bakti, 2001, hlm. 45. 169 J. Satrio, Hukum Perikatan : Perikatan Pada Umumnya, Op. Cit, hlm. 311 Universitas Sumatera Utara 79 saat itu. Meskipun harga barang tidak disebutkan, secara prinsip para pihak telah bersepakat mengenai harga yang berlaku – yang ditentukan oleh PT. Pertamina – saat perjanjian ditandatangani oleh para pihak, termasuk jika terdapat kenaikan ataupun penurunan harga barang saat pihak pembeli melakukan pemesanan barang. Proses yang terjadi kemudian terhadap perjanjian jual beli tersebut adalah penegasan mengenai kesepakatan tentang harga barang berdasarkan harga yang ditentukan oleh pihak ketiga – harga yang dapat berubah atau tetap seperti saat perjanjian ditandatangani – berdasarkan surat pemesanan barang, dan momentum terbitnya surat pemesanan barang tersebut adalah sebagai dasar bagi perikatan hukum dalam perjanjian untuk memiliki daya kerjanya secara sempurna. Pada akhirnya memang dapat diambil satu konklusi bahwa momentum lahirnya perjanjian jual beli antara PT. Prayasa Indomitra Sarana dengan PT. Buma Niaga Perkasa adalah tetap saat perjanjian ditandatangani yakni pada tanggal 28 Juli 2011, dengan kondisi perjanjian baru memiliki daya kerjanya adalah ketika purchase order diterbitkan oleh pihak pembeli, yakni pada tanggal 3 Agustus 2011.

D. Kausa Yang Halal Di Dalam Perjanjian Jual Beli Bahan Bakar Minyak.

Mengenai kausa tersebut dapat mulai dipahami dari ketentuan Pasal 1335 Kitab Undang Undang Hukum Perdata yang menyatakan bahwa, “Suatu persetujuan tanpa sebab, atau yang telah dibuat karena sesuatu sebab yang palsu atau terlarang, tidak mempunyai kekuatan”. Mengenai pemahaman “sebab yang terlarang” tersebut dapat dilihat di dalam ketentuan Pasal 1337 Kitab Undang Undang Hukum Perdata yang menyatakan bahwa, “suatu sebab adalah terlarang, apabila dilarang oleh Universitas Sumatera Utara 80 undang-undang, atau apabila berlawananan dengan kesusilaan baik atau ketertiban umum”. Terhadap ketentuan di dalam kedua pasal tersebut dapat dinyatakan bahwa suatu perjanjian “dapat diberi sanksi batal demi hukum” 170 apabila perjanjian tersebut dalam keadaan sebagai berikut : 171 Tidak mempunyai kausa; Kausanya palsu; Kausanya bertentangan dengan undang-undang; Kausanya bertentangan dengan kesusilaan; dan Kausanya bertentangan dengan ketertiban umum.

1. Perjanjian Tanpa Kausa Dan Kausanya Palsu