Tehnik Pengumpulan Data Analisis Data.

25 ensiklopedia, majalah, surat kabar dan jurnal-jurnal, serta laporan-laporan ilmiah yang akan dianalisis dengan tujuan untuk lebih memahami dalam penelitian ini.

4. Tehnik Pengumpulan Data

. Untuk memperoleh data yang relevan dengan permasalahan yang diteliti, dikaitkan dengan jenis penelitian hukum yang bersifat normatif, maka tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui penelitian kepustakaan library research yakni upaya untuk memperoleh data dari penelusuran literatur kepustakaan, peraturan perundang-undangan, majalah, koran, artikel dan sumber lainnya yang relevan dengan penelitian ini. Selain dari tehnik pengumpulan data tersebut di atas juga akan dilakukan wawancara dengan para pihak yang terkait sebagai informasi, untuk kepentingan informasi pelengkap menyangkut peristiwa hukum konkrit yang menjadi obyek penelitian, dan sepanjang memang diperlukan dalam penelitian ini.

5. Analisis Data.

Analisis data adalah merupakan sebuah proses mengorganisasi dan mengurutkan data ke dalam pola kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan. Analisis data yang digunakan adalah secara deskriptif kualitatif. Analisa data dilakukan setelah diadakan terlebih dahulu pemeriksaan, pengelompokkan, pengolahan dan evaluasi sehingga diketahui rehabilitas data tersebut, lalu dianalisis secara kualitatif dengan mempelajari seluruh jawaban, kemudian dilakukan Universitas Sumatera Utara 26 pembahasan untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Dengan demikian kegiatan analisis data ini diharapkan akan dapat memberikan kesimpulan dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang benar dan akurat serta dapat direpresentasikan dalam bentuk deskriptif. 54 54 Ibid, hlm. 10. Universitas Sumatera Utara 27

BAB II KAJIAN TERHADAP KEABSAHAN PERJANJIAN JUAL BELI BAHAN

BAKAR MINYAK ANTARA PT. PRAYASA INDOMITRA SARANA DENGAN PT. BUMA NIAGA PERKASA

A. Kecakapan Bertindak dan Kewenangan Hukum Subyek Perjanjian.

Sebagai badan usaha yang didirikan melalui Akta Pendirian Perseroan Terbatas nomor 23 yang diperbuat di hadapan Notaris Nani Fitriya, Sarjana Hukum, Magister Kenotariatan, di Batam dan telah mendapatkan pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia melalui Surat Keputusan nomor AHU- 0004247.AH.01.09 TH 2011 tertanggal 18 Agustus 2011, maka dengan demikian PT. Prayasa Indomitra Sarana secara sempurna dapat digolongkan sebagai Badan Hukum, yakni sebagai pembawa atau penyandang hak dan kewajiban dalam hubungan-hubungan hukum. 55 Hal ini sejalan dengan doktrin mengenai Badan Hukum yang mensyaratkan beberapa unsur untuk suatu badan usaha dapat digolongkan sebagai Badan Hukum, dan PT Prayasa Indomitra Sarana memang didirikan dengan memenuhi unsur-unsur tersebut yang antara lain : adanya harta kekayaan yang terpisah; mempunyai tujuan tertentu; mempunyai kepentingan sendiri; dan adanya organisasi yang teratur. 56 Pada dasarnya ketika PT Prayasa Indomitra Sarana didirikan sebagai badan usaha, pada saat yang sama telah terpenuhi dengan serta merta syarat mengenai 55 Jimly Asshiddiqie, Badan Hukum, http:www.jimly.compemikiran.view14, 6 Juni 2012. 56 R. Ali Rido, Hukum Dagang : Tentang Aspek-Aspek Hukum Dalam Asuransi Udara dan Perkembangan Perseroan Terbatas, Bandung : Penerbit Remadja Karya, 1984, hlm. 231. 27 Universitas Sumatera Utara 28 kecakapan hukum sebagai subyek perjanjian. Konklusi ini didasarkan pada dua hal, yang pertama adalah karena Badan Hukum dalam melakukan tindakannya memerlukan perantaraan natuurlijke persoon yang bertindak untuk dan atas pertanggungan-gugat badan hukum tersebut. 57 Hal yang kedua adalah, sebagaimana yang dinyatakan di dalam Pasal 7 ayat 1 Undang Undang nomor 40 Tahun 2007 bahwa Perseroan didirikan oleh 2 dua orang atau lebih dengan akta notaris, maka pada prinsipnya Perseroan Terbatas dapat dinyatakan sebagai suatu bentuk kesepakatan yang mengikat antara dua subyek hukum yang pada umumnya adalah dari golongan natuurlijkpersoon. Ketentuan dalam pasal tersebut menegaskan prinsip yang berlaku di dalam Perseroan Terbatas bahwa pada dasarnya Perseroan Terbatas adalah sebagai badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian, oleh karenanya memiliki lebih dari satu orang pemegang saham. 58 Keberadaan Perseroan Terbatas yang lahir dari sebuah perjanjian dan bertindak melalui perantaraan para natuurlijkepersoon pada kelanjutannya dapat dikorelasikan dengan kuat terhadap syarat kecakapan hukum sebagai subyek perjanjian, dalam arti jika Pasal 1320 Kitab Undang Undang Hukum Perdata mensyaratkan kecakapan hukum bagi subyek hukum natuurlijkepersoon untuk membuat perjanjian, maka dengan demikian syarat ini secara tidak langsung juga 57 _________, Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan, Koperasi, Yayasan, Wakaf, Bandung : Penerbit PT. Alumni Bandung, 2004, hlm. 15 58 Gunawan Widjaja, Hak Individu dan Kolektif Para Pemegang Saham., Jakarta : Penerbit Forum Sahabat, 2008, hlm. 101. Universitas Sumatera Utara 29 harus dipenuhi oleh subyek hukum rechtspersoon tersebut di atas melalui para pihak yang mendirikannya ataupun yang mewakilinya, yang dengan demikian dapat juga dinyatakan bahwa syarat kecakapan hukum bagi subyek perjanjian secara umum adalah serupa, yakni sebagaimana yang diisyaratkan oleh Pasal 1329 dan Pasal 1330 Kitab Undang Undang Hukum Perdata. Berbeda dengan kecakapan bertindak, tentang kewenangan hukum di dalamnya terdapat hal yang bersifat khusus yang berlaku terhadap subyek hukum yang bergantung kepada obyek perjanjian. Obyek perjanjian akan menentukan kapasitas dari subyek hukum untuk dapat secara sempurna membuat suatu perjanjian. Jika kecakapan hukum berkaitan dengan kedewasaan dari subyek hukum yang melakukan perbuatan hukum, masalah kewenangan hukum terkait erat dengan kapasitas subyek hukum tersebut yang bertindak dalam hukum. 59 Ketidakwenangan hukum lebih merujuk kepada ketidakmampuan khusus bijzondere ongeschiktheid, 60 yakni suatu keadaan dimana undang undang menentukan, bahwa subyek hukum tertentu tidak wenang untuk melakukan tindakan hukum tertentu, meskipun pada azasnya mereka adalah subyek hukum yang cakap bertindak, tetapi untuk hal-hal khusus tertentu mereka dinyatakan tidak wenang. 61 Paparan tersebut di atas lebih lanjut dapat diperjelas dengan tegas bahwa tidak cakap adalah mereka yang pada umumnya tidak boleh menutup perjanjian, dan 59 Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, Perikatan Yang Lahir dari Perjanjian, Jakarta : Penerbit PT. Rajagrafindo Persada, 2003, hlm. 127. 60 Herlien Budiono, Asas Keseimbangan Bagi Hukum Perjanjian Indonesia : Hukum Perjanjian Berlandaskan Asas-Asas Wigati Indonesia, Bandung : Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, hlm. 113. 61 J. Satrio, Hukum Perjanjian, Op Cit. hlm. 287 Universitas Sumatera Utara 30 sebaliknya tidak wenang dapat dipahami sebagai, mereka yang oleh undang-undang dilarang menutup perjanjian-perjanjian tertentu. 62 Sehingga dengan demikian secara a contrario dapat dinyatakan, ketika PT. Prayasa Indomitra Sarana akan membuat perjanjian jual beli bahan bakar minyak, maka selaku subyek hukum harus mampu untuk menempatkan dirinya pada keadaan yang dapat dinyatakan wenang secara hukum, yakni dengan tunduk kepada ketentuan perundang-undangan tentang perniagaan minyak dan gas bumi dengan memenuhi segala sesuatu yang menjadi persyaratannya.

1. Syarat Kewenangan Hukum Menurut Regulasi Perniagaan Bahan Bakar