89
tertentu di dalam perjanjian dengan tidak mengesampingkan unsur essentialia
di dalamnya. Sebagai contoh ketika para pihak sepakat menyatakan : “Menyimpang dari
apa yang ditetapkan dalam Pasal 1476 Kitab Undang Undang Hukum Perdata, para
pihak sepakat sepakat untuk menetapkan bahwa biaya pengiriman obyek
perjanjian ditanggung oleh pembeli sepenuhnya”.
190
Ketentuan di dalam Pasal 1476 yang dicontohkan tersebut pada intinya adalah unsur naturalia di dalam perjanjian jual beli yakni unsur yang merupakan
sifat bawaan natuur perjanjian sehingga secara diam-diam melekat pada perjanjian.
191
Sehingga dengan demikian ketika para pihak tidak mengatur sendiri di dalam perjanjian jual beli, ketentuan perundang-undangan tentang perjanjian tersebut akan
berlaku.
192
2. Masa Berlakunya Perjanjian Jual Beli Bahan Bakar Minyak.
Kembali kepada Azas Kebebasan Berkontrak, di dalam perjanjian jual beli dapat pula disepakati dengan durasi masa berlaku yang panjang dalam kurun
waktu tertentu. Hal mana juga menjadi kesepakatan di dalam Perjanjian Jual Beli Bahan Bakar Minyak Nomor : 01-01SP-DIRPRAYASA-BNPVIII2011 tersebut
di atas, pada Pasal 2 perjanjian tersebut disepakati mengenai jangka waktu perjanjian yakni untuk selama 6 enam bulan.
190
Ibid. hlm. 60
191
Mariam Darus Badrulzaman, KUH Perdata Buku III : Hukum Perikatan Dengan
Penjelasan, Bandung : Penerbit PT. Alumni, 2011, hlm. 99
192
Herlien Budiono, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di Bidang
Kenotariatan, Op. Cit., hlm. 70.
Universitas Sumatera Utara
90
Masa berlakunyanya perjanjian tersebut memberikan suatu rentang waktu yang mengikat para pihak untuk saling menunaikan hak dan kewajibannya, dan
tujuan dari penetapan masa berlaku perjanjian tersebut pada kenyataannya tidak tercapai sebagaimana seharusnya, dikarenakan di dalam perjanjian tersebut terdapat
beberapa persoalan yang membuat masa berlakunya perjanjian tersebut tidak lagi relevan dengan penuntasan prestasi para pihak.
Di dalam perjanjian tersebut disepakati mengenai jual beli bahan bakar minyak dalam kurun waktu 6 enam bulan, namun demikian tidak secara tegas
mengatur tentang berapa kali seharusnya frekwensi transaksi jual beli bahan bakar minyak baca : pemesanan barang dan pengiriman barang selama masa berlakunya
perjanjian. Sehingga dengan demikian prestasi yang wajib ditunaikan tidak lagi relevan dengan masa berlakunya perjanjian tersebut, dikarenakan para pihak bisa saja
melakukan sekali transaksi jual beli tanpa harus melakukannya kembali, transaksi mana hanya membutuhkan waktu paling lama satu bulan.
Pada saat para pihak telah menunaikan hak dan kewajibannya dalam transaksi jual beli tersebut, maka berikutnya tidak ada lagi kewajiban untuk kembali
melakukan transaksi jual beli bahan bakar minyak, sebagaimana yang akan dipaparkan mengenai masa berlakunya suatu perjanjian, bahwa
secara prinsip setiap perjanjian yang dilahirkan selalu menimbulkan suatu perikatan hukum,
yakni:
193
193
R. Soetojo Prawirohamidjojo dan Marthalena Pohan, Hukum Perikatan, Surabaya :
Penerbit PT. Bina Ilmu, 1984, hlm. 10
Universitas Sumatera Utara
91
suatu hubungan hukum antara suatu jumlah terbatas subject-subject hukum rechtssubjecten, oleh karena mana seorang atau beberapa orang dari mereka
debiteuren schuldenaren terhadap yang lain atau lain-lainnya crediteuren schuldeisers wajib melakukan suatu perbuatan tertentu dan yang lain berhak
atas perbuatan yang demikian dari para debiteur.
Terhadap perikatan hukum tersebut dapat hapus dan berakhir oleh hal dan sebab seperti yang disebutkan di dalam Pasal 1381 Kitab Undang Undang Hukum
Perdata. Keadaan hapusnya perikatan pada intinya adalah suatu keadaan mengenai
berakhirnya suatu keterikatan hukum para pihak pada perjanjian tertentu, keterikatan hukum
mana salah
satunya dapat
hapus oleh
suatu perbuatan hukum
“pembayaran”. Hapusnya perikatan oleh tindakan pembayaran dimaknai sebagai berikut :
194
Yang dimaksudkan oleh undang-undang dengan perkataan “pembayaran” ialah pelaksanaan atau pemenuhan tiap perjanjian secara suka rela, artinya
tidak dengan paksaan atau eksekusi. Jadi perkataan pembayaran itu oleh undang-undang tidak melulu ditujukan pada penyerahan uang saja, tetapi
penyerahan tiap barang menurut perjanjian, dinamakan pembayaran.
Pemahaman pembayaran tidaklah dimaknai secara sempit sebagai suatu pembayaran sejumlah uang, akan tetapi dipahami secara lebih luas sebagai setiap
tindakan pemenuhan prestasi, walau bagaimanapun sifat dan bentuk prestasi tersebut.
195
194
Subekti, Pokok Pokok Hukum Perdata, Jakarta : Penerbit PT. Intermasa, 2003, hlm. 100
195
Mariam Darus Badrulzaman, Op. Cit, hlm. 157.
Universitas Sumatera Utara
92
Untuk lebih memperkuat argumentasi tersebut di atas, maka perlu disampaikan mengenai pandangan yang sama mengenai pemahaman pembayaran
sebagaimana disampaikan berikut ini :
196
Sebenarnya undang-undang menggunakan kata “pembayaran” dalam arti yang luas, yaitu dalam artian memenuhi suatu janji. Tidak saja dalam arti pembeli
yang membayar harga pembelian. “Pembayaran” dalam arti tehnis yuridis mencakup juga penyerahan barang oleh penjual kepada pembeli. Sama halnya
dengan “pembayaran” yang harus dilakukan seorang dokter bedah yang harus diartikan sebagai janjinya untuk melaksanakan operasi kepada pasiennya.
Atas dasar hal tersebut, pada saat PT. Prayasa Indomitra Sarana menyerahkan bahan bakar minyak dan kemudian disusul oleh tindakan pembayaran atas harga
barang tersebut oleh PT. Buma Niaga Perkasa, maka dapat dikatakan bahwa pemenuhan prestasi telah sempurna diselesaikan, yakni suatu kondisi seperti yang
dimaksudkan oleh pemahaman “pembayaran” tersebut di atas. Atas rangkaian peristiwa hukum tersebut, dengan demikian dapat diyakini jika
tak ada satu alas hak apapun dengan norma-norma yang mendasarinya, untuk salah satu pihak menyatakan bahwa perjanjian jual beli masihlah berlaku
dan belum
berakhir, termasuk norma dalam perjanjian yang menyatakan masa berlakunya hingga 6 enam bulan – suatu masa yang masih berjalan ketika perjanjian jual beli
tersebut telah selesai dituntaskan – kecuali jika pihak pembeli kembali melakukan pemesanan barang, maka akan lahir kembali kewajiban-kewajiban para pihak
melakukan transaksi jual beli dan menuntaskannya-sebagai konswekuensi dari perjanjian jual beli dengan ketetapan waktu-Namun demikian hal ini pun tidak
196
Herlien Budiono, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di Bidang
Kenotariatan, Op. Cit., hlm. 168-169.
Universitas Sumatera Utara
93
memberikan argumentasi yang cukup jika prestasi yang wajib ditunaikan adalah relevan dengan masa berlakunya perjanjian.
3. Tentang Mekanisme Pembayaran Harga Barang.