Tujuan Penelitian Latar Belakang

10 3. Alternatif - alternatif strategi apa saja yang sesuai dengan kondisi perusahaan? Kondisi persaingan dalam industri gula rafinasi dalam negeri sangat mempengaruhi perkembangan PT. JMR sebagai salah satu perusahaan manufaktur swasta nasional yang bergerak dibidang industri gula rafinasi. Untuk menghadapi persaingan yang ketat dalam industri, perusahaan membutuhkan alternatif - alternatif strategi yang sesuai dengan kondisi perusahaan sehingga perusahaan dapat berkembang dan bertahan dalam industri. 4. Alternatif strategi mana yang paling tepat untuk dijalankan oleh perusahaan dan sesuai dengan kondisi perusahaan? Kondisi persaingan yang semakin ketat dalam industri gula rafinasi menjadikan manajemen PT. JMR harus bekerja pada kondisi yang efektif dan efisien supaya dapat berkembang dan bertahan yaitu dengan mengetahui alternatif strategi yang paling tepat untuk dijalankan oleh perusahaan dan sesuai dengan kondisi perusahaan. Dimana perusahaan harus memilih prioritas terbaik untuk jangka pendek terlebih dahulu.

1.3 Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan permasalahan yang dikemukakan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengidentifikasi faktor – faktor lingkungan eksternal dan internal yang dapat menjadi peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan perusahaan. 2. Menentukan posisi perusahaan dalam persaingan. 1 ANALISIS STRATEGI BERSAING GULA RAFINASI Studi pada PT. Jawamanis Rafinasi, Cilegon, Banten OLEH SITI FAJAR ISNAWATI H34066114 PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS AGRIBISNIS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 2 ANALISIS STRATEGI BERSAING GULA RAFINASI Studi pada PT. Jawamanis Rafinasi, Cilegon, Banten OLEH SITI FAJAR ISNAWATI H34066114 Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor PROGRAM SARJANA PENYELENGGARAAN KHUSUS AGRIBISNIS DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009 3 I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gula merupakan salah satu dari sembilan bahan pokok yang dikonsumsi masyarakat Indonesia. Sebagian besar gula dikonsumsi oleh masyarakat sebagai sumber energi, pemberi cita rasa dan sebagai bahan baku industri makanan dan minuman. Gula merupakan salah satu bahan pangan sumber karbohidrat dan sumber energi atau tenaga yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Dalam Pedoman Pola Pangan Harapan PPH, tercantum energi yang dianjurkan yang berasal dari gula sebesar enam persen dari total kecukupan energi atau 110 kalori per kapita per hari setara dengan 30 gram gula pasir. Selain itu, gula termasuk bahan pemanis alami yang tidak membahayakan kesehatan bagi pemakainya jika dikonsumsi secukupnya Wiryastuti, 2002. Gula yang dikenal masyarakat adalah gula berbahan baku tebu, yang dikenal dengan gula putih atau gula pasir. Di Indonesia, jenis gula berbahan baku tebu dibagi menjadi tiga jenis, yaitu gula mentah raw sugar, gula kristal putih plantation white sugar dan gula kristal rafinasi refined sugar. Jenis gula berbahan baku tebu yang diperuntukkan konsumsi langsung oleh masyarakat adalah gula kristal putih plantation white sugar atau lebih dikenal dengan gula pasir atau gula putih. Sedangkan raw sugar digunakan sebagai bahan baku utama produksi gula rafinasi dan penggunaan gula rafinasi diperuntukkan sebagai bahan baku industri makanan, minuman dan farmasi. 4 Gula Rafinasi adalah gula yang berasal dari pemurnian gula mentah atau raw sugar kemudian mengkristalkannya kembali. Di Indonesia, penggunaan gula rafinasi dibatasi untuk konsumsi tidak langsung atau antara melalui industri makanan, minuman dan farmasi, karena untuk konsumsi langsung di sektor rumah tangga masih dilarang untuk kepentingan perlindungan industri gula dalam negeri Sub Dinas Bina Produksi. Tahun 2008, Industri Gula Rafinasi terdiri dari empat perusahaan yang mendapat izin pemerintah dan memiliki status Importir Produsen IP dan juga tergabung dalam Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia AGRI, sebagai berikut : 1. PT. Angels Product Bojonagara, Serang- Banten 2. PT. Jawamanis Rafinasi, Cilegon, Banten 3. PT. Sentra Usahatama Jaya Cilegon - Banten 4. PT. Permata Dunia Sukses Utama Cilegon - Banten Kapasitas produksi keempat perusahaan anggota AGRI dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kapasitas Terpasang Per Produsen Gula Rafinasi yang Tergabung Dalam AGRI No Perusahaan Kapasitas Terpasang tontahun 1 PT. Angels Product PT. AP 500.000 2 PT. Jawamanis Rafinasi PT. JMR 500.000 3 PT. Sentra Usahatama Jaya PT. SUJ 540.000 4 PT. Permata Dunia Sukses Utama PT.PDSU 390.000 Sumber : AGRI Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia, 2006 5 Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa PT. Sentra Usahatama Jaya memiliki kapasitas sebesar 540.000 tontahun dan merupakan kapasitas terbesar diantara kelima pabrik gula rafinasi. Kemudian menyusul PT. Angels Product dan PT. Jawamanis Rafinasi yang memiliki kapasitas yang sama yaitu 500.000 tontahun, PT. Permata Dunia Sukses Utama dengan kapasitas 390.000 tontahun. Kelima produsen gula rafinasi dengan total kapasitas terpasang sesuai izin industri sejumlah 1.930.000 tontahun dan realisasi produksi tahun 2004 sebesar 380.500 ton, tahun 2005 mencapai 722.000 ton, tahun 2006 realisasi mencapai 1.100.000 ton sedangkan realisasi produksi tahun 2007 mencapai 1.350.000 ton dan tahun 2008 sebesar 1.550.000 ton Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia atau AGRI, 2007. Data produksi gula rafinasi per perusahaan tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Jumlah Produksi Empat Perusahaan Gula Rafinasi Tahun 2004 sampai Tahun 2008 ProduksiTahun Ribu Ton Perusahaan 2004 2005 2006 2007 2008 PT.AP 110 208 326 375 400 PT.JMR 76,5 139 222 240 320 PT.SUJ 102 194 292 375 430 PT.PDSU 95 180 260 360 400 Total Produksi 380,5 722 1.100 1.350 1.550 Sumber : Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia atau AGRI, 2008 6 Tabel 3 menunjukkan besarnya kebutuhan industri pengguna gula rafinasi pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2008. Jumlah kebutuhan industri pengguna terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, akan tetapi peningkatan kebutuhan industri pengguna cenderung menurun. Pada tahun 2007, jumlah peningkatan kebutuhan turun sebesar 150 ribu ton. Tabel 3. Jumlah Kebutuhan Gula Rafinasi Untuk Industri Tahun 2004-2008 Tahun Ribu tonTahun Keterangan 2004 2005 2006 2007 2008 Kebutuhan Industri 1.000 1.300 1.600 1.750 1.900 Sumber : AGRI, 2008 Pemenuhan kebutuhan gula rafinasi untuk industri dilakukan oleh empat perusahaan gula rafinasi dengan produktivitas yang berbeda – beda. Tidak semua dari usaha produksi gula rafinasi mendapatkan pasar yang baik dikalangan industri penggunanya, apalagi untuk mendapatkan pangsa pasar yang besar. Kondisi ini disebabkan oleh munculnya perusahaan baru yang ikut tergabung dalam industri gula rafinasi. Tahun 2009, terjadi penambahan jumlah perusahaan yang memproduksi gula rafinasi yaitu PT. Dharmapala Usaha Sukses yang berlokasi di Cilacap, Jawa Tengah dengan kapasitas terpasang 250.000 tontahun, PT. Labintan yang berlokasi di Lampung dengan kapasitas terpasang 250.000 tontahun dan PT. Duta yang berlokasi di Lampung dengan kapasitas produksi 300.000 tontahun AGRI, 2008. Didalam perkembangan pasar gula rafinasi dalam negeri ini, beberapa penggunanya yaitu industri makanan, minuman dan farmasi mengatakan bahwa 7 produksi gula rafinasi dalam negeri belum dapat memenuhi syarat yang dibutuhkan oleh industri pengguna gula rafinasi, diantaranya kualitas yang tidak stabil, ketidakpastian waktu penyerahan, jumlah pesanan tidak selalu terpenuhi dan harga gula rafinasi dalam negeri lebih mahal dibandingkan dengan gula rafinasi asal impor sehingga beberapa industri pengguna lebih memilih untuk mengimpor gula rafinasi. Asosiasi Industri Minuman Ringan Indonesia atau ASRIM, 2008. Perkembangan industri gula rafinasi menunjukkan adanya persaingan yang begitu ketat karena batas ruang gerak pasar yang hanya terbatas pada industri makanan, minuman dan industri farmasi dan penambahan jumlah perusahaan sejenis. Selain persaingan terjadi diantara produk gula rafinasi dalam negeri, adanya gula rafinasi impor yang dilakukan oleh industri pengguna mengakibatkan produk gula rafinasi domestik diharuskan bersaing dengan produk gula rafinasi impor. Dengan kondisi demikian, dituntut kemampuan adaptasi yang tinggi agar perusahaan tetap bertahan dan mampu memenangkan persaingan. Oleh karena itu, perusahaan harus dapat merumuskan strategi yang tepat dalam menghadapi perubahan lingkungan dan kondisi kompetisi yang ketat.

1.2 Perumusan Masalah