3
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gula merupakan salah satu dari sembilan bahan pokok yang dikonsumsi masyarakat Indonesia. Sebagian besar gula dikonsumsi oleh masyarakat sebagai
sumber energi, pemberi cita rasa dan sebagai bahan baku industri makanan dan minuman. Gula merupakan salah satu bahan pangan sumber karbohidrat dan sumber
energi atau tenaga yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Dalam Pedoman Pola Pangan Harapan PPH, tercantum energi yang dianjurkan yang berasal dari gula
sebesar enam persen dari total kecukupan energi atau 110 kalori per kapita per hari setara dengan 30 gram gula pasir. Selain itu, gula termasuk bahan pemanis alami
yang tidak membahayakan kesehatan bagi pemakainya jika dikonsumsi secukupnya Wiryastuti, 2002.
Gula yang dikenal masyarakat adalah gula berbahan baku tebu, yang dikenal dengan gula putih atau gula pasir. Di Indonesia, jenis gula berbahan baku tebu dibagi
menjadi tiga jenis, yaitu gula mentah raw sugar, gula kristal putih plantation white sugar
dan gula kristal rafinasi refined sugar. Jenis gula berbahan baku tebu yang diperuntukkan konsumsi langsung oleh masyarakat adalah gula kristal putih
plantation white sugar atau lebih dikenal dengan gula pasir atau gula putih. Sedangkan raw sugar digunakan sebagai bahan baku utama produksi gula rafinasi
dan penggunaan gula rafinasi diperuntukkan sebagai bahan baku industri makanan, minuman dan farmasi.
4
Gula Rafinasi adalah gula yang berasal dari pemurnian gula mentah atau raw sugar
kemudian mengkristalkannya kembali. Di Indonesia, penggunaan gula rafinasi dibatasi untuk konsumsi tidak langsung atau antara melalui industri makanan,
minuman dan farmasi, karena untuk konsumsi langsung di sektor rumah tangga masih dilarang untuk kepentingan perlindungan industri gula dalam negeri Sub Dinas Bina
Produksi. Tahun 2008, Industri Gula Rafinasi terdiri dari empat perusahaan yang
mendapat izin pemerintah dan memiliki status Importir Produsen IP dan juga tergabung dalam Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia AGRI, sebagai berikut :
1. PT. Angels Product Bojonagara, Serang- Banten
2. PT. Jawamanis Rafinasi, Cilegon, Banten
3. PT. Sentra Usahatama Jaya Cilegon - Banten
4. PT. Permata Dunia Sukses Utama Cilegon - Banten
Kapasitas produksi keempat perusahaan anggota AGRI dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kapasitas Terpasang Per Produsen Gula Rafinasi yang Tergabung Dalam AGRI
No Perusahaan
Kapasitas Terpasang tontahun
1 PT. Angels Product PT. AP
500.000 2
PT. Jawamanis Rafinasi PT. JMR 500.000
3 PT. Sentra Usahatama Jaya PT. SUJ
540.000 4
PT. Permata Dunia Sukses Utama PT.PDSU 390.000
Sumber :
AGRI Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia, 2006
5
Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa PT. Sentra Usahatama Jaya memiliki kapasitas sebesar 540.000 tontahun dan merupakan kapasitas terbesar diantara
kelima pabrik gula rafinasi. Kemudian menyusul PT. Angels Product dan PT. Jawamanis Rafinasi yang memiliki kapasitas yang sama yaitu 500.000 tontahun, PT.
Permata Dunia Sukses Utama dengan kapasitas 390.000 tontahun. Kelima produsen gula rafinasi dengan total kapasitas terpasang sesuai izin
industri sejumlah 1.930.000 tontahun dan realisasi produksi tahun 2004 sebesar 380.500 ton, tahun 2005 mencapai 722.000 ton, tahun 2006 realisasi mencapai
1.100.000 ton sedangkan realisasi produksi tahun 2007 mencapai 1.350.000 ton dan tahun 2008 sebesar 1.550.000 ton Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia atau AGRI,
2007. Data produksi gula rafinasi per perusahaan tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Jumlah Produksi Empat Perusahaan Gula Rafinasi Tahun 2004 sampai Tahun 2008
ProduksiTahun Ribu Ton Perusahaan
2004 2005
2006 2007
2008
PT.AP
110 208 326 375 400
PT.JMR
76,5 139 222 240 320
PT.SUJ
102 194 292 375 430
PT.PDSU
95 180 260 360
400
Total Produksi
380,5 722 1.100 1.350
1.550
Sumber : Asosiasi Gula Rafinasi Indonesia atau AGRI, 2008
6
Tabel 3 menunjukkan besarnya kebutuhan industri pengguna gula rafinasi pada tahun 2004 sampai dengan tahun 2008. Jumlah kebutuhan industri pengguna
terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, akan tetapi peningkatan kebutuhan industri pengguna cenderung menurun. Pada tahun 2007, jumlah peningkatan
kebutuhan turun sebesar 150 ribu ton. Tabel 3. Jumlah Kebutuhan Gula Rafinasi Untuk Industri Tahun 2004-2008
Tahun Ribu tonTahun Keterangan
2004 2005 2006 2007
2008 Kebutuhan Industri
1.000 1.300
1.600 1.750
1.900 Sumber : AGRI, 2008
Pemenuhan kebutuhan gula rafinasi untuk industri dilakukan oleh empat perusahaan gula rafinasi dengan produktivitas yang berbeda – beda. Tidak semua dari
usaha produksi gula rafinasi mendapatkan pasar yang baik dikalangan industri penggunanya, apalagi untuk mendapatkan pangsa pasar yang besar. Kondisi ini
disebabkan oleh munculnya perusahaan baru yang ikut tergabung dalam industri gula rafinasi. Tahun 2009, terjadi penambahan jumlah perusahaan yang memproduksi gula
rafinasi yaitu PT. Dharmapala Usaha Sukses yang berlokasi di Cilacap, Jawa Tengah dengan kapasitas terpasang 250.000 tontahun, PT. Labintan yang berlokasi di
Lampung dengan kapasitas terpasang 250.000 tontahun dan PT. Duta yang berlokasi di Lampung dengan kapasitas produksi 300.000 tontahun AGRI, 2008.
Didalam perkembangan pasar gula rafinasi dalam negeri ini, beberapa penggunanya yaitu industri makanan, minuman dan farmasi mengatakan bahwa
7
produksi gula rafinasi dalam negeri belum dapat memenuhi syarat yang dibutuhkan oleh industri pengguna gula rafinasi, diantaranya kualitas yang tidak stabil,
ketidakpastian waktu penyerahan, jumlah pesanan tidak selalu terpenuhi dan harga gula rafinasi dalam negeri lebih mahal dibandingkan dengan gula rafinasi asal impor
sehingga beberapa industri pengguna lebih memilih untuk mengimpor gula rafinasi. Asosiasi Industri Minuman Ringan Indonesia atau ASRIM, 2008.
Perkembangan industri gula rafinasi menunjukkan adanya persaingan yang begitu ketat karena batas ruang gerak pasar yang hanya terbatas pada industri
makanan, minuman dan industri farmasi dan penambahan jumlah perusahaan sejenis. Selain persaingan terjadi diantara produk gula rafinasi dalam negeri, adanya gula
rafinasi impor yang dilakukan oleh industri pengguna mengakibatkan produk gula rafinasi domestik diharuskan bersaing dengan produk gula rafinasi impor. Dengan
kondisi demikian, dituntut kemampuan adaptasi yang tinggi agar perusahaan tetap bertahan dan mampu memenangkan persaingan. Oleh karena itu, perusahaan harus
dapat merumuskan strategi yang tepat dalam menghadapi perubahan lingkungan dan kondisi kompetisi yang ketat.
1.2 Perumusan Masalah