Analisis Nilai Tambah Petani

tambah setiap anggota rantai pasok paprika ini berbeda-beda, mulai dari tingkat petani hingga retailer. Penelitian difokuskan untuk mengukur nilai tambah pada petani, koperasi dan bandar.

4.3.1. Analisis Nilai Tambah Petani

Pada dasarnya setiap petani memiliki tingkat produktivitas yang hampir sama. Kesamaan tingkat produktivitas petani terjadi karena kesamaan dalam penggunaan teknologi, sarana produksi, dan teknik budidaya. Sedangkan faktor yang membedakan antara satu petani dan petani lainnya adalah harga beli ke tingkat petani yang dilakukan oleh koperasi dan bandar. Analisis nilai tambah pada petani akan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok petani anggota Koperasi Mitra Sukamaju dan petani non anggota Koperasi Mitra Suka Maju, sedangkan untuk rentang waktunya dilakukan selama satu masa tanam yaitu selama delapan bulan. Perbedaan mendasar antara petani anggota Koperasi Mitra Sukamaju dengan petani non anggota adalah pada penjualan hasil panen. Petani anggota koperasi harus menjual seluruh hasil panennya kepada koperasi, sedangkan petani non anggota koperasi bebas menjual hasil panennya ke siapa saja. Petani anggota koperasi dapat memperoleh sarana produksi, berupa pupuk atau nutrisi dengan mengambil dari koperasi, sedangkan pembayarannya dilakukan saat panen. Petani non anggota koperasi biasanya bergabung dengan salah satu bandar besar yang ada di Desa Pasir langu. Mereka dapat memperoleh sarana produksi yang lebih lengkap dari bandar, yaitu berupa bibit, pupuk, dan pestisida serta modal di awal masa tanam. Persyaratannya adalah harus menjual hasil panennya kepada bandar yang bersangkutan dengan harga yang telah ditetapkan oleh bandar. Perhitungan nilai tambah untuk petani anggota Koperasi Mitra Sukamaju di jelaskan dalam Tabel 9. Perhitungan secara rinci nilai tambah petani anggota koperasi ada pada Lampiran 3. Tabel 9. Perhitungan nilai tambah untuk petani anggota koperasi No Variabel output, input dan harga Nilai 1. Output kgperiode 10.000 2. Input bahan baku kgperiode 0,04 3. Tenaga kerja langsung HOK periode 200 4. Faktor konversi 250.000 5. Konversi tenaga kerja HOKKg 5.000 6. Harga produk RpKg 8.244 7. Upah tenaga kerja RpJam 26.000 Variabel penerimaan dan keuangan 8. Harga input bahan baku Rpkg 160.000.000 9. Sumbangan input lainnya Rpkg 1.036.025.000 10. Nilai produk Rp 2.061.000.000 11. a. Nilai Tambah Rp 864.975.000 b. Rasio nilai tambah 42 12. a. Pendapatan tenaga kerja 130.000.000 b. Pangsa tenaga kerja 15 13. a. Keuntungan 734.975.000 b. Persentase keuntungan 35 Sedangkan perhitungan nilai tambah petani non anggota koperasi dijelaskan dalam Tabel 10. Perhitungan rinci dapat dilihat dalam Lampiran 4. Tabel 10. Perhitungan nilai tambah untuk petani non anggota koperasi No Variabel output, input dan harga Nilai 1. Output kgperiode 10.000 2. Input bahan baku benihperiode 0,04 3. Tenaga kerja langsung HOK hari 200 4. Faktor konversi 250.000 5. Konversi tenaga kerja HOKkg 5.000 6. Harga produk Rpkg 7000 7. Upah tenaga kerja RpJam 24.000 Variabel penerimaan dan keuangan 8. Harga input bahan baku Rp 160.000.000 9. Sumbangan input lainnya Rp 1.036.025.00 10. Nilai produk Rp 1.750.000.00 11. a. Nilai Tambah Rp 553.975.000 b. Rasio nilai tambah 31 12. a. Pendapatan tenaga kerja 120.000.000 b. Pangsa tenaga kerja 21 13. a. Keuntungan 433.975.000 b. Persentase keuntungan 24 Dari perhitungan nilai tambah tersebut dapat diketahui bahwa petani anggota koperasi memperoleh rasio nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan petani non anggota koperasi. Rasio nilai tambah petani anggota koperasi yaitu 42 persen sementara rasio nilai tambah untuk petani non anggota koperasi yaitu sebesar 31 persen. Artinya selama proses budidaya untuk setiap 100 rupiah dari nilai output yang dihasilkan terdapat nilai tambah produk sebesar 42 rupiah untuk paprika yang dihasilkan petani anggota koperasi dan 31 rupiah untuk paprika yang dihasilkan petani non anggota koperasi. Sedangkan keuntungan yang diperoleh petani masih lebih rendah dari nilai tambah yang dihasilkan. Tingkat keuntungan petani anggota koperasi adalah 35 persen. Hal ini berarti dari 100 rupiah nilai output yang dihasilkan akan diperoleh keuntungan 35 rupiah. Sedangkan tingkat keuntungan petani non anggota koperasi adalah 24 persen, artinya dari 100 rupiah nilai output yang dihasilkan akan diperoleh keuntungan 24 rupiah.

4.3.2. Analisis Nilai Tambah Koperasi