Analisis Nilai Tambah Koperasi

tambah produk sebesar 42 rupiah untuk paprika yang dihasilkan petani anggota koperasi dan 31 rupiah untuk paprika yang dihasilkan petani non anggota koperasi. Sedangkan keuntungan yang diperoleh petani masih lebih rendah dari nilai tambah yang dihasilkan. Tingkat keuntungan petani anggota koperasi adalah 35 persen. Hal ini berarti dari 100 rupiah nilai output yang dihasilkan akan diperoleh keuntungan 35 rupiah. Sedangkan tingkat keuntungan petani non anggota koperasi adalah 24 persen, artinya dari 100 rupiah nilai output yang dihasilkan akan diperoleh keuntungan 24 rupiah.

4.3.2. Analisis Nilai Tambah Koperasi

Koperasi melakukan proses sortasi, grading dan pengemasan pada paprika yang diterimanya dari petani anggota koperasi. Koperasi tidak melakukan pengolahan lebih lanjut, sehingga nilai tambah yang dihasilkan juga tidak terlalu tinggi. Harga input koperasi adalah harga yang dibayarkan koperasi kepada petani, sedangkan harga output adalah harga yang diterima koperasi dari pembeli. Selisih antar harga input dan output hanya berkisar antara 15-20, sehingga koperasi sangat menguntungkan petani. Hal ini terjadi karena koperasi hanya mengambil komisi sebesar 15-20 dari harga pasaran untuk setiapa jenis paprika. Perhitungan nilai tambah pada koperasi Mitra Sukamaju dijelaskan dalam Tabel 11. Perhitungan secara rinci dapat dilihat dalam lampiran 5. Tabel 11. Perhitungan nilai tambah untuk Koperasi Mitra Sukamaju No Variabel output, input dan harga Nilai 1. Output kg hari 1.000 2. Input bahan baku kg hari 1.100 3. Tenaga kerja langsung HOK hari 6 4. Faktor konversi 0,9 5. Konversi tenaga kerja HOKkg 0,005 6. Harga produk Rpkg 9.699 7. Upah tenaga kerja RpHari 38.000 Variabel penerimaan dan keuangan 8. Harga input bahan baku Rp 8.244 9. Sumbangan input lainnya Rp 25 10. Nilai produk Rp 8.729 11. a. Nilai Tambah Rp 460 b. Rasio nilai tambah 5,3 12. a. Pendapatan tenaga kerja 190 b. Pangsa tenaga kerja 41,3 13. a. Keuntungan 270 b. Persentase keuntungan 3 Berdasarkan Tabel 11, menunjukkan bahwa nilai tambah yang didapatkan koperasi yaitu 5,3 persen, hal ini berarti untuk setiap 100 rupiah dari nilai output yang dihasilkan terdapat nilai tambah 5,3 rupiah. Keuntungan yang diperoleh koperasi juga sangat rendah yaitu 3 persen, hal ini berarti untuk setiap 100 rupiah dari nilai output yang dihasilkan keuntungan yang diperoleh koperasi adalah 3 rupiah. Hal ini terjadi karena koperasi memposisikan diri sebagai penyalur produk anggotanya, bukan sebagai unit bisnis. Keuntungan yang diperoleh digunakan sebagai dana operasional koperasi.

4.3.3 Analisis Nilai Tambah Bandar