Berdasarkan Tabel 11, menunjukkan bahwa nilai tambah yang didapatkan koperasi yaitu 5,3 persen, hal ini berarti untuk setiap 100 rupiah
dari nilai output yang dihasilkan terdapat nilai tambah 5,3 rupiah. Keuntungan yang diperoleh koperasi juga sangat rendah yaitu 3 persen, hal
ini berarti untuk setiap 100 rupiah dari nilai output yang dihasilkan keuntungan yang diperoleh koperasi adalah 3 rupiah. Hal ini terjadi karena
koperasi memposisikan diri sebagai penyalur produk anggotanya, bukan sebagai unit bisnis. Keuntungan yang diperoleh digunakan sebagai dana
operasional koperasi.
4.3.3 Analisis Nilai Tambah Bandar
Bandar paprika melakukan proses sortasi, grading, pengemasan dan penjualan paprika seperti pada koperasi. Bandar paprika tidak melakukan
pengolahan lebih lanjut sehingga nilai tambah yang didapatkan tidak terlalu besar. Tetapi bandar dapat menentukan harga dengan leluasa sehingga
keuntungan yang diperolehnya menjadi lebih besar. Bandar memperoleh harga sedikit lebih tinggi dari harga rata-rata koperasi, karena bandar lebih
menekankan kepada anggotanya untuk menjual paprika yang harganya lebih tinggi di pasar. Sedangkan harga input bandar jauh lebih rendah daripada
harga input koperasi. Harga input bandar lebih rendah karena bandar membeli paprika dengan harga yang lebih murah kepada petani. Para petani
anggota bandar mau menerima harga yang lebih rendah daripada harga petani anggota koperasi karena mereka mendapat pinjaman modal, bibit,
dan sarana produksi lannya dari bandar. Perhitungan nilai tambah bandar ditunjukkan dalam Tabel 12. Secara rinci dapat dilihat pada Lampiran 5.
Tabel 12. Perhitungan nilai tambah untuk bandar
No Variabel output, input dan harga
Nilai 1.
Output kg hari 1.000
2. Input bahan baku kg hari
1.080 3.
Tenaga kerja langsung HOK hari 6
4. Faktor konversi
0,92 5.
Konversi tenaga kerja HOKkg 0,005
6. Harga produk Rpkg
10.000 7.
Upah tenaga kerja RpHari 36.000
Variabel penerimaan dan keuangan 8.
Harga input bahan baku Rp 7.000
9. Sumbangan input lainnya Rp
25 10.
Nilai produk Rp 9.200
11. a. Nilai Tambah Rp
2.200 b. Rasio nilai tambah
24 12.
a. Pendapatan tenaga kerja 180
b. Pangsa tenaga kerja 8,2
13. a. Keuntungan
2020 b. Persentase keuntungan
23
Berdasarkan Tabel 12, menunjukkan bahwa nilai tambah yang didapatkan oleh bandar yaitu 24 persen, hal ini berarti untuk setiap 100
rupiah dari nilai output yang dihasilkan terdapat nilai tambah 24 rupiah. Sedangkan tingkat keuntungan yaitu 23 persen, hal ini berarti untuk setiap
100 rupiah dari nilai output yang dihasilkan keuntungan yang diperoleh badar adalah 23 rupiah. Nilai ini jauh lebih besar daripada nilai tambah dan
keuntungan yang diperoleh koperasi. Bandar merupakan unit usaha yang orientasinya keuntungan, berbeda dengan koperasi yang orientasinya adalah
mensejahterakan anggotanya.
4.4. Sistem Rantai Pasokan Paprika