Derajat Putih Whiteness Faridah et al., 2008 Aktivitas Air Aw Densitas Kamba Bulk Density Angulo-Bejarano et al. 2008 Analisis Serat pangan AOAC, 1995

28 hati ke dalam wadah lain, sedangkan tabung sentrifus beserta isinya dipanaskan dalam oven. Tabung diletakkan dalam oven yang diatur pada suhu 50 o C selama 25 menit. Akhirnya tabung residu ditimbang untuk menentukan berat air yang terserap a gram. Dari supernatan yang diperoleh, diambil sampel sebanyak 2 ml Vs dan dimasukkan ke dalam cawan timbang yang telah diketahui beratnya. Cawan dimasukkan ke dalam oven dan dikeringkan pada suhu 110 o C samapi semua air menguap. Setelah itu didinginkan dan ditimbang d gram untuk mengetahui berat padatan kering yang terdapat dalam supernatan. IPA = c b a  IKA = Vs d Ket : a = bobot air yang terserap gram b = bobot air gram c = bobot bahan terlarut gram d = bobot bahan dalam 2 ml larutan gram Vs = volum sampel yang digunakan sebesar 2 ml

1.4. Derajat Putih Whiteness Faridah et al., 2008

Pengukuran derajat putih menggunakan alat KETT Digital Whitenessmeter Model C-100. Sampel ditempatkan dalam cawan sampel dengan jumlah sedikit melebihi bibir cawan. Cawan berisi sampel ditempatkan ke dalam wadah sampel. Seimbangkan suhu sampel di atas tempat pengukuran, sehingga alat menyala. LED akan menampilkan nilai derajat putih dan nomor urutan pengukuran. Standar menggunakan MgO dengan nilai 81.6. Nilai derajat putih sampel = 100 BaSO4 putih derajat Nilai putih derajat Nilai x 29

1.5. Aktivitas Air Aw

Pengukuran aktivitas air Aw dilakukan dengan menggunakan alat Aw meter “Shibaura Aw meter WA-360”. Alat dikalibrasi dengan NaCl jenuh yang memilki Aw 0,7547; 0,7529 dan 0,7509 yang berturut- turut pada suhu 20,25 dan 29 o C dengan cara memasukan NaCl jenuh tersebjut dalam wadah Aw dapat dibaca setelah ada tulisan “completed” di layar. Bila Aw yang terbaca tidak tepat 0,750 maka bagian switch diputar samapai mencapai tepat 0,750. Pengukuran Aw sampel dilakukan dengan cara yang sama dengan kalibrasi alat yaitu sampel dimasukkan dalam wadah Aw meter. Nilai Aw dan suhu pengukuran akan terbaca setelah ada tulisan “completed” di layar.

1.6. Densitas Kamba Bulk Density Angulo-Bejarano et al. 2008

Sampel ditempatkan pada silinder stainless stell yang telah diketahui volumenya sampai penuh. Pengisian dilakukan sebanyak tiga kali dan timbang berat sampel yang mengisi ruang silinder. Densitas tepung ditentukan dengan membagi antara berat sampel dengan volume silinder.

1.7. Analisis Serat pangan AOAC, 1995

Sebanyak 1 gr sampel bebas lemak w dimasukkan ke erlenmeyer 250 ml. Kemudian ditambahkan 25 ml buffer fosfat 0.1 M pH 6 dan 0.1 ml enzim thermamyl. Lalu diinkubasi pada suhu 100 o C selama 15 menit. Setelah itu, sampel didinginkan dan ditambah 20 ml aquades. pH diatur sampa 1,5 dengan HCl 1 M. Kemudian ke dalam sampel ditambahkan sebanyak 100 mg enzim pepsin. Lalu diinkubasi bergoyang pada suhu 40 o C selama 60 menit. Kemudian ditambahkan kembali 20 ml aquades. Dan atur pH sampai 6,8 dengan NaOH 1 M. Setelah itu ditambahkan 100 mg enzim pangkreatin. Lalu diinkubasi bergoyang pada suhu 40 o C selama 60 menit. Setelah itu, pH diatur kembali sampai 4,5 dengan HCl 1 M. Lalu saring vakum dengan whatman 42. Lalu dicuci dengan 2x10 ml aquades. 30 Untuk residu, sampel dicuci dengan 2x10 ml etanol 95 dan 2x10 ml aseton. Kemudian dikeringkan dalam oven suhu 100 o C selama 5 jam. Kemudian ditimbang whatman 40 yang berisi residu kering D1. Lalu diabukan menggunakan tanur suhu 500 o C selama semalam. Hasil pengabuan ditimbang I1. Untuk filtrat, volum filtrat diatur sampai 100 ml dengan aquades. Lalu ditambahkan 400 ml etanol 95 hangat suhu 60 o C. Lalu sampel diendapkan selama 1 jam. lalu endapan disaring dengan whatman 42. Kemudian dicuci dengan 2x10 ml etanol 78 dan 2x10 ml aseton. Residu endapan dikeringkan dengan oven 100 o C selama 5 jam, Kemudian ditimbang D2. Lalu diabukan dengan menggunakan tanur suhu 500 o C selama semalam. Kemudiaan ditimbang I2. Serat pangan total TDF ditentukan dengan menjumlahkan nilai serat pangan tidak larut IDF dan serat pangan terlarut SDF. Nilai blanko untuk IDF dan SDF diperoleh dengan cara yang sama tanpa menggunakan sampel. IDF = D1-I1-B1w x 100 SDF = D2-I2-B2w x 100 Serat pangan TDF = IDF + SDF Ket: IDF = Insoluble Dietary Fibre Serat pangan tidak larut SDF = Soluble Dietary Fibre Serat pangan terlarut TDF = Total Dietary Fibre Serat pangan total D1 = bobot residu hasil penyaringan sampel gram D2 = bobot residu e ndapan pada filtrat sampel gram I1 = bobot abu dari residu hasil penyaringan gram I2 = bobot abu dari residu endapan filtrat sampel gram B1 = bobot residu hasil penyaringan blanko gram B2 = bobot residu endapan pada filtrat blanko gram w = bobot sampel awal gram 31

1.8. Analisis Serat Kasar Apriyantono et al., 1989