mendampingi petani. Persoalan lainnya yang menyebabkan kita tidak pernah tuntas menyelesaikan berbagai masalah yang ada adalah belum
adanya suatu grand strategy yang memuat target dan sasaran yang menjadi kesepakatan dan acuan semua pihak di negara ini dalam pembangunan
pertanian yang dilaksanakan selama ini. Menilik perjalanan gerak pembangunan pertanian sejak awal reformasi hingga sekarang, kita seakan
terjebak dalam kepentingan jangka pendek Jamal, 2008. Jika mau mewujudkan pembangunan pertanian yang komprehensif,
semua asset intelektual berkontribusi di bidangnya masing-masing, misal bidang politik yang nantinya akan berperan dalam decision maker
mewujudkan prioritas pada kebijakan pertanian, bidang hukum juga dapat lebih mengatur kondisi pertanian, bidang kesehatan dapat memberikan
sumbangsih inovasi pangan dan korelasinya terhadap kesehatan individu. Jika kondisi seperti ini tidak dicoba dibudayakan maka tak heran jika yang
muncul adalah pembangunan di bidang pertanian sekedar menjadi jargon atau kamuflase politik belaka Shinta, 2008.
6. Peranan Pertanian
Saat ini, pertanian Indonesia memang sedang mengalami cobaan berat. Pertumbuhan hanya sekitar 3,4 persen. Pada dekade 1980-an, sektor
pertanian berperan sangat vital dalam ekonomi Indonesia karena pertanian sekaligus berfungsi sebagai basis atau landasan pembangunan ekonomi.
Akan tetapi, sejak awal 1990-an, seiring dengan menurunnya pangsa pertanian dalam struktur perekonomian atau Produk Domestik Bruto
PDB, pembangunan ekonomi dan kebijakan politik mulai meminggirkan sektor pertanian. Fokus pembangunan ekonomi lebih banyak diarahkan
pada sektor industri dan jasa, bahkan yang berbasis teknologi tinggi dan intensif kapital. Ketika krisis ekonomi terjadi, agenda reformasi yang
bergulir tanpa arah, proses desentralisasi ekonomi yang menghasilkan ironi kesengsaraan dan penderitaan rakyat, rasanya tidak ada pillihan lain,
kecuali kembali menjadikan pertanian sebagai landasan utama pembangunan ekonomi Arifin, 2007.
Pertanian agriculture bukan hanya merupakan aktivitas ekonomi untuk menghasilkan pendapatan bagi petani saja. Lebih dari itu,
pertanianagrikultur adalah sebuah cara hidup way of life atau livehood bagi sebagian besar petani di Indonesia. Oleh karena itu pembahasan
mengenai sektor dan sistem pertanian harus menempatkan subjek petani, sebagai pelaku sektor pertanian secara utuh, tidak saja petani sebagai homo
economicus, melainkan juga sebagai homo socius dan homo religius. Konsekuensi pandangan ini adalah dikaitkannya unsur-unsur nilai sosial-
budaya lokal, yang memuat aturan dan pola hubungan sosial, politik, ekonomi, dan budaya ke dalam kerangka paradigma pembangunan sistem
pertanian Mubyarto dan Awan Santosa, 2003. Secara tradisional, peranan pertanian dalam pembangunan ekonomi
hanya dipandang pasif dan bahkan hanya dianggap sebagai unsur penunjang semata. Apa yang disebut sebagai pembangunan ekonomi
diidentikkan dengan transformasi struktural terhadap perekonomian secara cepat, yakni dari perekonomian yang bertumpu pada kegiatan pertanian
menjadi perekonomian industri modern dan jasa-jasa yang serba lebih kompleks. Dengan demikian, peranan utama pertanian dianggap hanya
sebatas sebagai sumber tenaga kerja dan bahan-bahan pangan yang murah demi berkembangnya sektor-sektor industri yang dinobatkan sebagai
”sektor unggulan” dinamis dalam strategi pembangunan ekonomi secara keseluruhan Todaro, 2000.
7. Strategi Pengembangan Tanaman Bahan Pangan