Pembangunan Daerah Pembangunan Pertanian

Di dalam proses pembangunan ekonomi biasanya akan diikuti dengan terjadinya perubahan dalam struktur permintaan domestik, struktur produksi serta struktur perdagangan internasional. Proses perubahan ini seringkali disebut dengan proses alokasi. Kejadian adanya perubahan struktur ini akibat adanya interaksi antara adanya akumulasi dan proses perubahan konsumsi masyarakat yang terjadi akibat adanya peningkatan pendapatan per kapita. Dalam pembangunan ekonomi ini, sektor pertanian masih diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berarti dalam peningkatan pendapatan nasional terutama dalam penyediaan lapangan kerja dan penyediaan bahan pangan Ropingi, 2004. Suatu strategi pembangunan ekonomi yang dilandaskan pada prioritas pertanian dan ketenagakerjaan paling tidak memerlukan tiga unsur pelengkap dasar, yakni: 1 percepatan pertumbuhan output melalui serangkaian penyesuaian teknologi, institusional, dan insentif harga yang khusus dirancang untuk meningkatkan produktivitas para petani kecil; 2 penigkatan permintaan domestik terhadap output pertanian yang didasarkan pada strategi pembangunan perkotaan yang berorientasikan pada upaya pembinaan ketenagakerjaan; serta 3 diversifikasi kegiatan pembangunan pedesaan padat karya nonpertanian yang secara langsung dan tidak langsung akan menunjang dan ditunjang oleh masyarakat pertanian Todaro, 2000.

4. Pembangunan Daerah

Pembangunan daerah sebagai bagian integral dan penjabaran dari pembangunan Nasional diarahkan untuk lebih mengembangkan dan menyerasikan laju pertumbuhan antar daerah dengan memperhatikan daerah yang terbelakang, daerah padat dan jarang penduduk, daerah transmigrasi, daerah terpencil dan perbatasan, serta mempercepat pembangunan kawasan Timur Indonesia yang pelaksanaannya disesuaikan dengan prioritas daerah BAPPENAS, 2008. Pembangunan daerah memerlukan besaran nilai PDRB yang tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang cepat. Namun, perlu diperhatikan siapa yang akan menumbuhkan perekonomian, sejumlah besar penduduk atau hanya segelintir orang. Jika yang menumbuhkannya hanya pengusaha besarorang-orang kaya yang jumlahnya sedikit, maka manfaat pertumbuhan ekonomi hanya dinikmati oleh mereka saja, sehingga kemiskinan dan ketimpangan pendapatan semakin parah. Namun jika pertumbuhan dihasilkan oleh banyak orang, mereka pulalah yang akan memperoleh manfaat terbesar, dan buah pertumbuhan ekonomi akan terbagi secara merata BPS dan BAPPEDA Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, 2007. Tanpa pembangunan daerah pedesaan yang integratif integrated rural development, pertumbuhan industrinya tidak akan berjalan dengan lancar; dan kalaupun bisa berjalan, pertumbuhan industri tersebut akan menciptakan berbagai ketimpangan internal yang sangat parah dalam perekonomian yang bersangkutan; dan gilirannya, segenap ketimpangan tersebut akan memperparah masalah-masalah kemiskinan, ketimpangan pendapatan, serta pengangguran Todaro, 2000.

5. Pembangunan Pertanian

Syarat mutlak bagi berhasilnya pembangunan pedesaan agar kemiskinan pedesaan dapat dikurangi adalah mata pencaharian dan lapangan kerja pokok bagi penduduk pedesaan sehingga dalam pembangunan pedesaan perhatian utama tetap harus ditujukan pada pembangunan pertanian sebagai sektor kegiatan ekonomi yang menonjol Prayitno, 1992. Ada tiga persoalan pokok yang menyebabkan kita tidak pernah bisa tuntas menyelesaikan berbagai persoalan dalam pembangunan pertanian di negeri ini. Ketiga persoalan itu terkait dengan masalah akurasi data, sistem perencanaan pembangunan yang terjebak dalam kepentingan jangka pendek, serta terbatasnya ketersediaan tenaga lapangan yang andal untuk mendampingi petani. Persoalan lainnya yang menyebabkan kita tidak pernah tuntas menyelesaikan berbagai masalah yang ada adalah belum adanya suatu grand strategy yang memuat target dan sasaran yang menjadi kesepakatan dan acuan semua pihak di negara ini dalam pembangunan pertanian yang dilaksanakan selama ini. Menilik perjalanan gerak pembangunan pertanian sejak awal reformasi hingga sekarang, kita seakan terjebak dalam kepentingan jangka pendek Jamal, 2008. Jika mau mewujudkan pembangunan pertanian yang komprehensif, semua asset intelektual berkontribusi di bidangnya masing-masing, misal bidang politik yang nantinya akan berperan dalam decision maker mewujudkan prioritas pada kebijakan pertanian, bidang hukum juga dapat lebih mengatur kondisi pertanian, bidang kesehatan dapat memberikan sumbangsih inovasi pangan dan korelasinya terhadap kesehatan individu. Jika kondisi seperti ini tidak dicoba dibudayakan maka tak heran jika yang muncul adalah pembangunan di bidang pertanian sekedar menjadi jargon atau kamuflase politik belaka Shinta, 2008.

6. Peranan Pertanian