II. LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu
Ropingi dan Agustono 2004 dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Identifikasi dan Peranan Sektor Pertanian dalam Menghadapi
Otonomi Daerah di Kabupaten Boyolali, mengemukakan bahwa sektor pertanian yang mempunyai pertumbuhan di atas pertumbuhan propinsi adalah
perkebunan, kehutanan, dan perikanan. Sedangkan sektor tanaman bahan makanan dan peternakan berada di bawah pertumbuhan propinsi. Berdasarkan
komponen pertumbuhan proporsional sektor peternakan dan perikanan merupakan sektor yang progresif, sedangkan sektor tanaman bahan makanan,
perkebunan, dan kehutanan merupakan sektor yang tergolong lamban pertumbuhannya. Berdasarkan komponen pertumbuhan pangsa wilayah,
sektor tanaman bahan makanan, perkebunan, kehutanan, dan perikanan merupakan sektor yang mempunyai daya saing wilayah yang baik, sedangkan
sektor peternakan merupakan sektor yang tidak mempunyai daya saing wilayah yang baik. Peranan sektor pertanian dalam perekonomian wilayah
Kabupaten Boyolali selama periode tahun 1998-2002 berkecenderungan meningkat, kecuali pada tahun 2001 mengalami penurunan. Hal ini
disebabkan adanya bencana alam yang berupa kemarau panjang juga diikuti oleh hama tikus di beberapa sentra produksi pertanian di Kabupaten Boyolali.
Berdasarkan penelitian Ropingi 2004 yang berjudul Analisis Keterkaitan Sektor Pertanian dalam Pembagunan Wilayah Kabupaten
Boyolali, disimpulkan bahwa sektor umbi-umbian dan sektor peternakan di Kabupaten Boyolali merupakan sektor yang outputnya banyak digunakan oleh
sektor lainnya sebagai inputbahan baku dalam proses produksi nilai
keterkaitan ke depan relatif tinggi. Untuk sektor peternakan dan sektor perikanan di Kabupaten Boyolali merupakan sektor yang mempunyai
ketergantungan relatif tinggi dalam proses produksi atau relatif banyak membutuhkan inputbahan baku dari sektor lain nilai keterkaitan ke belakang
relatif tinggi. Berdasarkan penelitian Sulistriyanto 2002 yang berjudul Profil
Sektor Pertanian dan Kontribusinya dalam Perekonomian Wilayah Kabupaten Boyolali disimpulkan bahwa sub sektor tanaman bahan makanan
mencakup komoditi tanaman pangan seperti padi, jagung, ketela pohon, ketela rambat, kacang tanah, kedelai, sayuran, buah-buahan, kentang, kacang hijau,
tanaman pangan lainnya dan hasil-hasil ikutannya. Jika dilihat dari perkembangannya, perubahan peranan sektor tanaman bahan makanan
Kabupaten Boyolali selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Terjadi pertumbuhan negatif pada tahun 1999 dan meningkat kembali seperti garis
lurus dengan nilai positif pada tahun 2000, 2001, dan 2002, walaupun terjadi penurunan di tahun 1999. Sub sektor tanaman bahan makanan Kabupaten
Boyolali di tahun 1999 mengalami pertumbuhan negatif, hal itu dikarenakan 1 Faktor alam, dan 2 Serangan hama tikus dan wereng di daerah sentra.
Setyaningrum 2006, berdasarkan penelitiannya yang berjudul Identifikasi Komoditi Pertanian Unggulan di Kabupaten Boyolali, dari
analisis data yang menggunakan metode LQ Location Quotient diketahui setiap kecamatan di Kabupaten Boyolali mempunyai komoditi unggulan yang
berbeda-beda. Sektor tanaman bahan makanan dibedakan menjadi tiga yaitu hasil pangan palawija, sayur-sayuran, dan buah-buahan. Pada sub sektor
tanaman bahan makanan, komoditi pertanian yang menjadi unggulan dipaling banyak kecamatan di Kabupaten Boyolali adalah komoditi padi, yaitu menjadi
unggulan di sebelas kecamatan. Pada tanaman sayur-sayuran, komoditi pertanian yang menjadi unggulan dipaling banyak kecamatan di Kabupaten
Boyolali adalah terung, yaitu diusahakan di Kecamatan Boyolali, Mojosongo, Teras, Sawit, Banyudono, dan Karanggede. Untuk tanaman buah-buahan,
komoditi pertanian yang menjadi unggulan dipaling bamyak kecamatan di
Kabupaten Boyolali adalah rambutan, duku, jambu biji, dan sawo ada tujuh kecamatan.
Susilowati 2009, dalam penelitiannya yang berjudul Strategi Pengembangan Sektor Pertanian di Kabupaten Sukoharjo Pendekatan
Tipologi Klassen, dapat disimpulkan bahwa klasifikasi sektor pertanian di Kabuapten Sukoharjo berdasarkan Tipologi Klassen ada empat macam, yaitu
subsketor tanaman bahan makanan termasuk ke dalam klasifikasi subsektor prima, subsektor peternakan termasuk ke dalam subsektor potensial, subsektor
perikanan termasuk ke dalam subsektor berkembang, serta subsektor perkebunan dan subsektor kehutanan yang termasuk ke dalam subsektor
terbelakang. Berdasarkan hasil klasifikasi tersebut, strategi pengembangan sektor pertanian di Kabuapten Sukoharjo yang direncanakan terdiri dari:
a. Strategi jangka pendek. Tujuan pertama dari strategi ini adalah untuk mengembangkan subsektor prima subsektor tabama, dengan cara
pemanfaatan potensi subsektor prima tabama yang ada dengan seoptimal mungkin melalui diversifikasi pasar, kerjasama dengan pihak swalayan,
membuka lapangan kerja untuk pengemasan dan pemasaran, penetapkan harga oleh pemerintah. Sedangkan tujuan yang kedua yaitu mengupayakan
agar subsektor potensial menjadi subsektor prima subsektor peternakan melalui peningkatan laju pertumbuhannya dengan cara meningkatkan
produksi peternakan dengan menurunkan harga ternak dan meningkatkan konsumen dayabeli masyarakat, menurunkan harga pakan ternak, gaduh
ternak, memanfaatkan kotoran dan urine ternak sebagai pupuk organik dan menjalin kerjasama dengan kabupaten lain.
b. Strategi jangka menengah. Tujuan dari strategi ini untuk mengembangkan subsektor berkembang menjadi subsektor potensial subsektor perikanan.
Strateginya yaitu dengan meningkatkan kontribusi subsektor berkembang melalui peningkatan produksi dan peningkatan daya beli masyarakat.
c. Strategi jangka panjang, Dalam strategi ini terdapat dua alternatif. Alternatif satu dengan pengembangan subsektor prima subsektor tabama.
Strategi yang diambil dalam alternatif satu ini adalah dengan menjaga
kesuburan tanah, perwujudan pertanian organik, penetapan daerah sebagai penghasil komoditi unggulan, dan sistem tanam bergilir. Sedangkan
alternatif dua, yaitu dengan mengembangkan subsektor tabama dan subsektor peternakan. Strategi yang diambil dalam alternatif dua yaitu
dengan pemanfaatan kotoran ternak dan urine sebagai pupuk organik, peningkatan teknologi ternak dan peningkatan sumber daya petani.
Alasan yang membuat penelitian di atas dijadikan sebagai landasan atau referensi dari penelitian ini adalah:
1. Dalam penelitian Ropingi dan Agustono 2004 dan penelitian Ropingi 2004, sektor pertanian merupakan obyek yang diteliti dalam penelitian di atas.
2. Dalam penelitian Sulistriyanto 2002 dan penelitian Setyaningrum 2006, komoditi tanaman bahan makanan termasuk salah satu komponen yang diteliti
dalam penelitian di atas. 3. Daerah yang diambil dalam penelitian Ropingi dan Agustono 2004, penelitian
Ropingi 2004, penelitian Sulistriyanto 2002, dan penelitian Setyaningrum 2006 dengan penelitian ini sama.
4. Dalam penelitian Susilowati 2009, alat analisis yang digunakan sama yaitu menggunakan Pendekatan Tipologi Klassen.
Penelitian-penelitian di atas akan dijadikan sebagai pembanding dengan hasil dari penelitian ini khususnya untuk penelitian yang dilakukan di Kabupaten
Boyolali, karena dari peneltian-penelitian tersebut dapat diketahui bagaimana perkembangan sektor pertanian termasuk juga perkembangan komoditi
tanaman bahan makanan. Dengan demikian, penelitian-penelitian di atas nantinya akan memberikan informasi yang dapat mempermudah penelitian ini
dalam hal penentuan strategi pengembangan selanjutnya.
B. Tinjauan Pustaka