Komoditi Terbelakang Klasifikasi Komoditi Tanaman Bahan Pangan di Kabupaten Boyolali

xliii xliii komoditi ini selalu mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, terutama pada tahun terakhir nilai produksi komoditi wortel mengalami peningkatan yang relatif banyak dibanding peningkatan pada tahun-tahun sebelumnya. Akan tetapi nilai kontribusi komoditi wortel tersebut ternyata masih berada di bawah nilai kontribusi PDRB 2,38597. Sedangkan untuk nilai pertumbuhan dari masing-masing komoditi sudah melebihi dari nilai pertumbuhan PDRB Kabupaten Boyolali 4,1145. Jenis komoditi buah-buahan yang termasuk dalam komoditi berkembang adalah komoditi mangga, durian, rambutan, pepaya, sawo, jambu biji, jambu air, duku, jeruk siam, jeruk besar, dan nanas. Dari 11 macam komoditi tersebut, komoditi yang mempunyai nilai pertumbuhan tertinggi adalah komoditi jeruk siam, dengan nilai pertumbuhan yaitu sebesar 980,6212. Nilai pertumbuhan jeruk siam merupakan yang tertinggi karena permintaan akan komoditi ini cenderung mengalami peningkatan, terutama pada tahun 2007 permintaan untuk jeruk siam mengalami peningkatan yang relatif signifikan. Dengan adanya peningkatan permintaan tersebut, tentunya berpengaruh pada nilai produksinya yang juga mengalami peningkatan. Sedangkan komoditi yang memiliki nilai kontribusi terbesar adalah komoditi mangga, dengan nilai kontribusi sebesar 2,10348. Masyarakat di setiap kecamatan yang ada di Kabupaten Boyolali membudidayakan komoditi mangga dan hasil produksinya bisa dikatakan relatif besar. Oleh karena itu, wajar saja jika nilai kontribusi dari komoditi mangga merupakan nilai kontribusi yang tertinggi untuk jenis buah-buahan.

3. Komoditi Terbelakang

Komoditi terbelakang adalah komoditi yang mempunyai laju pertumbuhan yang lambat dan memberikan kontribusi yang kecil. Untuk komoditi bawang daun, nangka, kangkung, dan ubi jalar termasuk dalam klasifikasi komoditi terbelakang, karena semua jenis komoditi ini mempunyai pertumbuhan komoditi yang lambat dan kontribusinya pun juga kecil. Pertumbuhan untuk komoditi-komoditi tadi dikatakan lambat xliv xliv karena laju pertumbuhan dari setiap komoditi tadi lebih kecil dibandingkan dengan laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Boyolali. Dan dikatakan mempunyai kontribusi yang kecil karena kontribusi dari komoditi-komoditi tersebut lebih kecil dari kontribusi PDRB Kabupaten Boyolali. Sebagai komoditi terbelakang, berarti komoditi-komoditi tersebut merupakan komoditi yang tertinggal atau belum maju dibandingkan komoditi lainnya. Komoditi terbelakang juga terdiri dari tiga jenis komoditi, sama dengan komoditi berkembang. Dari jenis palawija, yang termasuk dalam klasifikasi ini hanya ada satu, yaitu komoditi ubi jalar. Nilai pertumbuhan yang dimiliki hanya sebesar 0,3678 dan nilai kontribusinya hanya sebesar 0,02723. Jadi tidak heran jika komoditi ini termasuk dalam klasifikasi komoditi terbelakang. Faktor yang mempengaruhi rendahnya nilai pertumbuhan dan kontribusi dari komoditi ini adalah komoditi ini kurang banyak ditanam, karena dari 19 kecamatan yang ada di Kabupaten Boyolali, hanya tujuh kecamatan yang menanamnya. Rendahnya minat masyarakat untuk menanam tanaman ini dikarenakan nilai ekonomi dari komoditi ini bisa dikatakan relatif rendah dibanding nilai ekonomi dari komoditi lain. Jenis sayur-sayuran yang termasuk dalam klasifikasi komoditi terbelakang ada dua macam, yaitu komoditi bawang daun dan kangkung. Dari kedua komoditi tersebut yang mempunyai nilai kontribusi terbesar adalah komoditi bawang daun. Namun nilai pertumbuhannya justru bernilai negatif. Sedangkan untuk komoditi kangkung, nilai pertumbuhannya bernilai positif walaupun tetap berada di bawah nilai pertumbuhan PDRB Kabupaten Boyolali. Masyarakat Boyolali yang menanam kedua jenis komoditi ini terbilang sedikit dan jumlah produksinya juga sedikit. Alasan inilah yang menyebabkan kenapa kedua komoditi ini termasuk dalam klasifikasi komoditi terbelakang. Jenis buah-buahan yang termasuk dalam komoditi terbelakang hanya ada satu, yaitu komoditi nangka. Dengan nilai kontribusi sebesar xlv xlv 0,27240 dan nilai pertumbuhan yang negatif, yaitu sebesar -20,5498. Dimana kedua nilai tersebut berada di bawah nilai kontribusi PDRB Kabupaten Boyolali dan nilai pertumbuhan PDRB Kabupaten Boyolali. Sebenarnya hampir setiap kecamatan yang ada di Kabupaten Boyolali menanam komoditi ini dan harganya pun dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, namun karena permintaan akan komoditi ini mengalami penurunan dari tahun ke tahun maka jumlah produksi dari tanaman ini pun juga ikut mengalami penurunan, yang pada akhirnya berdampak pada nilai produksinya yang juga mengalami penurunan. Alasan inilah yang menyebabkan kenapa nilai kontribusi dan nilai pertumbuhan dari komoditi nangka terbilang rendah.

C. Strategi Pengembangan Komoditi Tanaman Bahan Pangan di Kabupaten