Sektor usaha yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pendapatan penduduk Kecamatan Cigugur adalah sektor peternakan, yaitu sebesar 32,00
persen. Hal tersebut dimungkinkan karena ketersediaan lahan, bahan baku pakan dan ketersediaan air menunjang untuk pelaksanaan kegiatan pertanian. Air irigasi
untuk pertanian mencukupi untuk budidaya tanaman pertanian dan jenis tanah latosol sampai padsolik menunjukan tingkat kesuburan lahan yang baik untuk
budidaya tanaman pertanian sehingga kegiatan pertanian dilaksanakan oleh penduduk. Hasil sampingan kegiatan pertanian tersebut dijadikan bahan pakan
untuk ternak yang dipelihara penduduk.
5.3. Keadaan Peternakan Di Wilayah Kecamatan Cigugur
Jenis ternak yang dibudidayakan oleh penduduk adalah sapi perah, sapi potong, kerbau, kuda, domba, ayam buras, ayam ras pedaging, ayam ras petelur,
itik dan kelinci. Budidaya ayam buras, itik, kelinci, domba dan kerbau yang dilakukan oleh penduduk sebagai alternatif pemenfaatan hasil sampingan dari
tanaman pertanian yang dibudidayakan dan pemanfaatan waktu senggang pada saat waktu luang dalam kegiatan budidaya tanaman dan ternak kerbau
dimanfaatkan untuk ternak kerja dalam pengolahan lahan pertanian. Khusus ternak kuda yang dipelihara oleh penduduk difungsikan untuk ternak kerja dengan
mata pencaharian khusus di bidang jasa angkutan. Ternak sapi perah, sapi potong , ayam ras pedaging dan ayam ras petelur di budidayakan secara intensif
oleh penduduk yang dijadikan sumber penerimaan. Populasi ternak di Kecamatan Cigugur dapat dilhat pada tabel 8.
Tabel 8. Populasi Ternak Di Kecamatan Cigugur Pada Bulan Juni 2008 No
Jenis Ternak Jumlah ekor
1 Sapi Perah
4.956 2
Sapi Potong 9
3 Kerbau
71 4
Kuda 32
5 Ayam Buras
12.228 6
Ayam Ras Pedaging 337.700
7 Ayam Ras Petelur
12.600 8
Itik 435
9 Domba
3.710 10
Kelinci 368
Sumber : UPTD BPP Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan. 2008
Perkembangan usaha ternak sapi perah di Kecamatan Cigugur ditunjang oleh ketersediaan koperasi dan industri pengolahan susu. Koperasi peternak sapi
perah yang menjadi wadah anggota dalam menjalankan usaha sebagai penampung susu peternak, penyediaan pakan konsentrat, pelayanan medis dan kesehatan
ternak. Usaha ternak sapi perah di Kecamatan Cigugur mulai dilaksanakan oleh Penduduk sekitar tahun 1979 hingga sampai saat ini sebagai sentra peternakan
sapi perah di Kabupaten Kuningan. Di Kecamatan Cigugur Terdapat tiga Koperasi yang mewadahi anggotanya dalam usaha ternak sapi perah. Setiap
koperasi memiliki kapasitasdaya tampung susu segar yang berbeda-beda. Berikut koperasi yang mewadahi peternak dalam usaha ternak sapi perah di Kecamatan
Cigugur Kabupaten Kuningan dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. Koperasi Yang Mewadahi Peternak Sapi Perah Di Kecamatan Cigugur Tahun 2008
No Nama Koperasi
Alamat Jumlah
Anggota ProduksiHari
liter
1 Koperasi Serba Usaha
KARYA NUGRAHA Kelurahan Cipari,
Kecamatan Cigugur 432
9.500 2
Koptan LARAS ATI Kelurahan Cigugur,
Kecamatan Cigugur 373
7.000 3
Koperasi Peternak Sapi Perah SALUYU
Kelurahan Cigugur, Kecamatan Cigugur
380 3.500
Total 20.000
Sumber : UPTD BPP Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan. 2008
Dari tabel 9 total produksi ketiga koperasi tersebut mencapai 20.000 liter per hari. Kemampuan produksi susu KSU Karya Nugraha mencapai 47,5 persen,
Koptan Laras Ati mencapai 35 persen dan KPSP Saluyu sebesar 17,5 persen. Komposisi rata-rata populasi sapi perah dari 60 peternak sebagai sampel dapat
dilihat pada tabel 10. Komposisi rata-rata populasi sapi perah yang dipelihara ini dapat menunjukan persentase sapi yang berproduksi dan berapa persen sapi dara
dan dara bunting yang dapat dijadikan bakal calon pengganti induk replacement stock.
Tabel 10. Komposisi Rata-rata Populasi Sapi Perah Yang Dimiliki Peternak Responden Penelitian Di Kecamatan Cigugur Tahun 2008
No Kriteria Sapi Perah
Jumlah Satuan Ternak Persentase
1 Laktasi Kosong
2,28 49,55
2 Laktasi bunting
1,00 21,70
3 Laktasi Kering Kandang
0,52 11,21
4 Dara
0,29 6,33
5 Dara Bunting
0,10 2,17
6 Jantan Dewasa
0,04 0,90
7 Pedet
0,38 8,14
Jumlah 4,61
100,00 Berdasarkan gambaran dari tabel 10 tersebut dapat dilihat rata-rata
peternak memiliki sapi perah sebanyak 4,61 ST. Rata-rata persentase sapi laktasi yang berproduksi sebesar 71,25 persen dan rata-rata ketersedian bakal calon
pengganti induk yaitu dara dan dara bunting sebesar 8,50 persen. Jumlah rata-rata pemilikan sapi bakal pengganti induk sebesar 8,50 persen berada dibawah batas
ideal jumlah sapi bakal calon pengganti induk sebesar 14,29 persen Sudono,1983. Kejadian tersebut dikarenakan peternak dalam menambah sapi
produksi dengan membeli sapi yang sudah berproduksi langsung dari peternak atau pedagang, terutama peternak dan pedagang sapi dari daerah lembang dan
boyolali. Sumber dana yang digunakan peternak untuk membeli sapi yang sudah berproduksi tersebut berasal dari bantuan pemerintah, pinjaman kredit bunga
ringan dari bank komersil melalui koperasi dan dengan penjualan aset tetap yang dimiliki peternak.
Peternak memiliki kebiasaan menjual sapi pedet betina atau dara yang memiliki kualitas yang diketahui silsilahnya, namun dalam pembelian sapi laktasi
yang sudah berproduksi tanpa memperhatikan silsilahnya. Akibatnya peluang timbulnya kualitas keturunan yang kurang baik makin besar yang berpengaruh
terhadap kualitas dan kuantitas produksi. Selain hal tersebut, kebiasaan peternak yang seperti itu menyebabkan petugas inseminasi buatan mengalami kesulitan
dalam mengatur jenis pejantan yang akan dijadikan bibit dalam proses reproduksi ternak sapi perah.
Menurut Yusmichad Yusdja 2005, penilaian skala usaha yang dimiliki peternak berdasarkan jumlah sapi yang dipelihara terdiri dari, peternak dengan
skala usaha rakyat 1-9 ekor, usaha skala kecil 10-30 ekor dan usaha skala menengah 30-100 ekor. Dari responden yang diteliti terdapat sebesar 95 persen
menjalankan usaha yang tergolong kedalam usaha rakyat, 3 persen termasuk dalam usaha skala kecil dan 2 persen tergolong usaha menengah. Peternak dengan
skala usaha rakyat memiliki sapi sebanyak 4,23 ST dengan jumlah sapi yang berproduksi sebanyak 3,11 ST atau sebesar 75,47 persen. Rata-rata produksi susu
harian peternak skala rakyat ini sebanyak 40,97 liter dengan produktivitas sapi produksi sebanyak 13,76 literhariST.
Peternak dengan usaha skala kecil rata-rata memiliki sapi sebanyak 8,25 ST dengan jumlah sapi produksi sebanyak 4,5 ST atau 54,89 persen. Rata-rata
produksi susu harian peternak sebanyak 67,83 liter dengan produktivitas sapi produksi sebanyak 15,15 literhariST. Peternak dengan usaha skala menengah
rata-rata memiiki sapi sebanyak 19 ST dengan jumlah sapi produksi sebanyak 11 ST atau 57,89 persen. Rata-rata produksi susu harian sebanyak 220,33 liter,
produktivitas sapi yang berproduksi sebanyak 20,03 literhariST.
5.4. Karakteristik Peternak