IV. METODE PENELITIAN
4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada peternak anggota koperasi di Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan
secara sengaja purposive dengan pertimbangan bahwa peternak dalam melaksanakan usahanya sebagai anggota koperasi. Koperasi Serba Usaha Karya
Nugraha merupakan koperasi peternak sapi perah yang memiliki anggota dan kapasitas penampungan susu terbesar dan memiliki wilayah kerja yang mencakup
seluruh Kecamatan Cigugur. Kegiatan pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Juni-November 2008.
4.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data primer diperoleh dari
wawancara langsung dengan pihak manajemen KSU Karya Nugraha dan peternak yang menjadi anggota KSU Karya Nugraha. Data sekunder yang merupakan
pelengkap data primer diperoleh dari instansi terkait yaitu, KSU Karya Nugraha, Pemerintahan Kecamatan Cigugur, laporan penelitian terdahulu yang terkait
dengan topik penelitian, Badan Pusat Statistik, Departemen Perindustrian dan perdagangan, Departemen Pertanian dan lembaga informasi lainnya.
4.3. Metode Pengambilan Sampel 4.3.1. Populasi
Populasi penelitian adalah peternak sapi perah yang menjadi anggota KSU Karya Nugraha Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan yang akan diambil
sampel secara stratified random sampling sebanyak 60 responden. Populasi responden penelitian memiliki karakteristik yang beragam, sehingga dengan
kerangka sampel yang telah ada peternak digolongkandistratifikasikan berdasarkan jumlah populasi ternak sapi perah yang dipeliharanya. Menurut
Champion dalam Mustafa 2000
8
mengatakan bahwa sebagian besar uji statistik selalu menyertakan rekomendasi ukuran sampel. Dengan kata lain, uji-uji statistik
yang ada akan sangat efektif jika diterapkan pada sampel yang jumlahnya 30 sampai dengan 60 atau dari 120 sampai dengan 250. Responden yang dijadikan
sampel tersebar di beberapa desa dan kelurahan yaitu, Kelurahan Cigugur, Kelurahan Cigadung, Kelurahan Cipari, Desa Cisantana, Desa Cileuleuy, Desa
Babakan Mulya dan Desa Puncak.
4.3.2. Sampel
Metode pengambilan sampel dilakukan dengan Sampling Acak Terstrata. Hal tersebut dikarenakan usaha ternak sapi perah anggota KSU Karya Nugraha
terdiri dari usaha skala menengah, usaha sekala kecil dan usaha rakyat. Menurut Srivastava et al,. 1995 pada sampling acak terstrata sederhana, populasi yang
akan di sampel dilayani sebagai sesuatu yang homogen, dan elemen-elemen individu ditarik secara acak dari keseluruhan populasi. Dalam sampel acak
terstrata, populasi dibagi-bagi kedalam strata sebelum sampel ditarik. Suatu sampel berukuran tetentu ditarik secara acak dari satu-satuan sampling yang
8
Mustafa,H. 2000. Teknik Sampling. www.google.com
28 Mei 2008
membuat setiap strata. Jika telah diketahui suatu strata yang diinginkan, sub sampel yang sesuai memberikan dasar pemikiran mengenai atribut strata populasi
atau sub semesta dari mana sub sampel itu ditarik. Keseluruhan sub sampel membentuk kumpulan sampel yang mendasari perkiraan atribut keseluruhan
populasi. Menurut Yusmichad Yusdja 2005, struktur usaha ternak sapi perah
terdiri dari usaha skala besar 100 ekor, usaha skala menengah 30-100 ekor, usaha skala kecil 10-30 ekor dan usaha ternak rakyat 1-9 ekor. Usaha ternak
rakyat pada umumnya merupakan anggota koperasi. Dengan skala usaha tersebut maka penentuan sampel dalam penelitian ini akan disesuaikan dengan proporsi
skala usaha peternak anggota KSU Karya Nugraha di Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan. Penentuan jumlah sampel yang akan di observasi dapat
dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Jumlah Peternak Yang Akan Diobservasi Berdasarkan Skala Usaha
Skala Usaha Jumlah Peternak
Anggota KSU Karya Nugraha
Jumlah Sampel
Persentas e Sampel
Skala Besar 100 ekor 0,00
Skala Menengah 30 – 100 ekor 2
1 0,23
Skala Kecil 10 – 30 ekor 14
2 0,46
Skala Usaha Rakyat 1 – 9 ekor 416
57 13,19
Total 432
60 13,89
4.4. Metode Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi langsung di lapangan, studi literatur, wawancara dan pengisian kuisioner.
Observasi langsung dilapangan dimaksudkan untuk mengetahui situasi dan
kondisi dilapangan. Studi literatur merupakan pendalaman berbagai informasi penting yang berkaitan dengan penelitian.
4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dari observasi langsung di lapangan, studi literatur, wawancara dan pengisian kuisioner, selanjutnya ditrankripsikan secara tertulis
kemudian diolah dengan alat analisis yang telah ditetapkan. Karakteristik demografis responden dianalisa dengan menggunakan tabulasi langsung
persentase. Tingkat pendapatan peternak anggota KSU Karya Nugraha dianalisis dengan menggunakan analisis pendapatan usahatani, yaitu jumlah penerimaan di
kurangi biaya usaha. Untuk melihat besarnya penerimaan yang dihasilkan dari setiap uang yang dikeluarkan dalam suatu kegiatan usahatani dihitung dengan
menggunakan rasio penerimaan atas biaya RC rasio. Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas sapi perah yang dipelihara peternak dianalisis
dengan analisis regresi berganda menggunakan program Software SPSS dan Microsoft Excel
. Penilaian peran koperasi terhadap peternak yaitu dengan mendeskripsikan
kegiatan koperasi yang dilaksanakan. Metode yang digunakan yaitu dengan membandingkan tingkat RC rasio peternak yang mendapatkan pelayanan penuh
dari koperasi dengan peternak yang tidak mendapatkan pelayanan penuh dari koperasi. Pelayanan yang dinilai tersebut terletak pada pembelian kosentrat oleh
peternak dari koperasi dengan peternak yang tidak melakukan pembelian kosentrat dari koperasi. Tingkat RC rasio usaha peternak yang mendapatkan
pelayanan penuh dari koperasi apakah lebih besar dan berbeda nyata dengan
peternak yang tidak mendapatkan pelayanan penuh dari koperasi. Pengujian tersebut dilakukan dengan uji Mann-Whithney.
4.5.1. Model Regresi Berganda
Menurut Sudono 1985 faktor-faktor yang mempengaruhi produksi susu sapi perah dipengaruhi oleh keturunan sebesar 30 persen dan lingkungan sebesar
70 persen. Faktor-faktor tersebut diantaranya yaitu, 1. Masa laktasi, 2. Masa kering kandang. Bila ditinjau secara ekonomis, khususnya usahatani, maka faktor-
faktor tersebut meliputi : alam, modal, tenaga kerja dan manajemen Soeharjo dan patong, 1973. Lumintang 1975, menyebutkan bahwa faktor-faktor produksi
yang mempengaruhi produksi susu sapi perah adalah : makanan hijauan, makanan penguat, jam kerja produksi dan persentase sapi laktasi.
Model yang digunakan dalam analisa data untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas susu ditingkat peternak anggota KSU Karya
Nugraha digunakan model Cobb Douglas yaitu variabel Y sebagai peubah tak bebas dependent variable dalam hal ini produktivitas sapi perah yang dipelihara
peternak dan variabel X
1
, X
2,
X
3,
X
4,
sebagai peubah bebas independent variable yaitu faktor yang mempengaruhi produktivitas sapi perah peternak. Model
matematik untuk persamaan tersebut adalah sebagai berikut: Y = b
X
1 b1
X
2 b2
X
3 b3
X
4 b4
Untuk menduga model Cobb Douglas tersebut maka model tersebut dilinearkan dengan menggunakan double logtrasformation sehingga menjadi persamaan
berikut: Ln Y = ln b
+ b
1
ln X
1
+ b
2
ln X
2
+ b
3
ln X
3
+ b
4
ln X
4
Keterangan:
Y = Produktivitas Sapi Perah literhariST
X
1
= Besarnya Biaya Usaha Rphari X
2
= Jumlah Pemberian Pakan Kosentrat Sapi Produksi kghariST X
3
= Jumlah Pemberian Pakan Hijauan Sapi Produksi kghariST X
4
= Masa Laktasi Sapi Produksi bulan b
= Konstanta b
1
= Koefisien regresi Biaya Usaha b
2
= Koefisien regresi Pemberian Pakan Hijauan Sapi Produksi b
3
= Koefisien regresi Pemberian Pakan Kosentrat Sapi Produksi b
4
= Koefisien regresi Masa Laktasi Sapi Produksi Penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas sapi perah yang
dipelihara peternak ini diasumsikan : 1. Besarnya biaya usaha yang digunakan peternak berpengaruh positif dan
nyata terhadap produktivitas susu di tingkat peternak. 2. Jumlah pemberian pakan kosentrat sapi produksi berpengaruh psitif dan
nyata terhadap produktivitas susu di tingkat peternak. 3. Pemberian pakan hijauan sapi produksi berpengaruh positif dan nyata ter-
hadap produktivitas susu di tingkat peternak. 4. Masa laktasi sapi produksi berpengaruh negatif dan nyata terhadap
produktivitas susu di tingkat peternak.
4.5.2. Pengujian Statistik
Untuk mengevaluasi apakah model yang digunakan sudah baik atau tidak, terdapat beberapa kriteria pengujian statistik yaitu koefisien determinasi yang
disesuaikan atau R-Sq adj, uji F dan uji t. Uji F digunakan untuk melihat apakah
variabel penjelas secara bersama-sama simultan berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel dependen Nachrowi dan Usman, 2002. Uji t merupakan suatu
pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah koefisien regresi signifikan atau tidak. Uji t digunakan untuk melihat apakah variabel penjelas secara individu
berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel dependen. Nilai koefisien determinasi merupakan suatu ukuran yang menunjukan besar sumbangan dari
variabel penjelas terhadap variabel respon. Semakin besar koefisien determinasi maka model semakain baik Nachrowi dan Usman, 2002. Menurut Santoso
1999, untuk regresi berganda yang mempunyai varibel bebas lebih dari dua, dianjurkan menggunakan koefisien determinasi yang disesuaikan atau R-Sq adj.
Koefisien determinasi yang disesuaikan berarti koefisien determinasi sudah disesuaikan dengan derajat bebas dari masing-masing jumlah kuadrat yang
tercakup didalam perhitungan koefisien determinasi Firdaus, 2004. 1. Uji t Statistik
Uji t statistik melihat hubungan atau pengaruh antara variabel independen secara individual terhadap variabel dependen.
Hipotesis yang digunakan : a. Jika hipotesis positif
H =
b ≤ 0 : variabel independent tidak mempengaruhi variabel dependen
secara signifikan H
1
= b
0 : variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara positif dan signifikan
b. Jika hipotesis negatif H
= b
≥ 0 : variabel independent tidak mempengaruhi variabel dependen secara signifikan
H
1
= b
0 : variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara negatif dan signifikan
Pengambilan keputusan uji t adalah : Jika t table ≥ t hitung, Ho diterima berarti variabel independen secara individual
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Jika t table t hitung, Ho ditolak berarti variabel independen secara individu
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. 2. Uji F Statistik
Uji F digunakan untuk melihat apakah variabel penjelas secara bersama- sama berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel dependen Nachrowi dan
Usman, 2002. Hipotesis yang digunakan :
H : b
1
= b
2
= b
3
= b
4
= b
5
= 0 tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel indipenden
terhadap variabel dependen secara bersama – sama. H
1
: b
1
≠ b
2
≠ b
3
≠ b
4
≠ b
5
≠ 0 ada pengaruh yang signifikan dari variabel indipenden
terhadap variabel dependen secara bersama – sama. Pengambilan keputusan uji F adalah :
Apabila F-hitung F-tabel, maka Ho ditolak berarti secara bersama – sama variabel independen secara signifikan mempengaruhi variabel dependen
Apabila F-hitung F-tabel maka Ho diterima yang berarti secara bersama – sama variabel independen secara signifikan tidak mempengaruhi variabel dependen.
Gambar 2. Statistik Durbin-Watson autokorelasi
positif Ragu-
ragu tidak ada
autokorelasi ragu-
ragu autokorelasi
negatif 0 D
L
D
U
2 4-D
U
4-D
L
4 3. Uji Asumsi Klasik
Pengujian ini dimaksudkan untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi, multikolinearitas, dan normalitas. Apabila terjadi penyimpangan terhadap asumsi
klasik tersebut uji t dan uji F yang dilakukan sebelumnya menjadi tidak valid dan secara statistik dapat mengacaukan kesimpulan.
A. Multikolineritas Pengujian multikolinearitas merupakan suatu keadaan dimana satu atau
lebih variabel independen dapat dinyatakan sebagai kombinasi linear dari variabel lainya. Salah satu cara untuk mengetahui adanya multikolinearitas adalah dengan
pengujian terhadap masing-masing variabel independen. Pengujian
multikolinearitas diketahui dari nilai VIF setiap prediktor. Jika nilai VIF prediktor tidak melebihi 10, maka data terbebas dari multikolinearitas.
B. Autokorelasi Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi digunakan Durbin
Watson test, dengan hipotesa sebagai berikut: a.
Jika nilai Durbin-Watson statistik D
L
, atau Durbin-Watson statistik 4- D
L
, maka terdapat autokorelasi b.
Jika nilai D
U
Durbin-Watson 4- D
U
, maka tidak terdapat autokorelasi.
c. Jika nilai D
L
≤ Durbin-Watson ≤ D
U
atau 4- D
U
≤ Durbin-Watson ≤ 4- D
L
, berarti ragu-ragu
C. Normalitas Uji normalitas dilakukan dengan uji normal P-Plot. Deteksi dengan
melihat penyebaran data titik pada sumbu diagonal dari grafik. Dasar pengambilan keputusan :
a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
4.5.3. Analisis Pendapatan Usaha Ternak Sapi Perah
Analisis pendapatan memerlukan data penerimaan revenue dan pengeluaran expenses baik yang menyangkut tetap fixed maupun biaya operasi
operating expenses . Total pendapatan usahatani diperhitungkan sebagai selisih
antara penerimaan dengan biaya yang telah dikeluarkan. Penerimaan Tunai TR
Tunai
= Harga Produk x Output Produksi Penerimaan Tidak Tunai TR
Tidak Tunai
= Harga Produk x Output Produksi Biaya Tunai TC
Tunai
= Harga Input x Jumlah Input Biaya Tidak Tunai TC
Tidak Tunai
= Harga Input x Jumlah Input Pendapatan Tunai = Penerimaan Tunai – Biaya Tunai
Pendapatan Tidak Tunai = Penerimaan Tidak Tunai – Biaya Tidak Tunai Pendapatan Total Usahatani = Total Penerimaan – Total Biaya
Menurut Hernanto 1993, analisis pendapatan memerlukan data penerimaan revenue
dan pengeluaran expenses baik yang menyangkut tetap fixed maupun biaya operasi operating expenses. Jenis biaya yang di perhitungkan mencakup
pada biaya tunai dan biaya tidak tunai. Biaya tunai usaha ternak sapi perah terdiri
dari biaya pakan kosentrat, biaya pakan hijauan, biaya susu pakan pedet yang belum disapih, biaya tenaga kerja, biaya obat, vitamin dan inseminasi buatan.
Biaya tidak tunai dalam usaha ternak sapi perah terdiri dari biaya sewa lahan, biaya penyusutan kandang, biaya penyusutan peralatan,dan biaya keanggotaan
koperasi. Biaya keanggotaan koperasi tersebut terdiri dari biaya simpanan wajib, simpanan pokok, simpanan sukarela, dana tunjangan kesehatan anggota dan dana
tunjangan kesehatan ternak. Biaya tunai usaha ternak sapi perah yang terdiri dari biaya pakan
kosentrat, biaya pakan hijauan, biaya susu pakan pedet yang belum disapih, biaya obat, vitamin dan inseminasi buatan di hitung dengan mengkalikan jumlah bahan
yang digunakan dengan harga satuan bahan yang digunakan. Biaya tenaga kerja yang diperhitungkan yaitu tenaga kerja dari keluarga dan tenaga kerja luar
keluarga. Penghitungan biaya tidak tunai terdiri dari penghitungan biaya sewa lahan, penyusutan kandang, penyusutan peralatan dan biaya keanggotaan
koperasi. Penghitungan biaya sewa lahan ditentukan berdasarkan nilai yang diperoleh dengan menyewakan lahan yang ada bila lahan tersebut tidak dijadikan
bangunan ataupun tempat usaha pribadi. Penghitungan biaya keanggotaan koperasi didasarkan pada kewajiban anggota dalam nilai uang yang harus
dikeluarkan peternak. Penghitungan biaya penyusutan kandang dan peralatan menggunakan metode garis lurus, rumusan metode tersebut adalah :
Ekonomis Usia
Jangka Sisa
Nilai -
Baru Nilai
Rp Penyusutan
= Jumlah yang dijual termasuk yang dikonsumsi sendiri dikalikan dengan
harga merupakan jumlah yang diterima atau penerimaan. Penilaian besarnya penerimaan yang dihasilkan dari setiap uang yang dikeluarkan dalam suatu
kegiatan usahatani dapat digunakan perhitungan rasio penerimaan atas biaya RC rasio. Hasil dari penghitungan rasio penerimaan atas biaya, dapat mengetahui
apakah suatu kegiatan usahatani dapat menguntungkan atau tidak dalam pelaksanaannya.
Ternak Usaha
Tunai Tidak
Biaya Total
Ternak Usaha
Tunai Tidak
Penerimaan Tunai
Tidak Biaya
Atas Rasio
RC =
Ternak Usaha
Tunai Biaya
Total Ternak
Usaha Tunai
Penerimaan Tunai
Biaya Atas
Rasio RC
=
Ternak Usaha
Biaya Total
Ternak Usaha
Penerimaan Total
Ternak Usaha
Rasio RC
= Dari penilaian RC rasio tersebut dapat diketahui apabila;
RC Rasio 1 = Usaha tersebut menguntungkan untuk diusahakan RC Rasio 1 = Usaha tersebut tidak menguntungkan
RC Rasio = 1 = Usaha tersebut masih layak untuk diusahakan
4.5.4. Peran Koperasi
Penilaian peran koperasi terhadap peternak yaitu dengan mendeskripsikan kegiatan koperasi yang dilaksanakan. Metode yang digunakan yaitu dengan
membandingkan tingkat RC rasio peternak yang mendapatkan pelayanan penuh dari koperasi dengan peternak yang tidak sepenuhnya mendapatkan pelayanan
dari koperasi. Pelayanan yang dinilai tersebut terutama pada pembelian kosentrat oleh peternak dari koperasi dengan peternak yang tidak melakukan pembelian
kosentrat dari koperasi. Tingkat RC rasio usaha peternak yang mendapatkan pelayanan penuh dari koperasi apakah lebih besar dan berbeda nyata dengan
peternak yang tidak mendapatkan pelayanan penuh dari koperasi. Pengujian
α
− 2
2 .
. Nilai
Jika tailed
Sig Asymp
tersebut dilakukan dengan uji Mann-Whithney. Uji tersebut menggunakan hipotesis :
H = Median Y di kedua populasi tidak berbeda.
H
1
= Median Y di populasi 1 daripada di populasi 2. Pengambilan keputusan uji Mann-Whithney adalah :
Maka dinyatakan tolak H pada taraf nyata α.
4.6. Batasan Istilah-istilah Yang Digunakan
Pendapatan usaha ternak adalah penerimaan peternak secara tunai atau tidak tunai yang telah dikurangi total biaya.
Faktor produksi adalah faktor yang mempengaruhi jalannya proses produksi dan dalam penelitian ini hanya dibatasi pada persentase sapi laktasi yang
berproduksi, besarnya biaya usaha, jumlah pemberian pakan kosentrat, jumlah pemberian pakan hijauan dan masa laktasi sapi yang berproduksi.
Ternak adalah sapi perah yang dipelihara. Jumlah ternak diukur dalam satuan ternak ST, dengan ketentuan untuksatu ekor sapi dewasa laktasi kosong,
laktasi bunting, laktasi kering, pejantan dewasa adalah satu ST, sapi muda dara bunting, dara kosong dan pejantan muda adalah 0,5 ST, dan anak sapi pedet
jantan, pedet betina adalah 0,25 ST. Sapi laktasi adalah sapi yang dapat menghasilkan air susu telah beranak,
sapi laktasi ini terdiri dari sapi laktasi yang berproduksi laktasi kosong, laktasi bunting, dan sapi laktasi tidak berproduksi sapi laktasi kering kandang.
Sapi muda adalah sapi jantan yang berumur lebih dari satu tahun atau sapi betina yang belum beranak yang berumur satu tahun atau lebih. Anak sapi adalah
sapi jantan atau sapi betina yang berumur kurang dari satu tahun. Persentase sapi laktasi yang berproduksi adalah jumlah sapi laktasi yang
berproduksi dibagi dengan jumlah sapi yang dipelihara oleh peternak dikalikan 100 persen.
Biaya usaha adalah jumlah biaya usaha yang dikeluarkan tiap hari baik secara tunai ataupun tidak tunai dalam usaha ternak sapi perah. Masa laktasi
adalah lama waktu sapi laktasi berproduksi. Penerimaan adalah jumlah uang yang diterima oleh peternak secara tunai
ataupun tidak tunai dari hasil penjualan susu, penjualan sapi, penjualan pupuk kandang, penjualan karung bekas.
Konversi pakan adalah kemapuan tiap kilogram pakan menghasilkan produksi.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian
Kecamatan Cigugur termasuk wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Kuningan, Provinsi Jawa Barat. Pusat pemerintahan Kecamatan Cigugur berada di
Jl. Raya Cigugur No. 2, dua kilometer di bagian barat Ibu Kota Kabupaten Kuningan. Kecamatan Cigugur berbatasan dengan Kecamatan Jalaksana di
sebelah Utara, sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kuningan, sebelah Selatan Berbatasan dengan Kecamatan Kadugede dan sebelah Barat berbatasan
dengan Kecamatan Majalengka. Jumlah penduduk di Kecamatan Cigugur Tahun 2008 dapat dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Jumlah Penduduk Kecamatan Cigugur Bulan Mei Tahun 2008 No
Desa dan Kerlurahan Jumlah Penduduk jiwa
1. Kelurahan Cigugur
7.194 2.
Kelurahan Sukamulya 2.875
3. Kelurahan Cigadung
6.439 4.
Kelurahan Cipari 3.640
5. Kelurahan Winduherang
3.327 6.
Desa Gunungkeling 1.628
7. Desa Cisantana
6.297 8.
Desa Cileuleuy 3.858
9. Desa Babakan Mulya
3.123 10.
Desa Puncak 3.968
Total 42.349
Sumber : Pemerintahan Kecamatan Cigugur 2008
Kecamatan Cigugur terletak pada ketinggian 700 sampai 1000 meter dari permukaan laut dengan suhu berkisar antara 15-23
C yang membuat udara menjadi lebih sejuk. Jenis tanah di wilayah Kecamatan Cigugur adalah latosol
merah kecoklatan sampai padsolik merah kuning. Curah hujan wilayah Kecamatan Cigugur berkisar antara 1000- 3500 mmtahun, dengan curah hujan