Waktu dan Lokasi Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Batasan Istilah-istilah Yang Digunakan

IV. METODE PENELITIAN

4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada peternak anggota koperasi di Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja purposive dengan pertimbangan bahwa peternak dalam melaksanakan usahanya sebagai anggota koperasi. Koperasi Serba Usaha Karya Nugraha merupakan koperasi peternak sapi perah yang memiliki anggota dan kapasitas penampungan susu terbesar dan memiliki wilayah kerja yang mencakup seluruh Kecamatan Cigugur. Kegiatan pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Juni-November 2008.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan pihak manajemen KSU Karya Nugraha dan peternak yang menjadi anggota KSU Karya Nugraha. Data sekunder yang merupakan pelengkap data primer diperoleh dari instansi terkait yaitu, KSU Karya Nugraha, Pemerintahan Kecamatan Cigugur, laporan penelitian terdahulu yang terkait dengan topik penelitian, Badan Pusat Statistik, Departemen Perindustrian dan perdagangan, Departemen Pertanian dan lembaga informasi lainnya. 4.3. Metode Pengambilan Sampel 4.3.1. Populasi Populasi penelitian adalah peternak sapi perah yang menjadi anggota KSU Karya Nugraha Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan yang akan diambil sampel secara stratified random sampling sebanyak 60 responden. Populasi responden penelitian memiliki karakteristik yang beragam, sehingga dengan kerangka sampel yang telah ada peternak digolongkandistratifikasikan berdasarkan jumlah populasi ternak sapi perah yang dipeliharanya. Menurut Champion dalam Mustafa 2000 8 mengatakan bahwa sebagian besar uji statistik selalu menyertakan rekomendasi ukuran sampel. Dengan kata lain, uji-uji statistik yang ada akan sangat efektif jika diterapkan pada sampel yang jumlahnya 30 sampai dengan 60 atau dari 120 sampai dengan 250. Responden yang dijadikan sampel tersebar di beberapa desa dan kelurahan yaitu, Kelurahan Cigugur, Kelurahan Cigadung, Kelurahan Cipari, Desa Cisantana, Desa Cileuleuy, Desa Babakan Mulya dan Desa Puncak.

4.3.2. Sampel

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan Sampling Acak Terstrata. Hal tersebut dikarenakan usaha ternak sapi perah anggota KSU Karya Nugraha terdiri dari usaha skala menengah, usaha sekala kecil dan usaha rakyat. Menurut Srivastava et al,. 1995 pada sampling acak terstrata sederhana, populasi yang akan di sampel dilayani sebagai sesuatu yang homogen, dan elemen-elemen individu ditarik secara acak dari keseluruhan populasi. Dalam sampel acak terstrata, populasi dibagi-bagi kedalam strata sebelum sampel ditarik. Suatu sampel berukuran tetentu ditarik secara acak dari satu-satuan sampling yang 8 Mustafa,H. 2000. Teknik Sampling. www.google.com 28 Mei 2008 membuat setiap strata. Jika telah diketahui suatu strata yang diinginkan, sub sampel yang sesuai memberikan dasar pemikiran mengenai atribut strata populasi atau sub semesta dari mana sub sampel itu ditarik. Keseluruhan sub sampel membentuk kumpulan sampel yang mendasari perkiraan atribut keseluruhan populasi. Menurut Yusmichad Yusdja 2005, struktur usaha ternak sapi perah terdiri dari usaha skala besar 100 ekor, usaha skala menengah 30-100 ekor, usaha skala kecil 10-30 ekor dan usaha ternak rakyat 1-9 ekor. Usaha ternak rakyat pada umumnya merupakan anggota koperasi. Dengan skala usaha tersebut maka penentuan sampel dalam penelitian ini akan disesuaikan dengan proporsi skala usaha peternak anggota KSU Karya Nugraha di Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan. Penentuan jumlah sampel yang akan di observasi dapat dilihat pada tabel 5. Tabel 5. Jumlah Peternak Yang Akan Diobservasi Berdasarkan Skala Usaha Skala Usaha Jumlah Peternak Anggota KSU Karya Nugraha Jumlah Sampel Persentas e Sampel Skala Besar 100 ekor 0,00 Skala Menengah 30 – 100 ekor 2 1 0,23 Skala Kecil 10 – 30 ekor 14 2 0,46 Skala Usaha Rakyat 1 – 9 ekor 416 57 13,19 Total 432 60 13,89

4.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi langsung di lapangan, studi literatur, wawancara dan pengisian kuisioner. Observasi langsung dilapangan dimaksudkan untuk mengetahui situasi dan kondisi dilapangan. Studi literatur merupakan pendalaman berbagai informasi penting yang berkaitan dengan penelitian.

4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh dari observasi langsung di lapangan, studi literatur, wawancara dan pengisian kuisioner, selanjutnya ditrankripsikan secara tertulis kemudian diolah dengan alat analisis yang telah ditetapkan. Karakteristik demografis responden dianalisa dengan menggunakan tabulasi langsung persentase. Tingkat pendapatan peternak anggota KSU Karya Nugraha dianalisis dengan menggunakan analisis pendapatan usahatani, yaitu jumlah penerimaan di kurangi biaya usaha. Untuk melihat besarnya penerimaan yang dihasilkan dari setiap uang yang dikeluarkan dalam suatu kegiatan usahatani dihitung dengan menggunakan rasio penerimaan atas biaya RC rasio. Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas sapi perah yang dipelihara peternak dianalisis dengan analisis regresi berganda menggunakan program Software SPSS dan Microsoft Excel . Penilaian peran koperasi terhadap peternak yaitu dengan mendeskripsikan kegiatan koperasi yang dilaksanakan. Metode yang digunakan yaitu dengan membandingkan tingkat RC rasio peternak yang mendapatkan pelayanan penuh dari koperasi dengan peternak yang tidak mendapatkan pelayanan penuh dari koperasi. Pelayanan yang dinilai tersebut terletak pada pembelian kosentrat oleh peternak dari koperasi dengan peternak yang tidak melakukan pembelian kosentrat dari koperasi. Tingkat RC rasio usaha peternak yang mendapatkan pelayanan penuh dari koperasi apakah lebih besar dan berbeda nyata dengan peternak yang tidak mendapatkan pelayanan penuh dari koperasi. Pengujian tersebut dilakukan dengan uji Mann-Whithney.

4.5.1. Model Regresi Berganda

Menurut Sudono 1985 faktor-faktor yang mempengaruhi produksi susu sapi perah dipengaruhi oleh keturunan sebesar 30 persen dan lingkungan sebesar 70 persen. Faktor-faktor tersebut diantaranya yaitu, 1. Masa laktasi, 2. Masa kering kandang. Bila ditinjau secara ekonomis, khususnya usahatani, maka faktor- faktor tersebut meliputi : alam, modal, tenaga kerja dan manajemen Soeharjo dan patong, 1973. Lumintang 1975, menyebutkan bahwa faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi susu sapi perah adalah : makanan hijauan, makanan penguat, jam kerja produksi dan persentase sapi laktasi. Model yang digunakan dalam analisa data untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas susu ditingkat peternak anggota KSU Karya Nugraha digunakan model Cobb Douglas yaitu variabel Y sebagai peubah tak bebas dependent variable dalam hal ini produktivitas sapi perah yang dipelihara peternak dan variabel X 1 , X 2, X 3, X 4, sebagai peubah bebas independent variable yaitu faktor yang mempengaruhi produktivitas sapi perah peternak. Model matematik untuk persamaan tersebut adalah sebagai berikut: Y = b X 1 b1 X 2 b2 X 3 b3 X 4 b4 Untuk menduga model Cobb Douglas tersebut maka model tersebut dilinearkan dengan menggunakan double logtrasformation sehingga menjadi persamaan berikut: Ln Y = ln b + b 1 ln X 1 + b 2 ln X 2 + b 3 ln X 3 + b 4 ln X 4 Keterangan: Y = Produktivitas Sapi Perah literhariST X 1 = Besarnya Biaya Usaha Rphari X 2 = Jumlah Pemberian Pakan Kosentrat Sapi Produksi kghariST X 3 = Jumlah Pemberian Pakan Hijauan Sapi Produksi kghariST X 4 = Masa Laktasi Sapi Produksi bulan b = Konstanta b 1 = Koefisien regresi Biaya Usaha b 2 = Koefisien regresi Pemberian Pakan Hijauan Sapi Produksi b 3 = Koefisien regresi Pemberian Pakan Kosentrat Sapi Produksi b 4 = Koefisien regresi Masa Laktasi Sapi Produksi Penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas sapi perah yang dipelihara peternak ini diasumsikan : 1. Besarnya biaya usaha yang digunakan peternak berpengaruh positif dan nyata terhadap produktivitas susu di tingkat peternak. 2. Jumlah pemberian pakan kosentrat sapi produksi berpengaruh psitif dan nyata terhadap produktivitas susu di tingkat peternak. 3. Pemberian pakan hijauan sapi produksi berpengaruh positif dan nyata ter- hadap produktivitas susu di tingkat peternak. 4. Masa laktasi sapi produksi berpengaruh negatif dan nyata terhadap produktivitas susu di tingkat peternak.

4.5.2. Pengujian Statistik

Untuk mengevaluasi apakah model yang digunakan sudah baik atau tidak, terdapat beberapa kriteria pengujian statistik yaitu koefisien determinasi yang disesuaikan atau R-Sq adj, uji F dan uji t. Uji F digunakan untuk melihat apakah variabel penjelas secara bersama-sama simultan berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel dependen Nachrowi dan Usman, 2002. Uji t merupakan suatu pengujian yang bertujuan untuk mengetahui apakah koefisien regresi signifikan atau tidak. Uji t digunakan untuk melihat apakah variabel penjelas secara individu berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel dependen. Nilai koefisien determinasi merupakan suatu ukuran yang menunjukan besar sumbangan dari variabel penjelas terhadap variabel respon. Semakin besar koefisien determinasi maka model semakain baik Nachrowi dan Usman, 2002. Menurut Santoso 1999, untuk regresi berganda yang mempunyai varibel bebas lebih dari dua, dianjurkan menggunakan koefisien determinasi yang disesuaikan atau R-Sq adj. Koefisien determinasi yang disesuaikan berarti koefisien determinasi sudah disesuaikan dengan derajat bebas dari masing-masing jumlah kuadrat yang tercakup didalam perhitungan koefisien determinasi Firdaus, 2004. 1. Uji t Statistik Uji t statistik melihat hubungan atau pengaruh antara variabel independen secara individual terhadap variabel dependen. Hipotesis yang digunakan : a. Jika hipotesis positif H = b ≤ 0 : variabel independent tidak mempengaruhi variabel dependen secara signifikan H 1 = b 0 : variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara positif dan signifikan b. Jika hipotesis negatif H = b ≥ 0 : variabel independent tidak mempengaruhi variabel dependen secara signifikan H 1 = b 0 : variabel independen mempengaruhi variabel dependen secara negatif dan signifikan Pengambilan keputusan uji t adalah : Jika t table ≥ t hitung, Ho diterima berarti variabel independen secara individual tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Jika t table t hitung, Ho ditolak berarti variabel independen secara individu berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. 2. Uji F Statistik Uji F digunakan untuk melihat apakah variabel penjelas secara bersama- sama berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel dependen Nachrowi dan Usman, 2002. Hipotesis yang digunakan : H : b 1 = b 2 = b 3 = b 4 = b 5 = 0 tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel indipenden terhadap variabel dependen secara bersama – sama. H 1 : b 1 ≠ b 2 ≠ b 3 ≠ b 4 ≠ b 5 ≠ 0 ada pengaruh yang signifikan dari variabel indipenden terhadap variabel dependen secara bersama – sama. Pengambilan keputusan uji F adalah : Apabila F-hitung F-tabel, maka Ho ditolak berarti secara bersama – sama variabel independen secara signifikan mempengaruhi variabel dependen Apabila F-hitung F-tabel maka Ho diterima yang berarti secara bersama – sama variabel independen secara signifikan tidak mempengaruhi variabel dependen. Gambar 2. Statistik Durbin-Watson autokorelasi positif Ragu- ragu tidak ada autokorelasi ragu- ragu autokorelasi negatif 0 D L D U 2 4-D U 4-D L 4 3. Uji Asumsi Klasik Pengujian ini dimaksudkan untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi, multikolinearitas, dan normalitas. Apabila terjadi penyimpangan terhadap asumsi klasik tersebut uji t dan uji F yang dilakukan sebelumnya menjadi tidak valid dan secara statistik dapat mengacaukan kesimpulan. A. Multikolineritas Pengujian multikolinearitas merupakan suatu keadaan dimana satu atau lebih variabel independen dapat dinyatakan sebagai kombinasi linear dari variabel lainya. Salah satu cara untuk mengetahui adanya multikolinearitas adalah dengan pengujian terhadap masing-masing variabel independen. Pengujian multikolinearitas diketahui dari nilai VIF setiap prediktor. Jika nilai VIF prediktor tidak melebihi 10, maka data terbebas dari multikolinearitas. B. Autokorelasi Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi digunakan Durbin Watson test, dengan hipotesa sebagai berikut: a. Jika nilai Durbin-Watson statistik D L , atau Durbin-Watson statistik 4- D L , maka terdapat autokorelasi b. Jika nilai D U Durbin-Watson 4- D U , maka tidak terdapat autokorelasi. c. Jika nilai D L ≤ Durbin-Watson ≤ D U atau 4- D U ≤ Durbin-Watson ≤ 4- D L , berarti ragu-ragu C. Normalitas Uji normalitas dilakukan dengan uji normal P-Plot. Deteksi dengan melihat penyebaran data titik pada sumbu diagonal dari grafik. Dasar pengambilan keputusan : a. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

4.5.3. Analisis Pendapatan Usaha Ternak Sapi Perah

Analisis pendapatan memerlukan data penerimaan revenue dan pengeluaran expenses baik yang menyangkut tetap fixed maupun biaya operasi operating expenses . Total pendapatan usahatani diperhitungkan sebagai selisih antara penerimaan dengan biaya yang telah dikeluarkan. Penerimaan Tunai TR Tunai = Harga Produk x Output Produksi Penerimaan Tidak Tunai TR Tidak Tunai = Harga Produk x Output Produksi Biaya Tunai TC Tunai = Harga Input x Jumlah Input Biaya Tidak Tunai TC Tidak Tunai = Harga Input x Jumlah Input Pendapatan Tunai = Penerimaan Tunai – Biaya Tunai Pendapatan Tidak Tunai = Penerimaan Tidak Tunai – Biaya Tidak Tunai Pendapatan Total Usahatani = Total Penerimaan – Total Biaya Menurut Hernanto 1993, analisis pendapatan memerlukan data penerimaan revenue dan pengeluaran expenses baik yang menyangkut tetap fixed maupun biaya operasi operating expenses. Jenis biaya yang di perhitungkan mencakup pada biaya tunai dan biaya tidak tunai. Biaya tunai usaha ternak sapi perah terdiri dari biaya pakan kosentrat, biaya pakan hijauan, biaya susu pakan pedet yang belum disapih, biaya tenaga kerja, biaya obat, vitamin dan inseminasi buatan. Biaya tidak tunai dalam usaha ternak sapi perah terdiri dari biaya sewa lahan, biaya penyusutan kandang, biaya penyusutan peralatan,dan biaya keanggotaan koperasi. Biaya keanggotaan koperasi tersebut terdiri dari biaya simpanan wajib, simpanan pokok, simpanan sukarela, dana tunjangan kesehatan anggota dan dana tunjangan kesehatan ternak. Biaya tunai usaha ternak sapi perah yang terdiri dari biaya pakan kosentrat, biaya pakan hijauan, biaya susu pakan pedet yang belum disapih, biaya obat, vitamin dan inseminasi buatan di hitung dengan mengkalikan jumlah bahan yang digunakan dengan harga satuan bahan yang digunakan. Biaya tenaga kerja yang diperhitungkan yaitu tenaga kerja dari keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Penghitungan biaya tidak tunai terdiri dari penghitungan biaya sewa lahan, penyusutan kandang, penyusutan peralatan dan biaya keanggotaan koperasi. Penghitungan biaya sewa lahan ditentukan berdasarkan nilai yang diperoleh dengan menyewakan lahan yang ada bila lahan tersebut tidak dijadikan bangunan ataupun tempat usaha pribadi. Penghitungan biaya keanggotaan koperasi didasarkan pada kewajiban anggota dalam nilai uang yang harus dikeluarkan peternak. Penghitungan biaya penyusutan kandang dan peralatan menggunakan metode garis lurus, rumusan metode tersebut adalah : Ekonomis Usia Jangka Sisa Nilai - Baru Nilai Rp Penyusutan = Jumlah yang dijual termasuk yang dikonsumsi sendiri dikalikan dengan harga merupakan jumlah yang diterima atau penerimaan. Penilaian besarnya penerimaan yang dihasilkan dari setiap uang yang dikeluarkan dalam suatu kegiatan usahatani dapat digunakan perhitungan rasio penerimaan atas biaya RC rasio. Hasil dari penghitungan rasio penerimaan atas biaya, dapat mengetahui apakah suatu kegiatan usahatani dapat menguntungkan atau tidak dalam pelaksanaannya. Ternak Usaha Tunai Tidak Biaya Total Ternak Usaha Tunai Tidak Penerimaan Tunai Tidak Biaya Atas Rasio RC = Ternak Usaha Tunai Biaya Total Ternak Usaha Tunai Penerimaan Tunai Biaya Atas Rasio RC = Ternak Usaha Biaya Total Ternak Usaha Penerimaan Total Ternak Usaha Rasio RC = Dari penilaian RC rasio tersebut dapat diketahui apabila; RC Rasio 1 = Usaha tersebut menguntungkan untuk diusahakan RC Rasio 1 = Usaha tersebut tidak menguntungkan RC Rasio = 1 = Usaha tersebut masih layak untuk diusahakan

4.5.4. Peran Koperasi

Penilaian peran koperasi terhadap peternak yaitu dengan mendeskripsikan kegiatan koperasi yang dilaksanakan. Metode yang digunakan yaitu dengan membandingkan tingkat RC rasio peternak yang mendapatkan pelayanan penuh dari koperasi dengan peternak yang tidak sepenuhnya mendapatkan pelayanan dari koperasi. Pelayanan yang dinilai tersebut terutama pada pembelian kosentrat oleh peternak dari koperasi dengan peternak yang tidak melakukan pembelian kosentrat dari koperasi. Tingkat RC rasio usaha peternak yang mendapatkan pelayanan penuh dari koperasi apakah lebih besar dan berbeda nyata dengan peternak yang tidak mendapatkan pelayanan penuh dari koperasi. Pengujian α − 2 2 . . Nilai Jika tailed Sig Asymp tersebut dilakukan dengan uji Mann-Whithney. Uji tersebut menggunakan hipotesis : H = Median Y di kedua populasi tidak berbeda. H 1 = Median Y di populasi 1 daripada di populasi 2. Pengambilan keputusan uji Mann-Whithney adalah : Maka dinyatakan tolak H pada taraf nyata α.

4.6. Batasan Istilah-istilah Yang Digunakan

Pendapatan usaha ternak adalah penerimaan peternak secara tunai atau tidak tunai yang telah dikurangi total biaya. Faktor produksi adalah faktor yang mempengaruhi jalannya proses produksi dan dalam penelitian ini hanya dibatasi pada persentase sapi laktasi yang berproduksi, besarnya biaya usaha, jumlah pemberian pakan kosentrat, jumlah pemberian pakan hijauan dan masa laktasi sapi yang berproduksi. Ternak adalah sapi perah yang dipelihara. Jumlah ternak diukur dalam satuan ternak ST, dengan ketentuan untuksatu ekor sapi dewasa laktasi kosong, laktasi bunting, laktasi kering, pejantan dewasa adalah satu ST, sapi muda dara bunting, dara kosong dan pejantan muda adalah 0,5 ST, dan anak sapi pedet jantan, pedet betina adalah 0,25 ST. Sapi laktasi adalah sapi yang dapat menghasilkan air susu telah beranak, sapi laktasi ini terdiri dari sapi laktasi yang berproduksi laktasi kosong, laktasi bunting, dan sapi laktasi tidak berproduksi sapi laktasi kering kandang. Sapi muda adalah sapi jantan yang berumur lebih dari satu tahun atau sapi betina yang belum beranak yang berumur satu tahun atau lebih. Anak sapi adalah sapi jantan atau sapi betina yang berumur kurang dari satu tahun. Persentase sapi laktasi yang berproduksi adalah jumlah sapi laktasi yang berproduksi dibagi dengan jumlah sapi yang dipelihara oleh peternak dikalikan 100 persen. Biaya usaha adalah jumlah biaya usaha yang dikeluarkan tiap hari baik secara tunai ataupun tidak tunai dalam usaha ternak sapi perah. Masa laktasi adalah lama waktu sapi laktasi berproduksi. Penerimaan adalah jumlah uang yang diterima oleh peternak secara tunai ataupun tidak tunai dari hasil penjualan susu, penjualan sapi, penjualan pupuk kandang, penjualan karung bekas. Konversi pakan adalah kemapuan tiap kilogram pakan menghasilkan produksi.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian

Kecamatan Cigugur termasuk wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Kuningan, Provinsi Jawa Barat. Pusat pemerintahan Kecamatan Cigugur berada di Jl. Raya Cigugur No. 2, dua kilometer di bagian barat Ibu Kota Kabupaten Kuningan. Kecamatan Cigugur berbatasan dengan Kecamatan Jalaksana di sebelah Utara, sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kuningan, sebelah Selatan Berbatasan dengan Kecamatan Kadugede dan sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Majalengka. Jumlah penduduk di Kecamatan Cigugur Tahun 2008 dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Jumlah Penduduk Kecamatan Cigugur Bulan Mei Tahun 2008 No Desa dan Kerlurahan Jumlah Penduduk jiwa 1. Kelurahan Cigugur 7.194 2. Kelurahan Sukamulya 2.875 3. Kelurahan Cigadung 6.439 4. Kelurahan Cipari 3.640 5. Kelurahan Winduherang 3.327 6. Desa Gunungkeling 1.628 7. Desa Cisantana 6.297 8. Desa Cileuleuy 3.858 9. Desa Babakan Mulya 3.123 10. Desa Puncak 3.968 Total 42.349 Sumber : Pemerintahan Kecamatan Cigugur 2008 Kecamatan Cigugur terletak pada ketinggian 700 sampai 1000 meter dari permukaan laut dengan suhu berkisar antara 15-23 C yang membuat udara menjadi lebih sejuk. Jenis tanah di wilayah Kecamatan Cigugur adalah latosol merah kecoklatan sampai padsolik merah kuning. Curah hujan wilayah Kecamatan Cigugur berkisar antara 1000- 3500 mmtahun, dengan curah hujan

Dokumen yang terkait

Analisis tingkat kemampuan produksi susu dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produksi dan pendapatan peternak sapi perah :Studi kasus di perusahaan susu Kaliwates Kelurahan Kaliwates Kecamatan Kaliwates Kabupaten Jember

0 5 103

Hubungan Faktor Personal Dengan Tingkat Partisipasi Peternak Anggota Koperasi Produksi Susu Dan Usaha Peternakan (Kasus di Desa Cilebut Barat, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor)

0 8 66

Efisiensi Produksi Susu dan Analisis Aspek Manajemen Peternakan Sapi Perah Anggota Koperasi Peternak Sapi Bandung Utara

0 29 221

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Susu dan Pendapatan Peternak Sapi Perah di Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang

4 38 322

Analisis Pendapatan Usahatani dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Susu Sapi Perah Peternak Desa Cibeureum Kabupaten Bogor

0 20 247

Analisis daya saing dan dampak kebijakan pemerintah terhadap usaha peternakan sapi perah (Studi Kasus : Peternak Anggota Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan Bogor KUNAK, Jawa Barat)

17 142 133

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Susu Sapi Perah (Kasus Peternak Anggota Kelompok Ternak Mekar Jaya Desa Cipayung, Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

0 12 216

Peranan dan Analisis Pendapatan Koperasi Susu di Jawa Timur (Kasus Koperasi Peternak Sapi Perah SAE Pujon)

0 4 24

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI SUSU SAPI PERAH DI KECAMATAN MUSUK KABUPATEN BOYOLALI.

1 3 26

KONSUMSI SUSU KELUARGA PETERNAK SAPI PERAH ANGGOTA KOPERASI PETERNAK SAPI PERAH SETIA KAWAN

0 0 6