Analisis pendapatan dan faktor yang mempengaruhi produksi susu sapi perah di tingkat peternak Kasus Anggota Koperasi Serba Usaha "Karya Nugraha" Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat
ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI SUSU SAPI PERAH DI TINGKAT PETERNAK (KASUS
ANGGOTA KOPERASI SERBA USAHA “KARYA NUGRAHA” KECAMATAN CIGUGUR KABUPATEN KUNINGAN
PROVINSI JAWA BARAT)
Oleh : HERIYATNO
A14105554
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
(2)
RINGKASAN
HERIYATNO. Analisis Pendapatan dan Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Susu Sapi Perah Di Tingkat Peternak (Kasus Anggota Koperasi Serba Usaha “Karya Nugraha” Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat). (Dibawah Bimbingan RATNA WINANDI)
Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis, antara lain dalam memenuhi kebutuhan pangan non karbohidrat yang terus meningkat akibat bertambahnya jumlah penduduk, peningkatan pendapatan dan penciptaan lapangan pekerjaan. Koperasi Serba Usaha Karya Nugraha sebagai koperasi yang mewadahi peternak memiliki daya tampung paling besar dan memiliki anggota yang tersebar di seluruh Kecamatan Cigugur. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas sapi perah peternak anggota, menganalisis pendapatan peternak anggota KSU Karya Nugraha dan menganalisis peran KSU Karya Nugraha dalam meningkatkan produksi susu peternak anggotanya.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2008. Responden penelitian adalah peternak sapi perah anggota koperasi sebanyak 60 orang. Variabel yang diukur adalah jumlah produktivitas sapi perah peternak sebagai peubah terikat, besarnya biaya usaha (X1), jumlah pemberian pakan kosentrat sapi berproduksi (X2), jumlah pemberian pakan hijauan sapi berproduksi (X3) dan masa laktasi sapi berproduksi (X4) sebagai peubah bebas.
Usaha ternak sapi perah yang dijalankan peternak sebesar 95 persen merupakan usaha utama dan lima persen merupakan usaha sampingan. Skala usaha yang dijalankan peternak sebesar 95 persen tergolong kedalam skala usaha rakyat, tiga persen usaha skala kecil dan dua persen usaha skala menengah. Rata-rata kepemilikan sapi usaha skala rakyat sebesar 4,23 ST, skala kecil sebesar 8,25 ST dan usaha skala menengah 19 ST. Peternak skala rakyat memberikan kosentrat untuk sapi yang berproduksi sebanyak 17,44 kg/hari/ST dan hijauan 21,18 kg/hari/ST. Peternak skala kecil memberikan kosentrat untuk sapi yang berproduksi sebanyak17,74 kg/hari/ST dan hijauan 23,89 kg/hari/ST. Peternak skala menengah memberikan kosentrat untuk sapi yang berproduksi sebanyak 20,91kg/hari/ST dan hijauan 20 kg/hari/ST. Produktivitas sapi produksi peternak skala rakyat sebanyak 13,76 liter/hari/ST, produktivitas sapi produksi peternak skala kecil adalah 15,15 liter/hari/ST dan produktivitas sapi produksi peternak skala menengah adalah 20,03 liter/hari/ST.
Sumber penerimaan usaha peternak terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Besarnya penerimaan harian usaha skala rakyat sebesar Rp 135.769,81. Usaha skala kecil memperoleh penerimaan harian sebesar Rp 213.993,05. Penerimaan harian usaha skala menengah sebesar Rp 677.142,50. Jenis biaya yang diperhitungkan dalam penelitian ini mencakup pada biaya tunai dan biaya tidak tunai. Besarnya biaya harian usaha skala rakyat sebesar Rp 124.401,17. Usaha skala kecil mengeluarkan biaya harian sebesar Rp 162.674,52. Biaya harian usaha skala menengah sebesar Rp 626.519,43. Total biaya harian yang dialokasikan peternak untuk pembelian barang dan jasa dari koperasi sebesar Rp 50.317,86 atau sebesar 37,54 persen dari total biaya harian yang dikeluarkan
(3)
peternak. Karena pembelian yang dilakukan peternak terhadap koperasi tersebut dilaksanakan secara kredit, maka hal tersebut sangat membantu peternak dalam pelaksanaan usaha beternak sapi perahnya.
Skala usaha rakyat memperoleh pendapatan usaha sebesar Rp 11.298,17/hari, usaha skala kecil memperoleh pendapatan usaha sebesar Rp 50.530,44/hari dan usaha skala menengah memperoleh pendapatan sebesar Rp 56.216,24/hari. Nilai R/C rasio usaha skala rakyat sebesar 1,10, usaha skala kecil sebesar 1,31 dan usaha skala menengah sebesar 1,09.
Koperasi Serba Usaha Karya Nugraha dalam upaya peningkatan produksi susu peternak melaksanakan kegiatan membuat, menyediakan dan mendistribusikan pakan kepada peternak, memberikan pelayanan medis dan inseminasi buatan, menjadi fasilitator dan mediator bantuan pemerintah dan menjalin kerjasama dengan lembaga perbankan untuk menyalurkan pinjaman dengan bunga ringan kepada peternak. Dengan uji Mann-Whitney terhadap peternak yang mendapatkan pelayanan penuh dari koperasi dengan yang tidak menunjukan tingkat keuntungan peternak yang mendapatkan pelayanan penuh dari koperasi memiliki tingkat keuntungan 1,08 dan peternak yang tidak mendapatkan pelayanan penuh sebesar 1,29. Dengan uji tersebut menunjukan keutungan usaha kedua kelompok peternak tersebut berbeda nyata, lebih menguntungkan peternak yang tidak membeli kosentrat dari koperasi.
Penilaian faktor-faktor yang mempengaruhi produksi susu di tingkat peternak menunjukan jumlah pemberian pakan kosentrat, jumlah pemberian pakan hijauan dan masa laktasi berpengaruh nyata terhadap produktivitas sapi perah peternak sedangkan faktor besarnya biaya usaha tidak berpengaruh nyata. 40,2 persen hubungan antara faktor-faktor produksi yang digunakan dengan jumlah produksi susu di tingkat peternak dapat dijelaskan oleh fungsi produksi tersebut. Usaha Ternak sapi perah yang dijalankan oleh anggota KSU Karya Nugraha memiliki nilai R/C rasio sebesar 1,11 sehingga usaha tersebut layak untuk dijalankan.
Peternak dan koperasi perlu memberikan perhatian penuh terhadap besarnya biaya usaha harian peternak, jumlah pakan kosentrat dan pakan hijauan yang diberikan terutama jumlah dan kualitasnya dan masa laktasi sapi yang berproduksi. Untuk meningkatkan produksi susu peternak maka perlu ada upaya untuk meningkatkan pemberian pakan kosentrat dan pakan hijauan. Untuk peningkatan susu yang disetorkan kekoperasi maka susu untuk pakan pedet menggunakan susu pengganti. Peternak dan koperasi perlu mengupayakan persentase sapi laktasi pada peternak sebesar 81,29 persen. Peternak lebih baik membeli pakan kosentrat keluar koperasi karena harganya lebih murah
(4)
ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI SUSU SAPI PERAH DI TINGKAT PETERNAK (KASUS
ANGGOTA KOPERASI SERBA USAHA “KARYA NUGRAHA” KECAMATAN CIGUGUR KABUPATEN KUNINGAN
PROVINSI JAWA BARAT)
Oleh : HERIYATNO
A14105554
SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pertanian
Pada
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
(5)
Judul : Analisis Pendapatan dan Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Susu Sapi Perah Di Tingkat Peternak (Kasus Anggota Koperasi Serba Usaha “Karya Nugraha” Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan
Provinsi Jawa Barat) Nama : Heriyatno
NRP : A14105554
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Ratna Winandi, MS. NIP. 195307181978032001
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr. NIP. 195712221982031002
(6)
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ANALISIS PENDAPATAN DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI SUSU SAPI PERAH DI TINGKAT PETERNAK (KASUS ANGGOTA KOPERASI SERBA USAHA “KARYA NUGRAHA” KECAMATAN CIGUGUR KABUPATEN KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT) BENAR-BENAR HASIL KARYA TULIS SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA TULIS ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, September 2009
Heriyatno
(7)
UCAPAN TERIMAKASIH
Bismillahirrahmanirrahim, alhamdulillahirrabbil’alamin
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, nikmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam, penulis sanjungkan kepada pemimpin para Nabi dan Rasul, Nabi Muhammad SAW. Skripsi yang disusun ini berjudul Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produksi Susu Ditingkat Peternak (Studi Kasus Anggota KSU Karya Nugraha Kecamatan Cigugur).
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Dr. Ir. Ratna Winandi, MS. yang berkenan meluangkan tenaga, waktu dan fikiran untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Ir. Netty Tinaprila, MM. sebagai dosen evaluator yang memberikan masukan hingga skripsi ini dapat diselesaikan.
3. Bapa Dr. Ir. Suharno, M.Adev. Sebagai dosen penguji utama yang memberikan masukan pada skripsi ini.
4. Bapa Rahmat Yanuar, SP. MSi. Sebagai dosen penguji dari Komisi Pendidikan yang memberikan masukan pada skripsi ini.
5. Ibu dan Bapa yang selalu bersabar, berikhtiar dan berdo’a untuk menopang kehidupan penulis untuk menyelesaikan pendidikan. Nda yang selalu memberikan cinta kasih, motivasi dan do’a bagi penulis. Adik-adiku yang selalu penulis banggakan.
(8)
6. Bapak Suherman, SE. Kepala Badan Kesbang, Pol dan Linmas Kabupaten Kuningan yang telah memberikan rekomendasi tidak keberatan kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di wilayah Kabupaten Kuningan. 7. Bapak Ahmad Wiraatmaja, S.Ap. Camat Cigugur dan Bapak Uun Sunarya,
SP. Kepala UPTD BPP Kecamatan Cigugur yang telah memberikan informasi yang diperluakan dalam penelitian penulis.
8. Bapak Saud Gunawan, Ketua Koperasi Serba Usaha Karya Nugraha Kecamatan Cigugur yang telah mengijinkan penulis melaksanakan penelitian di koperasi tersebut.
9. Para peternak anggota KSU Karya Nugraha yang telah memberikan informasi-informasi yang diperlukan penulis.
10. Kang Rudi Hadianto yang telah berkenan memberikan masukan dan bantuan dalam menuntaskan skripsi ini.
11. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu atas bantuan dan dukungannya.
Semoga Allah membalas semua budi baik yang telah diberikan, dengan nikmat yang melimpah dan dijadikan amal ibadah yang baik. Semoga kita semua diberikan limpahan rahmat dan hidayah-Nya dalam menjalankan amanah hidup ini. Amin yaa robbal’alamin.
(9)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan, Jabar pada tanggal 19 September 1983. Penulis adalah anak pertama dari keluarga Bapak Djuhara dan Ibu Ratnawati. Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar pada tahun 1996 di SD Negeri II Cigugur. Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama diselesaikan penulis pada tahun 1999 di SLTP Negeri I Cigugur. Sekolah Lanjuatn Tingkat Atas diselesaikan pada tahun 2002 di SMK Negeri I Kuningan.
Pada tahun 2002 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Fakultas Peternakan Program Diploma III Program Studi Agribisnis Peternakan Departemen Sosial Ekonomi Industri Peternakan, melalui jalur USMI. Seterlah lulus tahun 2005 penulis melanjutkan kembali ke jenjang Sarjana melalui Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
(10)
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim, alhamdulillahirrabbil’alamin
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, nikmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam, penulis sanjungkan kepada pemimpin para Nabi dan Rasul, Nabi Muhammad SAW.
Pemerintahan Kecamatan Cigugur memiliki visi untuk mewujudkan cigugur yang sejahtera dengan berlandaskan kerukunan umat beragama serta berorientasi kepada agribisnis dan pengembangan ekonomi kerakyatan. Misi pembangunan Kecamatan Cigugur yaitu : pengembangan potensi pertanian dan peternakan sebagai komoditas unggulan, pengembangan usaha bagi usaha kecil, menengah dan koperasi, pengembangan potensi wisata alam dan budaya dan pengembangan sumberdaya alam dan pelestarian lingkungan hidup. Sesuai dengan visi dan misi tersebut peternak sapi perah sebagai penduduk yang memberikan kontribusi dalam pembangunan Kecamatan Cigugur dari bidang peternakan, harus pula diupayakan untuk mendapatkan kesejahteraan.
Salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan kesejahteraan peternak sapi perah yaitu dengan meningkatkan pendapatan peternak. Peningkatan pendapatan peternak ini dapat diupayakan dengan menentukan alternatif pemecahan permasalahan yang mempengaruhi penerimaan usaha peternak. Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi produksi susu ditingkat peternak merupakan salah satu cara untuk mengetahui alternatif untuk meningkatkan penerimaan peternak.
(11)
Skripsi ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan peternak dan koperasi dalam menjalankan usaha ternaknya, sehingga penerimaan peternak dapat meningkat. Semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan . Amin yaa robbal’alamin.
Bogor, September 2009
(12)
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR...i
DAFTAR ISI...iii
DAFTAR TABEL...v
DAFTAR GAMBAR...vii
DAFTAR LAMPIRAN...viii
I. PENDAHULUAN...1
1.1. Latar Belakang...1
1.2. Perumusan Masalah...8
1.3. Tujuan Penelitian...9
1.4. Kegunaan Penelitian...10
1.5. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian...10
II. TINJAUAN PUSTAKA...11
2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah...11
2.2. Tata Laksana Pemeliharaan Sapi Perah...14
2.3. Hasil Penelitian Terdahulu...15
III. KERANGKA PEMIKIRAN...18
3.1. Kerangaka Pemikiran Teoritis...18
3.1.1. Pengertian dan Gambaran Umum Koperasi...18
3.1.2. Koperasi Serba Usaha (KSU)...20
3.1.3. Konsep Usaha Ternak Sapi Perah...22
3.1.3.1. Biaya Usaha Ternak Sapi Perah...23
3.1.3.2. Penerimaan Usaha Ternak Sapi Perah...24
3.1.3.3. Pendapatan Usaha Ternak Sapi Perah...24
3.1.4. Analisis Regresi Berganda...26
3.2. Kerangka Pemikiran Opersional...27
IV. METODE PENELITIAN...31
4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian...31
4.2. Jenis dan Sumber Data...31
4.3. Metode Pengambilan Sampel...32
4.3.1. Populasi...32
4.3.1. Sampel...32
(13)
4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data...34
4.5.1. Model Regresi Berganda...35
4.5.1. Pengujian Statistik...36
4.5.3. Analisis Pendapatan Usaha Ternak Sapi Perah...40
4.5.4. Peran Koperasi...42
4.6. Batasan Istilah-istilah Yang Digunakan...43
V. HASIL DAN PEMBAHASAN...45
5.1. Keadaan Umum Daerha Penelitian...45
5.2. Matapencaharian dan Pendapatan Penduduk...46
5.3. Keadaan Peternakan Di Wilayah Kecamatan Cigugur...47
5.4. Karakteristik Peternak...51
5.4.1. Umur Peternak...51
5.4.2. Tingkat Pendidikan Peternak...52
5.4.3. Pengalaman Beternak...53
5.4.4. Orientasi Usaha Peternak...54
5.5. Teknis Pelaksanaan Usaha Peternak ...55
5.6. Analisis Penerimaan dan Biaya Usaha Ternak Sapi Perah...65
5.7. Imbangan Penerimaan dan Biaya Usaha Ternak Sapi Perah...73
5.8. Kegiatan Koperasi Yang Dilaksanakan Sebagai Pelayanan Peternak...76
5.9. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produksi Susu Ditingkat Peternak...80
5.9.1. Analisis Besarnya Biaya Usaha (X1)...86
5.9.2. Analisis Jumlah Pemberian Pakan Kosentrat (X2)...87
5.9.3. Analisis Jumlah Pemberian Pakan Hijauan (X3)...88
5.9.4. Analisis Masa Laktasi (X4)...89
VI. KESIMPULAN DAN SARAN...90
6.1. Kesimpulan...90
6.2. Saran...91
DAFTAR PUSTAKA...92
(14)
DAFTAR TABEL
Halaman 1. Produksi Susu Segar Nasional Tahun 2000 Sampai 2007...2 2. Produksi Susu Segar Di Provinsi Jawa Barat Tahun 2000 Sampai 2007...4 3. Pesentase Perubahan Produksi Susu Sapi Perah Kabupaten Bandung,
Sumedang, Bogor, Garut dan Kuningan...5 4. Daftar Koperasi Peternakan Sapi Perah Di Kecamatan Cigugur
Tahun 2008...7 5. Jumlah Peternak Yang Akan Diobservasi Berdasarkan Skala Usaha...33 6. Jumlah Penduduk Kecamatan Cigugur Bulan Mei Tahun 2008...45 7. Persentase Pendapatan Penduduk Kecamatan Cigugur Dari
Masing-masing Sektor Usaha Tahun 2007...46 8. Populasi Ternak Di Kecamatan Cigugur Pada Bulan Juni 2008...48 9. Koperasi Yang Mewadahi Peternak Sapi Perah Di Kecamatan Cigugur
Tahun 2008...49 10. Komposisi Rata-rata Populasi Sapi Perah Responden Penelitian
Di Kecamatan Cigugur Tahun 2008...49 11. Distribusi Peternak Berdasarkan Karakteristik Individu Tahun 2008...52 12. Usaha Sampingan Yang Dilakukan Peternak Sapi Perah Responden
Penelitian Di Kecamatan Cigugur Tahun 2008...54 13. Persentase Peternak Responden Penelitian Di Kecamatan Cigugur
Yang Menggunakan Beberapa Jenis Kosentrat Tahun 2008...56 14. Pemberian Kosentrat Peternak Responden Penelitian Di Kecamatan
Cigugur Berdasarkan Skala Usaha Peternak Tahun 2008 ...58 15. Pemberian Hijauan Peternak Responden Penelitian Di Kecamatan
Cigugur Berdasarkan Skala Usaha Peternak Tahun 2008 ...60 16. Pemberian Pakan dan Produksi Susu Peternak Di Kecamatan Cigugur
Berdasarkan Skala Usaha Peternak Tahun 2008 ...61 17. Pemberian Pakan, Produksi Susu dan Alokasi Susu Peternak
(15)
18. Produksi Susu dan Alokasi Susu Peternak Di Kecamatan Cigugur
Tahun 2008 ...66 19. Penerimaan Tunai Harian Rata-rata Peternak Responden Penelitian
Di Kecamatan Cigugur Tahun 2008...68 20. Penerimaan Tidak Tunai Harian Rata-rata Peternak Responden
Penelitian Di Kecamatan Cigugur Tahun 2008 ...68 21. Persentase Biaya Tunai Dari Total Biaya Usaha Peternak Responden
Penelitian Di Kecamatan Cigugur Tahun 2008...69 22. Biaya Tunai Harian Usaha Peternak Responden Penelitian
Di Kecamatan Cigugur Tahun 2008...70 23. Biaya Tidak Tunai dan Total Biaya Usaha Peternak Responden
Penelitian Di Kecamatan Cigugur Tahun 2008...71 24. Alokasi Biaya Usaha Harian Peternak Responden PenelitianUntuk
Pembelian Barang dan Jasa Dari Koperasi Di Kecamatan Cigugur
Tahun 2008...72 25. Pendapatan Usaha Harian Peternak Responden Penelitian
Di Kecamatan Cigugur Tahun 2008 ...73 26. R/C Rasio Peternak Responden Penelitian Berdasarkan Skala
Usaha Yang Dijalankan Peternak Sapi Perah Di Kecamatan Cigugur
Tahun 2008...74 27. Pengelompokan Peternak Responden Penelitian Berdasarkan Tingkat
R/C Rasio YangDiperoleh Dari Usaha Ternak Sapi Perah
Tahun 2008...76 28. Uji Autokorelasi Data Penelitian Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Produktivitas Sapi Perah Peternak Responden Penelitian
Di Kecamatan Cigugur Tahun 2008 ...83 29. Nilai VIF Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Sapi Perah
PeternakResponden Penelitian Di Kecamatan Cigugur Tahun 2008...85 27. Nilai t-hitung dan t-tabel Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produtivitas
Sapi Perah Peternak Responden Penelitian Di Kecamatan Cigugur
(16)
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Kerangka Pemikiran Operasional...30
2. Statistik Durbin-Watson...39
3. Kutipan Hasil Olahan Data Dengan Software SPSS V.12 ...81
(17)
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 1. Produktivitas Sapi Perah Peternak liter/hari/ST (Y),
Besarnya Biaya Usaha Rp/hari (X1), Jumlah Pakan Kosentrat Untuk Sapi Produksi kg/hari/ST (X2), Jumlah Pakan Hijauan Sapi Produksi kg/hari/ST (X3), Masa Laktasi
Sapi Produksi (bulan) (X4)...96 2. Hasil Olahan Data Dengan Software SPSS V.12
Produktivitas Susu Peternak liter/hari/ST (Y), Besarnya Biaya Usaha Rp/hari (X1), Jumlah Pakan Kosentrat Untuk Sapi Produksi kg/hari/ST (X2), Jumlah Pakan Hijauan Sapi Produksi kg/hari/ST (X3), Masa Laktasi Sapi
Produksi (bulan) (X4)...98 3. Penerimaan, Biaya dan R/C Rasio Usaha Peternak Sapi
Perah Responden Penelitian Di Kecamatan Cigugur Tahun 2008...107 4. Pengelompokan Persentase Sapi Laktasi Produksi Responden Penelitian
BerdasarkanTingkat R/C Rasio Usaha Peternak Tahun 2008 ...109 5. Alokasi Biaya Usaha Harian Peternak Responden Penelitian
Untuk Pembelian Barang dan Jasa Dari Koperasi
Di Kecamatan Cigugur Tahun 2008...110 6. Alokasi Produksi Susu, Sumber Tenaga Kerja dan Persentase Sapi
ProduksiPeternak Di Kecamatan Cigugur
Tahun 2008...112 7. R/C Rasio Peternak Sapi Perah Responden Penelitian Yang Membeli
Kosentrat Dari Koperasi Dan Dari Luar Koperasi
Di Kecamatan Cigugur Tahun 2008 ...115 8. Uji Mann-Whitney R/C Rasio Peternak Sapi Perah
Responden Penelitian Yang Mendapatkan Pelayanan Penuh Dari Koperasi Dan Peternak Yang Tidak Mendapatkan Pelayanan Penuh Dari Koperasi
Di Kecamatan Cigugur Tahun 2008 ...117 9. Kuisioner Yang Diajukan Kepada Peternak Responden Penelitian
Di Kecamatan Cigugur...118 10. Jenis dan Jumlah Penggunaan Kosentrat Serta Penggunaan Air
Oleh Peternak Di Kecamatan CigugurTahun 2008...123 11. Kepemilikan Sapi Perah Peternak
(18)
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis, antara lain dalam memenuhi kebutuhan pangan non karbohidrat yang terus meningkat akibat bertambahnya jumlah penduduk, peningkatan rata-rata pendapatan penduduk, dan penciptaan lapangan pekerjaan. Kondisi geografis, ekologi, dan kesuburan lahan di beberapa wilayah Indonesia memiliki karakteristik yang cocok untuk pengembangan agribisnis persusuan. Selain itu, dari sisi permintaan, produksi susu dalam negeri masih belum mencukupi untuk menutupi kebutuhan konsumsi dalam negeri. Saat ini produksi dalam negeri baru bisa memasok tidak lebih dari 30 persen dari permintaan nasional, sisanya 70 persen berasal dari impor1. Pemberdayaan usaha ternak sapi perah rakyat perlu dilaksanakan untuk meningkatkan produksi susu nasional sehingga impor susu dapat dikurangi.
Besarnya potensi sumberdaya alam yang dimiliki Indonesia memungkinkan pengembangan subsektor peternakan sehingga menjadi sumber pertumbuhan baru perekonomian Indonesia1. Produksi susu segar secara nasional mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 3,85 persen dari tahun 2000 sampai tahun 2007. Perkembangan produksi susu nasional dapat dilihat pada tabel 1.
1 Persusuan Indonesia: Kondisi, Permasalahan Dan Arah Kebijakan. 2007. www.google.com. (09 Mei 2008)
(19)
Tabel 1. Produksi Susu Segar Nasional Tahun 2000 Sampai 2007
Tahun Produksi 000 (ton) Trend (%)
2000 495,65
2001 479,95 -3,17
2002 493,40 2,80
2003 553,40 12,16
2004 549,90 -0,63
2005 535,96 -2,54
2006 616,55 15,04
2007 636,86* 3,29
Rata-rata 545,21 3,85
Sumber : Departemen Pertanian, 2008 * Angka Sementara
Dilihat dari sisi konsumsi, sampai saat ini konsumsi masyarakat Indonesia terhadap produk susu masih tergolong sangat rendah bila dibandingkan dengan negara berkembang lainnya. Menurut Daryanto (2007), konsumsi susu masyarakat Indonesia tahun 2007 hanya 8 liter/kapita/tahun itu pun sudah termasuk produk-produk olahan yang mengandung susu. Konsumsi susu negara tetangga seperti Thailand, Malaysia dan Singapura rata-rata mencapai 30 liter/kapita/tahun, sedangkan negara-negara Eropa sudah mencapai 100 liter/kapita/tahun. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk Indonesia, dapat dipastikan bahwa permintaan susu oleh penduduk Indonesia akan meningkat1. Perkiraan peningkatan permintaan tersebut merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan.
Kondisi produksi susu segar Indonesia saat ini, sebagian besar dihasilkan oleh usaha rakyat dengan skala usaha satu sampai tiga ekor sapi perah per peternak. Skala usaha ternak sekecil ini jelas kurang ekonomis karena keuntungan yang didapatkan dari hasil penjualan susu hanya cukup untuk memenuhi sebagian kebutuhan hidup1. Dengan demikian, kepemilikan sapi perah per peternak perlu ditingkatkan. Skala ekonomis uasaha ternak sapi perah bisa dicapai dengan kepemilikan 10-12 ekor sapi per peternak1. Secara nasional populasi sapi perah
(20)
mengalami perkembangan yang sangat kecil yaitu rata-rata 0,95 persen dari tahun 2000 sampai dengan tahun 20072.
Kondisi geografis, ekologi, dan kesuburan lahan di beberapa wilayah Indonesia memiliki karakteristik yang cocok untuk pengembangan usaha ternak sapi perah, seperti Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Hal tersebut menyebabkan pulau jawa terus menjadi wilayah utama peternakan sapi perah di Indonesia, mencakup 97 persen dari produksi susu nasional di tahun 2004, menurun sedikit dari 99 persen di tahun 2000 yang diperkirakan karena adanya peningkatan produksi susu di Aceh tahun 2003 dan 20043. Provinsi Jawa barat merupakan satu propinsi di Indonesia yang memiliki karakteristik yang cocok untuk usaha sapi perah. Salah satu karakteristik yang menjadi dukungan pengembangan usaha ternak sapi perah ini adalah sumber bahan pakan dari limbah pertanian, ketersediaan air bersih dan iklim yang menunjang untuk sapi perah dalam berproduksi. Produksi susu sapi perah di Jawa Barat dari tahun 2000 sampai 2007 rata-rata 2,87 persen dan populasi sapi perah yang ada mengalami perkembangan rata-rata sebesar 2,87 persen, produksi susu Provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada tabel 2. Dari Tabel 2 menunjukan bahwa dari tahun 2000 sampai dengan 2007 produksi susu di Provinsi Jawa Barat berfluktutif, produksi susu tahun 2001 sampai dengan tahun 2004 mengalami peningkatan masing-masing sebesar 0,17, 7,40, 4,71, dan 3,59 persen. Pada tahun 2005 terjadi penurunan produksi sebesar 6,26 persen, penurunan tersebut disebabkan oleh berkurangnya populasi ternak sapi perah pada tahun tersebut. Pada tahun 2006
2 Departemen Pertanian Republik Indonesia. 2008. www. Google.com. (09 Mei 2008)
3 Industri Peternakan Sapi Perah Indonesia. Direktorat Jendral Peternakan Departemen Pertanian. 2005. www.google.com. (30 Mei 2008).
(21)
meningkat sebesar 4,97 persen dan tahun 2007 mengalami peningkatan sebesar 5,50 persen.
Tabel 2. Produksi Susu Segar Di Provinsi Jawa Barat Tahun 2000 Sampai 2007 Tahun Produksi 000 (ton) Trend (%) Produksi Nasional (%)Kontribusi Terhadap
2000 184,52 37,23
2001 184,83 0,17 38,51
2002 198,51 7,40 40,23
2003 207,86 4,71 37,56
2004 215,33 3,59 39,16
2005 201,86 -6,26 37,66
2006 211,89 4,97 34,37
2007 223,55* 5,50 35,10
Rata-rata 203,54 2,87 37,48
Sumber : Departemen Pertanian, 2008 * Angka Sementara
Provinsi Jawa Barat mempunyai potensi yang besar untuk pengembangan usaha ternak sapi perah. Salah satu dukungan yang utama yaitu ketersediaan pakan yang dibutuhkan, hal tersebut dikarenakan Provinsi Jawa Barat ditetapkan sebagai lumbung pangan nasional4. Limbah tanaman pangan ini dapat dijadikan bahan pakan untuk ternak sapi perah. Perkembangan usaha sapi perah di Jawa Barat mempunyai struktur yang relatif lengkap yakni peternak, pabrik pakan dan pabrik pengolahan susu yang relatif maju dan kapasitas yang cukup tinggi serta tersedia kelembagaan peternak yakni GKSI (Gabungan Koperasi Susu Indonesia). Struktur usaha ternak sapi perah tersebut memberikan berbagai kemudahan dalam kelangsungan usaha. Kemampuan produksi susu segar di Provinsi Jawa Barat tidak terlepas dari kontribusi masing-masing kabupaten dan kota yang tercakup pada wilayah Provinsi Jawa Barat.
4 Otonomi Daerah Dan Iklim Usaha : Kasus Tiga Kabupaten Di Provinsi Jawa Barat. Lembaga Penelitian Semeru. 2002. Www.Google.Com. (09 Mei 2008)
(22)
Produksi susu segar di Jawa Barat dari tahun 2003 sampai 2007 sebanyak 1.066.469,5 liter. Dari total produksi susu segar tersebut, sekitar 86,66 persen merupakan hasil kontribusi susu segar dari lima kabupaten yaitu Kabupaten Bandung 50,16 persen, Kabupaten Garut 18,38 persen, Kabupaten Sumedang 6,43 persen, Kabupaten Kuningan 6,32 persen dan Kabupaten Bogor 5,37 persen. Dalam perkembangan produksi susu segar kelima kabupaten tersebut memiliki trend yang berbeda-beda. Kabupaten Bandung memiliki perkembangan produksi susu dari tahun 2003 sampai tahun 2007 rata-rata 5,57 persen, Kabupaten Sumedang rata-rata 15,71 persen, Kabupaten Bogor 0,64 persen, Kabupaten Garut – 5,23 persen dan Kabupaten Kuningan – 7,54 persen. Dari kelima kabupaten tersebut Kabupaten Kuningan merupakan kabupaten yang memiliki rata-rata penurunan produksi paling besar dari tahun 2003 sampai tahun 2007 yaitu sebesar 7,54 persen. Perkembangan produksi susu kelima kabupaten tersebut dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Persentase Perubahan Produksi Susu Sapi Perah Kabupaten Bandung, Sumedang, Bogor, Garut dan Kuningan.
Tahun Bandung (%) Sumedang Kabupaten
(%) Bogor (%) Garut (%) Kuningan (%)
2003 - - - -
-2004 2,50 10,01 4,00 2,00 -3,55
2005 12,70 7,66 1,47 -46,22 -9,33
2006 5,66 12,44 -5,74 10,58 -5,24
2007 1,43 32,71 2,83 12,73 -12,04
Rata-rata 5,57 15,71 0,64 -5,23 -7,54
Sumber : Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, 2008 (Diolah)
Perkembangan usaha ternak sapi perah di Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa Barat ditunjang oleh ketersediaan koperasi dan industri pengolahan susu. Koperasi peternak sapi perah yang menjadi wadah anggota dalam menjalankan usaha sebagai penampung susu peternak, penyediaan pakan konsentrat, pelayanan
(23)
medis dan kesehatan ternak. Walaupun ditunjang oleh keberadaan koperasi peternak, dari tahun 2003 sampai 2007 produksi susu segar di Kabupaten Kuningan mengalami penurunan yang paling besar. Kecamatan Cigugur merupakan sentra usaha ternak sapi perah di Kabupaten Kuningan, ternak sapi perah menjadi mata pencaharian penduduk. Usaha ternak sapi perah di Kecamatan Cigugur mulai dilaksanakan oleh masyarakat sekitar tahun 1979. Teknik usaha ini masih dilaksanakan secara konvensional dengan menerapkan teknologi yang sederhana. Orientasi usaha yang dilaksanakan hanya sebagai usaha sampingan dari usaha bercocok tanam sebagai usaha pokok. Perubahan jaman dan perkembangan teknologi serta keterbatasan sumberdaya, usaha bercocok tanam ini tidak memberikan penghasilan yang mencukupi kebutuhan. Akibatnya sebagian besar masyarakat Kecamatan Cigugur memilih beternak sapi perah sebagai usaha utama.
Koperasi yang mewadahi peternak sapi perah dalam usaha ternak sapi perah di Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan memberikan pelayanan kepada anggotanya. Pelayanan yang diberikan tersebut antara lain, sebagai penampung susu peternak untuk dipasarkan ke Industri Pengolahan Susu (IPS), pelayanan kesehatan dan Inseminasi Buatan (IB), penyediaan pakan konsentrat dan merupakan mediator yang koopratif dalam penyaluran kredit dari pemerintah ataupun instansi swasta lainnya. Di Kecamatan Cigugur Terdapat tiga Koperasi yang mewadahi anggotanya dalam usaha ternak sapi perah. Setiap koperasi memiliki kapasitas/daya tampung susu segar yang berbeda-beda. Berikut koperasi yang mewadahi peternak dalam usaha ternak sapi perah di Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan dapat dilihat pada tabel 4.
(24)
Tabel 4. Daftar Koperasi Peternakan Sapi Perah Di Kecamatan Cigugur Tahun 2008
No Nama Koperasi Alamat Kapasitas/Hari
(liter)
Produksi/Hari (liter)
1 Koperasi Serba Usaha KARYA NUGRAHA Kecamatan CigugurDesa Cipari, 15.000 9.500 2 Koptan LARAS ATI Kecamatan CigugurDesa Cigugur, 10.000 7.000 3 Koperasi Peternak Sapi Perah SALUYU Kecamatan CigugurDesa Cigugur, 5000 3.500
Total 30.000 20.000
Sumber : Pemerintahan Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan, 2008
Dari tabel 4 tersebut dapat dilihat Koperasi Serba Usaha (KSU) Karya Nugraha memiliki daya tampung susu segar dari peternak sebesar 15.000 liter/hari, Koptan Laras Ati sebesar 10.000 liter/hari dan Koperasi Peternak Sapi Perah (KPSP) Saluyu 5.000 liter/hari. Produksi susu masing-masing koperasi yang berasal dari susu yang disetorkan oleh anggotanya belum mampu memenuhi kapasitas/daya tampung per hari tiap koperasi. Susu yang disetorkan oleh anggota KSU Karya Nugraha sebanyak 9.500 liter/hari, anggota Koptan Laras Ati 7.000 liter/hari dan anggota KPSP Saluyu 3.500 liter/hari.
Koperasi Serba Usaha Karya Nugraha sebagai koperasi yang mewadahi peternak memiliki kapasitas/daya tampung paling besar yaitu 15.000 liter/hari atau 50 persen dari total kapasitas seluruh koperasi di Kecamatan Cigugur. Koperasi Serba Usaha Karya Nugraha memiliki anggota yang tersebar di seluruh Kecamatan Cigugur yaitu, Kelurahan Cigugur, Kelurahan Cigadung, Kelurahan Cipari, Desa Cisantana, Desa Cileuleuy, Desa Babakan Mulya dan Desa Puncak. Koperasi Serba Usaha Karya Nugraha dalam kegiatan usaha ternak sapi perah di Kecamatan Cigugur memberikan pelayanan kesehatan ternak, penyediaan pakan ternak, Inseminasi Buatan (IB) dan pemasaran susu dari peternak anggotanya ke IPS.
(25)
Penerimaan peternak anggota KSU Karya Nugraha dari hasil penjualan susu ke koperasi dipengaruhi oleh harga susu yang diterima peternak. Harga susu yang diterima peternak dipengaruhi oleh beban biaya operasional koperasi. Harga susu yang diterima peternak merupakan harga susu dari IPS yang telah dikurangi biaya operasinal koperasi. Total biaya operasional koperasi akan dibebankan pada jumlah susu yang disetorkan peternak. Apabila jumlah susu yang disetorkan peternak tidak memenuhi daya tampung maksimum menyebabkan beban biaya operasional per liter susu menjadi lebih tinggi. Perlu ada upaya untuk meningkatkan produksi susu peternak sehingga penerimaan peternak dari penjualan susu dapat meningkat.
1.2. Perumusan Masalah
Pelaksanaan usaha ternak sapi perah yang dilakukan oleh peternak anggota KSU Karya Nugraha di Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan ini didukung oleh koperasi, ketersediaan lahan dan bahan baku pakan. Koperasi Serba Usaha Karya Nugraha yang memiliki kapasitas/daya tampung per hari 15.000 liter namun produksi susu dari peternak baru mencapai 9.500 liter/hari. Tidak terpenuhinya kapasitas/daya tampung koperasi KSU Karya Nugraha menyebabkan biaya penanganan/ pendinginan susu yang dibebankan untuk tiap liter susu menjadi lebih besar. Akibatnya harga susu yang diberikan kepada peternak menjadi lebih rendah karena beban biaya per liter susu lebih besar. Harga susu yang rendah akan mempengaruhi penerimaan peternak dari penjualan susunya. Sehingga layak atau tidaknya usaha ternak sapi perah yang dijalankan oleh anggota KSU Karya Nugraha menjadi pertimbangan yang mendasar untuk peternak.
(26)
Pemenuhan kapasitas/daya tampung susu KSU Karya Nugraha dapat diupayakan melalui peningkatan produksi susu peternak. Peningkatan produksi susu peternak ini dapat dilakukan dengan meningkatkan produktivitas ternak yang dipelihara dalam menghasilkan susu ataupun meningkatkan skala usaha peternak terutama populasi sapi laktasi yang dipelihara oleh peternak. Peningkatan produksi susu peternak melalui penambahan populasi sapi laktasi peternak menghadapi kendala keterbatasan sumberdaya terutama modal untuk membeli sapi. Peningkatan populasi sapi produksi yang dimiliki peternak ini dapat diupayakan melalui program pinjaman atau bantuan dengan suku bunga ringan yang berkerjasama dengan pemerintah ataupun pihak swasta. Langkah yang paling mungkin dilaksanakan adalah mengupayakan peningkatan produktivitas sapi perah yang dipelihara peternak anggota KSU Karya Nugraha. Untuk itu penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas ternak sapi perah yang dipelihara harus dilaksanakan. Perlu pengkajian secara tepat faktor-faktor apa yang berpengaruh terhadap produktivitas sapi perah yang dipelihara peternak, seberapa besar keuntungan yang diperoleh dan bagaimana peran koperasi dalam usaha peternak. Sehingga masalah yang dihadapi peternak anggota KSU Karya Nugraha dapat ditemukan alternatifnya.
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan, maka tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menganalisis pendapatan peternak anggota KSU Karya Nugraha dalam usaha ternak sapi perahnya.
(27)
2. Menganalisis peran KSU Karya Nugraha terhadap keuntungan usaha peternak anggotanya.
3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi susu di tingkat peternak anggota KSU Karya Nugraha.
1.4. Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi para peternak sapi perah di Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan dalam meningkatkan produksi susu usaha ternak sapi perahnya. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan informasi dan rujukan untuk penelitian selanjutnya. Memberikan tambahan pengetahuan bagi penulis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas sapi perah yang dipelihara peternak anggota KSU Karya Nugraha Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan.
1.5. Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian
Penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas sapi perah yang dipelihara peternak, peran KSU Karya Nugraha dan menilai pendapatan peternak dari usaha ternak sapi perah yang diusahakannya. Lingkup penelitian ini dilaksanakan pada peternak yang menjadi anggota KSU Karya Nugraha dengan menilai asumsi yang menjadi faktor-faktor yang berpangaruh terhadap produksi susu di tingkat peternak.
(28)
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah
Menurut Yusmichad Yusdja (2005), usaha sapi perah telah berkembang sejak tahun 1960 ditandai dengan pembangunan usaha-usaha swasta dalam peternakan sapi perah disekitar Sumatra Utara, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Tahun 1977 Indonesia mulai mengembangkan agribisnis sapi perah rakyat yang ditandai dengan Surat Keputusan Bersama (SKB) Tiga Mentri. SKB ini merumuskan kebijakan dan program pengembangan agribisnis sapi perah di Indonesia. Industri peternakan sapi perah di Indonesia mempunyai struktur yang relatif lengkap yakni peternak, pabrik pakan dan pabrik pengolahan susu yang relatif maju dan kapasitas yang cukup tinggi serta tersedia kelembagaan peternak yakni Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI). Kelengkapan ini dimungkinkan sebagai akibat Penanam Modal Asing (PMA) dan kebijakan perkoprasian. Struktur usaha ternak sapi perah terdiri dari usaha skala besar (> 100 ekor), usaha skala menengah (30-100 ekor), usaha skala kecil (10-30 ekor) dan usaha ternak rakyat (1-9 ekor). Usaha ternak rakyat pada umumnya merupakan anggota koperasi.
Peternakan sapi perah telah dimulai sejak abad ke-19 yaitu dengan pengimporan sapi-sapi bangsa Ayrshire, Jersey, Milking Shorthorn dari australia. Pada permulaan abab ke-20 dilanjutkan dengan pengimporan sapi Fries Holland (FH) dari Belanda. Sapi perah yang dewasa ini dipelihara di Indonesia pada umumnya adalah sapi Fries Holland yang memiliki kemampuan produksi susu tertinggi (Sudono,1999).
(29)
Menurut Mubyarto (1989), berdasarkan pola pemeliharaan usaha ternak di Indonesia diklasifikasikam menjadi tiga kelompok yaitu peternakan rakyat, peternakan semi komersil dan peternakan komersil. Peternakan rakyat melakukan budidayanya secara tradisional. Pemeliharan cara ini dilakukan setiap hari oleh anggota keluarga peternak dimana keterampilan peternak masih sederhana dan menggunakan bibit lokal dalam jumlah dan mutu terbatas. Tujuan utama pemeliharaan sebagai ternak kerja. Peternakan semi komersil ditandai dengan keterampilan peternak dapat dikatakan cukup, menggunakan bibit unggul, obat-obatan dan penggunaan makanan penguat cenderung meningkat. Tujuan usaha peternak semi komersil untuk menambah pendapatan keluarga dan konsumsi sendiri. Peternakan komersil dijalankan oleh peternak yang mempunyai kemampuan dalam segi modal, sarana produksi dan teknologi yang cukup modern. Tenaga kerja dibayar dan makanan ternak dibeli dari luar dalam jumlah yang besar.
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) susu segar itu merupakan cairan yang berasal dari ambing sapi sehat dan bersih yang diperoleh dari cara pemerahan yang benar serta kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambah suatu apapun dan belum mendapat perlakuan apa pun5. Kondisi peternakan sapi perah di Indonesia saat ini adalah pertama; (a) skala usahanya kecil (2-5 ekor), (b) motif produknya adalah rumah tangga, (c) dilakukan sebagai usaha sampingan tanpa terlalu memperhatikan laba rugi dan masih jauh dari teknologi serta didukung oleh manajemen usaha dan permodalan yang masih lemah dan (d) kualitas secara umum bervariasi dan bersifat padat karya. Kedua, secara
5 Irfan Arief, 2008. Lebih Baik Mengkonsumsi Susu Segar. National Cardiovascular Center Har-apan Kita. www.pjnhk.go.id (09 Mei 2008)
(30)
klimatologis Indonesia beriklim tropis dan kurang cocok bagi perkembangan sapi perah yang berasal dari daerah sub tropis. Ketiga, pemasar susu yang terbesar adalah industri pengolahan susu dan hanya beberapa peternak yang mampu menciptakan pasar langsung ke konsumen. Keempat, kualitas sumberdaya manusia yang masih rendah (Sutawi dalam Ardia, 2000)
Usaha ternak sapi perah merupakan usaha yang menguntungkan dibandingkan dengan usaha ternak yang lain. Beberapa keuntungan usaha ternak sapi perah menurut Sudono et al., (2003) adalah :
a) Peternakan sapi perah termasuk usaha yang tetap, karena fluktuasi harga, produksi dan konsumsi tidak begitu tajam.
b) Sapi perah sangat efisien dalam mengubah pakan menjadi protein hewani dan kalori.
c) Memiliki jaminan pendapatan yang tetap.
d) Penggunaan tenaga kerja yang tetap dan tidak musiman.
e) Pakan yang relatif murah dan mudah didapat karena sapi perah dapat menggunakan berbagai jenis hijauan yang tersedia atau sisa-sisa hasil per-tanian.
f) Kesuburan tanah dapat dipertahankan dengan memanfaatkan kotoran sapi perah sebagai pupuk kandang.
g) Pedet yang dihasilkan jika jantan bisa dijual untuk sapi potong, sedangkan pedet betina bisa dipelihara hingga dewasa dan menghasilkan susu.
(31)
2.2. Tata Laksana Pemeliharaan Sapi Perah
Aspek-aspek yang harus diperhatikan dalam pemeliharaan sapi perah adalah penyediaan bibit, pemberian pakan, perkandangan, penanganan penyakit dan perkawinan, pemerahan dan penanganan pasca panen, penaganan limbah serta pemasaran dan distribusi, Sudono et al., (2003). Bibit sapi perah yang akan dipelihara menentukan keberhasilan. Faktor-yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bibit sapi perah yaitu; keturunan, bentuk ambing, penampilan dan umur bibit. Selain bibit hal yang menujang dalam keberhasilan usaha adalah pakan. Pakan memiliki pengaruh yang dominan dalam produksi. Pengaruh ini mencakup pada volume dan kualitas susu serta kesehatan. Pakan yang diberikan untuk ternak sapi perah terdiri dari pakan konsentrat dan hijauan. Kandang merupakan tempat tinggal sapi yang berfungsi untuk melindungi sapi dari berbagai gangguan luar yang merugikan. Selain itu kandang dapat memudahkan dalam tatalaksana pemeliharaan ternak sapi perah.
Menurut Sudono (1985) faktor-faktor yang mempengaruhi produksi susu sapi perah dipengaruhi oleh keturunan sebesar 30 persen dan lingkungan sebesar 70 persen. Faktor-faktor tersebut antara lain yaitu, 1). Bangsa dan rumpun sapi, 2). Lama bunting (gestation period), 3). Masa laktasi, 4). Estrus, 5). Umur, 7). Interval beranak (calving interval), 8). Masa kering kandang, 9). Frekuensi pemerahan, 10). Besarnya sapi, dan 11). Pakan dan tatalaksana pemeliharaan.
Produksi susu sapi perah sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor produksi. Faktor-faktor tersebut bila ditinjau secara teknis meliputi : pemuliaan ternak (breeding) yaitu sifat-sifat genetis yang diturunkan ke generasi berikutnya, makanan ternak (hijauan dan makanan penguat), tatalaksana (manajemen),
(32)
pemeliharaan termasuk juga penyakit dan pengobatannya ( Sutardi, 1981). Bila ditinjau secatra ekonomis, khususnya usahatani, maka faktor-faktor tersebut meliputi : alam, modal, tenaga kerja dan manajemen (Soeharjo dan patong, 1973). Sihite (1998), menyebutkan bahwa faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi susu sapi perah adalah : makanan hijauan, makanan penguat, jam kerja produksi dan persentase sapi laktasi.
2.3. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian oleh Pramudyani Shinta (2002) mengenani peran KUD dalam peningkatan pendapatan anggota mengatakan bahwa peran serta KUD Mojosongo dalam upayanya meningkatkan pendapatan anggota, khususnya pada anggota peternak sapi perah tercermin dari semua pelayanan dan fasilitas yang diberiakan kepada anggota peternak sapi perah. Pelayanan tersebut diantaranya pemberian subbsidi pakan tambahan konsentrat, sehingga anggota dapat membeli dalam kuantitas yang lebih besar namun lebih murah jika dibandingkan dengan peternak non-anggota KUD. Peran serta KUD dalam usaha peningkatan pendapatan anggota masih kurang optimal ini dilihat dari kurang didukungnya KUD dengan manajemen yang baik.
Penelitian Komalasari (2002) dalam profil usaha kecil dan koperasi menyimpulkan bahwa: 1). Jenis usaha mitra binaan perum perhutani umumnya bergerak di bidang perdagangan (61,11 persen). Usaha kecil ini pada umumnya bebentuk perusahaan perseorangan dan tidak berbadan hukum, selain itu pemilik usaha pada umumnya memiliki tingkat pendidikan yang rendah (41,66 persen) dan menengah (41,66 persen). Modal awal usaha umumnya didapatkan dari
(33)
simpanan pribadi atau kerabat. 2). Keberhasilan usaha kecil dan koperasi dapat ditunjukan dengan kemapuan perusahaan untuk menumbuhkan kemandirian dalam menjalankan usahanya dan mampu mengatasi seluruh kendala yang dihadapi baik eksternal maupun internal. 3). Sistem pembinaan yang tepat bagi usaha kecil dan koperasi adalah sistem pembinaan yang terpadu baik dari pemerintah, instansi pembina maupun dari pengusaha kecil dan koperasi sendiri.
Penelitian Hartinah (2001) mengenai identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha koperasi di Jawa Barat dan DKI Jakarta terdiri dari faktor internal dan eksternal. Faktor-faktor internal yang mempengaruhi peningkatan SHU sebagai indikator keberhasilan usaha koperasi persusuan adalah faktor pengalaman pengurus, badan pengawas, manajer dan jumlah anggota. Faktor eksterrnal yang mempengaruhi keberhasilan usaha koperasi persusuan antara lain lingkungan geografis, topografi dan pembinaan koperasi.
Penelitian Ariska Fitriani (2001), dalam faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan peternak usaha gaduhan ternak sapi potong di Kecamatan Cipego, Boyolali, Jawa Tengah mengemukakan bahwa rata-rata tingkat pendapatan yang diterima oleh peternak penggaduh per ekor adalah Rp 1031,59,- per HKP. Dengan tingkat kontribusi pendapatan dari usaha tersebut terhadap total pendapatan keluarga peternak adalah 4,5 persen. Dari analisa regresi diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 68,8 yang berarti bahwa 68,8 persen keragaman tingkat pendapatan peternak penggaduh dapat dijelaskan oleh faktor umur sapi awal penggemukan, curahan jam kerja, nilai jual sapi, umur peternak penggaduh, pengalaman beternak, lama penggemukan dan harga beli. Peubah yang memiliki pengaruh nyata terhadap pendapatan peternak adalah umur sapi awai
(34)
penggemukan -1,301 dan harga jual 2,868. Sedangkan peubah yang tidak berpengaruh nyata adalah curahan jam kerja, umur peternak, pengalaman beternak dan persentase pembagian hasil yang diterima peternak penggaduh.
Penelitian oleh Sihite, E. (1998) dalam mengidentifikasi faktor-faktor produksi yang mempengaruhi usaha peternakan sapi perah terdapat beberapa variabel yang diukur yaitu jumlah produksi susu sebagai variabel dependen, jumlah makanan penguat, jumlah makanan hijauan, jumlah tenaga kerja dan jumlah sapi laktasi. Pada taraf nyata 0,05 hanya jumlah pakan hijauan yang mempengaruhi produksi susu secara signifikan sedangkan jumlah makanan penguat dan persentase sapi laktasi berpengaruh nyata pada taraf nyata 0,10. Jumlah tenaga kerja tidak berpengaruh terhadap produksi susu.
Penelitian faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas sapi perah yang dipelihara peternak ini mengungkapkan faktor-faktor teknis penentu besarnya kemampuan produksi ternak menghasilkan susu. Kesamaan dengan penelitian terdahulu dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas sapi perah yang dipelihara peternak terletak pada jumlah pakan yang diberikan. Namun selain faktor-faktor teknis tersebut, faktor besarnya biaya usaha yang digunakan peternak dilakukan pengkajian pengaruhnya terhadap produktivitas sapi perah yang dipelihara peternak. Penelitian mengenai peran koperasi di fokuskan terhadap pelayanan dan fasilitas yang diberikan koperasi yang mempengaruhi produksi susu di peternak. Sehingga penelitian yang dilakukan ini berbeda dengan penelitian-penelitian terdahulu terutama dalam mencari faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas sapi perah yang dipelihara peternak.
(35)
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1. Pengertian dan Gambaran Umum Koperasi
Koperasi berasal dari kata cooperation (Latin) atau cooperatives (Inggris). Cooperation berasal dari kata co yang berarti bersama dan operari yang berarti bekerja, sedangkan cooperatives berasal dari coo yang berarti bersama-sama dan operation yang berarti bekerja, sehingga dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai : bekerja bersama, bekerja sama, atau kerja sama (Kusumah, 1986). Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 tentang perkoperasian, koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya bersdasarkan prinsip kopersi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan.
Dalam konteks perkembangan koperasi di Indonesia, kelahiran dan keberadaan koperasi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional. Koperasi pedesaan merupakan wadah kegiatan ekonomi masyarakat pedesaan yang berbasiskan produksi, yang menangani kegiatan usaha yang bergerak disektor pertanian mulai dari pengumpulan, pengolahan, sampai pemasaran produk-produk pertanian yang dihasilkan anggota dan masyarakat sekitarnya. Diharapkan koperasi mampu mengemban misinya tersebut dengan ikut berperan dalam menekan kesenjangan ekonomi dan mengangkat kesejahteraan masyarakat pedesaan. Koperasi dalam fungsinya sebagai badan usaha yang memiliki peran utama dalam kegiatan perekonomian rakyat, sehingga
(36)
keberadaannya diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan yang menjamin pemerataan dan stabilitas nasional (Suwandi, 1985).
Pembangunan aktivitas ekonomi dapat dilakukan dengan berbagai alternatif kelembagaan. Namun pengembangan aktivitas ekonomi yang berbasis kerakyatan memerlukan pendekatan yang memungkinkan adanya keterlibatan masyarakat secara luas dalam proses pembangunan ekonomi tersebut (Ginanjar G, 2004). Koperasi sebagai organisasi ekonomi atau badan usaha merupakan kumpulan orang-orang yang menyatukan diri membentuk perusahaan, namun koperasi tetap memiliki watak sosial yang berarti dalam semua kegiatan usahanya harus selalu mendasarkan dirinya pada perwujudan kepentingan kemanusiaan. Watak sosial koperasi tercermin dalam kegiatan koperasi yang selain melayani anggotanya juga daerah kerjanya. Koperasi memberikan pelayanan kepada daerah kerjanya dengan tidak mengesampingkan kepentingan anggotanya (Suswandi, 1985).
Menurut Hendar dan Kusnadi (1999), perbedaan pokok antara koperasi dengan organisasi ekonomi lain adalah bahwa koperasi merupakan organisasi ekonomi dimana anggota sebagai pemilik sekaligus pelanggan, sedangkan organisasi ekonomi lainnya (non koperasi) adalah organisasi ekonomi yang dimiliki oleh anggotanya (pemodal) tetapi mereka bukan pelanggan dari organisasi ekonomi yang dibentuk. Koperasi memiliki prinsip-prinsip yang menjadi pedoman kerja koperasi sebagai badan usaha dan merupakan ciri khas dan jati diri koperasi yang membedakan dari badan usaha lainnya.
(37)
3.1.2. Koperasi Serba Usaha (KSU)
Pada masa pembangunan orde baru, Koperasi Unit Desa (KUD) lahir sebagai koperasi yang berorientasi pedesaan. Inpres No. 4 Tahun 1973 Tanggal 5 Mei 1973 menjadi tonggak yuridis keberadaan KUD yang beran penting dalam berbagai kegiatan perekonomian dipedesaan. Konsep dasar Koperasi Unit Desa (KUD) sebagai bentuk koperasi pedesaan serba usaha dilandasi oleh pemikiran yang mendasar yaitu pertama, dengan bentuk tersebut KUD berpeluang untuk mempunyai skala usaha yang lebih besar, layak dan efisien sehingga dapat mewujudkan pelayanan guna memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan kesejahteraan anggotanya. Kedua, KUD sebagai koperasi serba usaha akan lebih berpeluang untuk melayani berbagai kebutuhan dan kegiatan usaha dari seluruh anggotanya. Kegiatan usaha anggota yang dinilai masih lemah dan belum layak dapat dilayani oleh KUD dengan subsidi silang dari hasil kegiatan usaha anggota yang sudah kuat dan layak. Kondisi ini akan mengurangi terjadi kemungkinan kesenjangan sosial dan mewujudkan pemerataan kesejahteraan di pedesaan. Ketiga, KUD akan memiliki tingkat keterbukaan lebih besar untuk menampung seluruh warga desa untuk menjadi anggota tanpa membedakan profesinya.
Manfaat ekonomi akan dirasakan bila anggota mengalami perbaikan kondisi ekonomi yang ditandai dengan peningkatan pendapatan anggota. Pelayanan yang memberikan manfaat ekonomi dapat berupa pemenuhan kebutuhan anggota melalui pembelian sarana produksi yang murah, kepastian pemasaran produk serta pinjaman untuk pengembangan usaha. Menurut Hendar dan Kusnadi, sebagai organisasi yang dimiliki oleh para anggota, koperasi sangat
(38)
memungkinkan memanfaatkan kekuatannya terutama yang berhubungan economic af scale, bargaining position di pasar akibat bersatunya para produsen dalam koperasi, kemampuan dalam menghadapi ketidak pastian (uncertainty), kemanfaatan interlinkage market dan transaction cost sebagai akibat self-control dan self-management.
Setiap wilayah memiliki faktor lokasi yang berbeda dalam menunjang pertumbuhan kegiatan peternakan. Oleh sebab itu, pengetahuan tentang lokasi kegiatan peternakan memiliki peran yang penting. Perbedaan tersebut menyebabkan setiap wliyah memiliki perbedaan potensi untuk pengembangan komoditi peternakan tertentu. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam penentuan lokasi kegiatan ekonomi termasuk kegiatan ekonomi peternakan menurut Djojodipuro dalam Tanmella (2001) adalah a) faktor endowment, b) pasar dan harga, c) ketersediaan sarana produksi peternakan (sapronak), d) biaya angkutan dan e) kebijaksanaan pemerintah.
a) Faktor endowment
Faktor endowment meliputi modal, tenaga kerja dan kesuburan tanah. Semakin banyak faktor endowment yang tersedia di suatu wilayah maka semakin besar pula pertimbangan untuk menentukan lokasi kegiatan peternakan.
b) Pasar dan harga
Lokasi peternakan sebaiknya dekat dengan pasar atau konsumen sehingga mudah dijangkau. Harga jual produk peternakan lebih banyak ditentukan oleh penanganan produk yang berdampak pada mutu. Semakin baik mutu yang dihasilkan semakin baik pula harga yang akan diterima oleh peternak.
(39)
c) Ketersediaan sarana produksi peternakan (sapronak)
Lokasi peterakan dan penjualan dari sarana produksi perlu diperhatikan untuk menjamin ketersediaan sarana produksi seperti adanya bibit, pakan, fasilitas kesehatan dan sebagainya. Ketersediaan sarana produksi dapat menunjang kesinambungan kegiatan peternakan yang komersial. Selain itu, lokasi peternakan yang berdekatan dengan penjual sapronak akan mengurangi biaya pengangkutan.
d) Biaya angkutan
Tersedianya prasarana jalan yang baik dan sarana angkutan yang memadai memudahkan dalam pengangkutan sarana produksi dan pemasaran hasil sehingga bias tepat waktu dan menghemat biaya.
e) Kebijaksanaan pemerintah
Pemerintah sebagai penentu kebijakan mempunyai kekuasaan atau wewenang yang dapat mempengaruhi penentuan lokasi untuk berbagai kegiatan ekonomi melalui kebijaksanaan perwilayahan dan lokasi. Kebijaksanaan tersebut didasarkan pada kesejahteraan masyarakat yang secara geografis tersebar dalam tata ruang.
3.1.3. Konsep Usaha Ternak Sapi Perah
Ternak adalah binatang yang telah djinakan, dipelihara, dikembangkan, diawasi hidupnya serta diusahakan untuk dilipatgandakan daya gunanya bagi kepentingan manusia (Syarif dan Sumoprastowo, 1984). Peternakan sapi perah di Indonesia dilihat dari segi teknik, merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang sangat memungkinkan dan sangat baik untuk dikembangkan (Sosroamidjojo dan Soeradji Dalam Sihite, 1998). Peternakan sapi perah di Indonesia umumnya
(40)
merupakan usaha keluarga di pedesaan dalam skala kecil, sedangkan usaha dalam skala besar masih sangat terbatas dan umumnya merupakan usaha sapi perah yang baru tumbuh (Erwidodo, 1993). Lumintang (1975), menjelaskan bahwa peternakan rakyat umumnya mencirikan sebagai tipe usaha peternakan di pedesaan. Beberapa ciri umum tipe usaha ini adalah : (1) rendahnya tingkat keterampilan (2) kecilnya modal usaha (3) belum digunakannya bibit unggul (4) kecilnya jumlah ternak yang produktif dan (5) cara penggunaan ransum yang belum sempurna.
3.1.3.1. Biaya Usaha Ternak Sapi Perah
Biaya produksi dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu biaya-biaya yang berupa uang tunai dan bukan tunai. Dalam jangka pendek dijumpai biaya tetap dan biaya variabel, namun dalam jangka panjang semua biaya itu bersifat variabel (Mubyarto, 1982). Biaya tetap yaitu biaya yang besarnya tidak tergantung dari jumlah produksi, antara lain mencakup kandang, lahan, peralatan dan pajak. Sementara biaya variabel yang dikeluarkan tergantung dari besarnya jumlah output yang diproduksi, meliputi antara lain biaya pakan, obat-obatan, biaya tenaga kerja dan biaya lainnya (Mubyarto, 1982). Usaha yang besar akan membutuhkan total biaya yang besar juga, tetapi biaya produksi tiap unit output yang dihasilkan akan makin kecil. Besarnya usaha dapat diukur dengan beberapa cara antara lain berdasarkan jumlah ternak seluruhnya atau ternak utama.
Biaya usaha ternak sapi perah terdiri dari biaya tunai dan biaya tidak tunai. Biaya tunai usaha ternak sapi perah terdiri dari biaya pakan kosentrat, biaya pakan hijauan, biaya susu pakan pedet yang belum disapih, biaya tenaga kerja, biaya obat, vitamin dan inseminasi buatan. Biaya tidak tunai dalam usaha ternak sapi
(41)
perah terdiri dari biaya sewa lahan, biaya penyusutan kandang, biaya penyusutan peralatan,dan biaya keanggotaan koperasi. Biaya keanggotaan koperasi tersebut terdiri dari biaya simpanan wajib, simpanan pokok, simpanan sukarela, dana tunjangan kesehatan anggota dan dana tunjangan kesehatan ternak.
3.1.3.2. Penerimaan Usaha Ternak Sapi Perah
Penerimaan usahatani didefinisikan sebagai nilai uang yang diterima dari penjualan produk usahatani (Soekartawi et al. 1986). Menurut Siregar (1990), penerimaan usaha ternak sapi perah terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan tidak tunai. Penjualan susu, penjualan sapi-sapi afkir dan penjualan pedet yang tidak digunakan untuk mengganti sapi laktasi merupakan peneriman tunai usaha ternak sapi perah. Penjualan limbah kotoran ternak sapi perah yang digunakan untuk input usaha tani peternak, penjualan susu untuk konsumsi keluarga merupakan penerimaan tidak tunai.
3.1.3.3. Pendapatan Usaha Ternak Sapi Perah
Menurut Hernanto (1993), analisis pendapatan memerlukan data penerimaan (revenue) dan pengeluaran (expenses) baik yang menyangkut tetap (fixed) maupun biaya operasi (operating expenses). Jumlah yang dijual (termasuk yang dikonsumsi sendiri) dikalikan dengan harga merupakan jumlah yang diterima atau penerimaan. Bila penerimaan dikurangi dengan biaya produksi merupakan pendapatan. Pendapatan tunai usaha tani merupakan selisih antara penerimaan tunai usahatani dengan pengeluaran tunai usahatani (Soekartawi et al. 1986). Selisih tersebut merupakan ukuran kemapuan usahatani untuk menghasilkan uang tunai, sehingga dengan menghitung pendapatan usahatani
(42)
yang diterima akan membantu para pengelola usahatani dalam melihat tingkat keberhasilan dari kegiatan usahatani yang dijalankannya.
Menurut Gin gin (2004), penilaian besarnya penerimaan yang dihasilkan dari setiap uang yang dikeluarkan dalam suatu kegiatan usahatani dapat digunakan perhitungan rasio penerimaan atas biaya (R/C rasio). Hasil dari penghitungan rasio penerimaan atas biaya, dapat mengetahui apakah suatu kegiatan usahatani dapat menguntungkan atau tidak dalam pelaksanaannya. Rasio penerimaan atas biaya dapat diperoleh dengan cara membagi penerimaan yang diperoleh dari kegiatan usahatani dengan biaya usahatani yang dikeluarkan. Kegiatan usahatani dikatakan menguntungkan apabila angka dari R/C rasio lebih besar dari satu, sedangkan dikatakan tidak menguntungkan apabila angka R/C rasio lebih kecil dari satu. Nilai R/C rasio tersebut akan dibandingkan dengan tingkat suku bunga bank untuk menilai usaha tersebut lebih menguntungkan tidak dengan ditabungkan di bank. Tingkat suku bunga bank saat ini sebesar 7,50 persen/tahun6. Tingkat keuntungan usaha ternak sapi perah tiap tahun yang lebih besar dari 7,50 persen merupakn usaha yang menguntungkan. Nilai R/C rasio lebih dari satu artinya setiap satu rupiah yang dikeluarkan dalam kegiatan usaha tani akan menghasilkan penerimaan lebih besar dari satu rupiah, sehingga apabila R/C rasio lebih kecil dari satu maka setiap satu rupiah yang dikeluarkan akan menghasilkan penerimaan lebih kecil dari satu rupiah.
(43)
3.1.4. Analisis Regresi Berganda
Menurut Siagian dan Sugiarto (2000), analisis regresi berganda merupakan analisis regresi yang melibatkan hubungan dari dua atau lebih variabel bebas. Persamaan regresi berganda adalah perasamaan regresi dengan lebih dari satu peubah bebas (X1, X2,..., Xn). Hubungan antara variabel-variabel tersebut dapat dirumuskan dalam bentuk persamaan :
Yt = β0 + β1X1t + ... + βnXnt + εt
Dimana Yt = Variabel devenden pada periode t X1... Xn = Variabel independen
β0 = Intersep (nilai Yt ketika nilai X1... Xn bernilai nol) β1 ... βn = Slope
n = Banyaknya independen variabel t = Observasi periode waktu
εt = error term ke-t
Menurut Soekartawi dalam Sihite (1998), ada tiga yang perlu diperhatikan dalam memilih fungsi produksi untuk menganalisis suatu usahatani ataupun usaha ternak, yaitu 1) fungsi produksi harus menggambarkan dan mendekati keadaan yang sebenarnya, 2) bentuk aljabar fungsi produksi yang digunakan harus mudah dihitung dan diukur secara statistik dan 3) fungsi produksi tersebut dapat dengan mudah diartikan, khususnya arti ekonomi dari parameter yang menyusun fungsi produksi tersebut. Model fungsi produksi yang lebih banyak digunakan oleh peneliti dalam menganalisis usahatani/ternak adalah fungsi produksi Cobb Douglas.
(44)
Beberapa alasan pokok penggunaan fungsi tersebut adalah perhitungan dan penjelasnya lebih mudah dibanding fungsi lain karena lebih mudah di teransfer ke bentuk linear. Selain hal tersebut fungsi produksi Cobb Douglas parameter-parameternya langsung dapat digunakan sebagai elastisitas produksi untuk setiap faktor produksi. Lebih lanjut Soekartawi menganjurkan fungsi Cobb Douglas digunakan untuk menyelesaikan persamaan yang memiliki variable independen X lebih besar dari tiga. Hal tersebut dikarenakan fungsi produksi lain seperti fungsi kuadratik dan polinomial akar pangkat dua jauh lebih rumit dan susah bila jumlah variabel independen X lebih besar dari tiga. Model matematik untuk persamaan tersebut adalah sebagai berikut:
Y = b0 X1b1 X2b2 X3b3… Xnbn
Untuk menduga model Cobb Douglas tersebut maka model tersebut dilinearkan dengan menggunakan double logtrasformation sehingga menjadi persamaan berikut:
Ln Y = ln b0 + b1 ln X1 + b2 ln X2 + b3 ln X3 + … + bn ln Xn
Asumsi yang harus dipenuhi dalam analisis regresi berganda adalah multikolinearitas, normalitas dan autokorelasi. Untuk mengetahui apakah model yang digunakan sudah baik atau belum, terdapat beberapa kriteria pengujian statistik yaitu koefisien determinasi atau R-Sq, uji F dan uji t.
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Menurut Gin Gin (2004), koperasi pedesaan merupakan wadah kegiatan ekonomi masyarakat pedesaaan yang berbasiskan produksi, menangani kegiatan usaha yang bergerak disektor pertanian mulai dari pengumpulan, pengolahan,
(45)
sampai pemasaran produk-produk pertanian yang dihasilkan anggota dan masyarakat sekitarnya. Diharapkan koperasi mampu mengemban misinya tersebut dengan ikut berperan dalam menekan kesenjangan ekonomi dan mengangkat kesejahteraan masyarakat pedesaan.
Perkembangan usaha ternak sapi perah yang dilaksanakan oleh peternak sapi perah anggota KSU Karya Nugraha di Kecamatan Cigugur didukung oleh adanya koperasi peternak sapi perah, ketersediaan lahan dan bahan baku pakan. Koperasi dalam usaha teranak sapi perah ini memberikan kontribusi yaitu sebagai penampung susu peternak untuk dipasarkan ke Industri Pengolahan Susu (IPS), pelayanan kesehatan dan Inseminasi Buatan (IB), penyediaan pakan konsentrat dan sebagai mediator yang koopratif dalam penyaluran kredit dari pemerintah ataupun instansi swasta lainnya.
Usaha peternakan sapi perah anggota KSU Karya Nugraha di Kecamatan Cigugur yang menghadapi permasalahan produksi peternak yang belum mampu memenuhi kapasitas maksimum penampung susu sehingga membutuhkan alternatif pemecahannya. Koperasi yang menjadi wadah para peternak yang menjadi anggotanya diharuskan mampu mengakomodasi permasalahan tersebut untuk mencari alternatif pemecahannya. Pengalaman di berbagai negara maju menujukkan bahwa koperasi pertanian merupakan wadah yang efektif dalam memperjuangkan kepentingan petani ini. Melalui koperasi diharapkan petani mampu mewujudkan kekuatan penyeimbang (coutervailing power) terhadap
berbagai iklim usaha yang selama ini merugikan mereka, melakukan pengembangan pasar input dan output yang lebih menguntungkan, memperbaiki efisiensi produksi dan pemasaran, lebih baik dalam mengendalikan resiko, serta
(46)
menjamin kelangsungan usaha dan meningkatkan pendapatan petani7. Hal tersebut
memberikan acuan bahwa untuk menjamin kelangsungan usaha peternakan sapi perah dan meningkatkan pendapatan peternak sapi perah anggota KSU Karya Nugraha diperlukan analisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas sapi perah yang dipelihara peternak dan peran koperasi terhadap usaha peternak, sehingga manajemen koperasi dan peternak memiliki acuan untuk mencari strategi alternatif untuk meningkatkan produksi susu di tingkat peternak.
Untuk mengetahui tingkat pendapatan peternak anggota KSU Karya Nugraha menggunakan pendekatan konsep pendapatan usaha tani, dan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas sapi perah yang dipelihara peternak dilakukan dengan pendekatan aspek produksi usaha yang mencakup pada pakan (feeding), besarnya biaya usaha, dan masa laktasi sapi yang
berproduksi. Tatalaksana pemeliharaan sapi perah mencakup pada beberapa hal yaitu, pemilihan bibit, pemberian pakan, perkandangan, penanganan penyakit dan perkawinan serta pemerahan. Untuk mengumpulkan data dibuat kuisioner yang telah dipersiapkan untuk tujuan tersebut. Kerangka pemikiran operasional ini dapat dilihat pada gambar 1.
7 Baga, M. L. 2000. Peran Wira Koperasi Dalam Pengembangan Sistem Agribisnis. Pusat Studi Asia Tenggara Universitas Frankfurt am Main. www.google.com. (07 Juli 2008)
(47)
Keterangan :
= Hubungan koordinasi = Feed back
Gambar 1. Kerangka Pemikiran Operasional Koperasi Serba Usaha Karya Nugraha
Kapasitas/Daya Tampung Susu Segar KSU Karya Nugraha Tidak Maksimal
Permasalahaan Peternak Sapi Perah Anggota KSU Karya Nugraha Produksi Susu Peternak Yang Tidak Mampu Memenuhi Kapasitas
Maksimum Penampung Susu.
Keterbatasan Sumberdaya Peternak Untuk Menambah Populasi Sapi Produksi. Rekomendasi Untuk Peternak dan Koperasi Analisis Pendapatan Usaha Ternak Faktor-Faktor Penentu Produksi Susu
Di Tingkat Peternak
Untung Atau Rugi Analisis Regresi Berganda Peran Koperasi Terhadap Keuntungan Usaha Peternak Anggotanya Analisis Peran Koperasi
Alternatif Pemecahan Permasalahan
Bagaimana Tingkat Keuntungan Usaha Meningkatkan Populasi Sapi Produksi Meningkatkan Produktivitas Sapi Produksi
(48)
IV. METODE PENELITIAN
4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada peternak anggota koperasi di Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa peternak dalam melaksanakan usahanya sebagai anggota koperasi. Koperasi Serba Usaha Karya Nugraha merupakan koperasi peternak sapi perah yang memiliki anggota dan kapasitas penampungan susu terbesar dan memiliki wilayah kerja yang mencakup seluruh Kecamatan Cigugur. Kegiatan pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Juni-November 2008.
4.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan pihak manajemen KSU Karya Nugraha dan peternak yang menjadi anggota KSU Karya Nugraha. Data sekunder yang merupakan pelengkap data primer diperoleh dari instansi terkait yaitu, KSU Karya Nugraha, Pemerintahan Kecamatan Cigugur, laporan penelitian terdahulu yang terkait dengan topik penelitian, Badan Pusat Statistik, Departemen Perindustrian dan perdagangan, Departemen Pertanian dan lembaga informasi lainnya.
(49)
4.3. Metode Pengambilan Sampel 4.3.1. Populasi
Populasi penelitian adalah peternak sapi perah yang menjadi anggota KSU Karya Nugraha Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan yang akan diambil sampel secara stratified random sampling sebanyak 60 responden. Populasi responden penelitian memiliki karakteristik yang beragam, sehingga dengan kerangka sampel yang telah ada peternak digolongkan/distratifikasikan berdasarkan jumlah populasi ternak sapi perah yang dipeliharanya. Menurut Champion dalam Mustafa (2000)8 mengatakan bahwa sebagian besar uji statistik selalu menyertakan rekomendasi ukuran sampel. Dengan kata lain, uji-uji statistik yang ada akan sangat efektif jika diterapkan pada sampel yang jumlahnya 30 sampai dengan 60 atau dari 120 sampai dengan 250. Responden yang dijadikan sampel tersebar di beberapa desa dan kelurahan yaitu, Kelurahan Cigugur, Kelurahan Cigadung, Kelurahan Cipari, Desa Cisantana, Desa Cileuleuy, Desa Babakan Mulya dan Desa Puncak.
4.3.2. Sampel
Metode pengambilan sampel dilakukan dengan Sampling Acak Terstrata. Hal tersebut dikarenakan usaha ternak sapi perah anggota KSU Karya Nugraha terdiri dari usaha skala menengah, usaha sekala kecil dan usaha rakyat. Menurut Srivastava et al,. (1995) pada sampling acak terstrata sederhana, populasi yang akan di sampel dilayani sebagai sesuatu yang homogen, dan elemen-elemen individu ditarik secara acak dari keseluruhan populasi. Dalam sampel acak terstrata, populasi dibagi-bagi kedalam strata sebelum sampel ditarik. Suatu sampel berukuran tetentu ditarik secara acak dari satu-satuan sampling yang 8 Mustafa,H. 2000. Teknik Sampling. www.google.com (28 Mei 2008)
(50)
membuat setiap strata. Jika telah diketahui suatu strata yang diinginkan, sub sampel yang sesuai memberikan dasar pemikiran mengenai atribut strata populasi atau sub semesta dari mana sub sampel itu ditarik. Keseluruhan sub sampel membentuk kumpulan sampel yang mendasari perkiraan atribut keseluruhan populasi.
Menurut Yusmichad Yusdja (2005), struktur usaha ternak sapi perah terdiri dari usaha skala besar (> 100 ekor), usaha skala menengah (30-100 ekor), usaha skala kecil (10-30 ekor) dan usaha ternak rakyat (1-9 ekor). Usaha ternak rakyat pada umumnya merupakan anggota koperasi. Dengan skala usaha tersebut maka penentuan sampel dalam penelitian ini akan disesuaikan dengan proporsi skala usaha peternak anggota KSU Karya Nugraha di Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan. Penentuan jumlah sampel yang akan di observasi dapat dilihat pada tabel 5.
Tabel 5. Jumlah Peternak Yang Akan Diobservasi Berdasarkan Skala Usaha
Skala Usaha
Jumlah Peternak Anggota KSU Karya Nugraha
Jumlah Sampel
Persentas e Sampel
Skala Besar (> 100 ekor) 0 0 0,00
Skala Menengah (30 – 100 ekor) 2 1 0,23
Skala Kecil (10 – 30 ekor) 14 2 0,46
Skala Usaha Rakyat (1 – 9 ekor) 416 57 13,19
Total 432 60 13,89
4.4. Metode Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi langsung di lapangan, studi literatur, wawancara dan pengisian kuisioner. Observasi langsung dilapangan dimaksudkan untuk mengetahui situasi dan
(51)
kondisi dilapangan. Studi literatur merupakan pendalaman berbagai informasi penting yang berkaitan dengan penelitian.
4.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dari observasi langsung di lapangan, studi literatur, wawancara dan pengisian kuisioner, selanjutnya ditrankripsikan secara tertulis kemudian diolah dengan alat analisis yang telah ditetapkan. Karakteristik demografis responden dianalisa dengan menggunakan tabulasi langsung (persentase). Tingkat pendapatan peternak anggota KSU Karya Nugraha dianalisis dengan menggunakan analisis pendapatan usahatani, yaitu jumlah penerimaan di kurangi biaya usaha. Untuk melihat besarnya penerimaan yang dihasilkan dari setiap uang yang dikeluarkan dalam suatu kegiatan usahatani dihitung dengan menggunakan rasio penerimaan atas biaya (R/C rasio). Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas sapi perah yang dipelihara peternak dianalisis dengan analisis regresi berganda menggunakan program Software SPSS dan Microsoft Excel.
Penilaian peran koperasi terhadap peternak yaitu dengan mendeskripsikan kegiatan koperasi yang dilaksanakan. Metode yang digunakan yaitu dengan membandingkan tingkat R/C rasio peternak yang mendapatkan pelayanan penuh dari koperasi dengan peternak yang tidak mendapatkan pelayanan penuh dari koperasi. Pelayanan yang dinilai tersebut terletak pada pembelian kosentrat oleh peternak dari koperasi dengan peternak yang tidak melakukan pembelian kosentrat dari koperasi. Tingkat R/C rasio usaha peternak yang mendapatkan pelayanan penuh dari koperasi apakah lebih besar dan berbeda nyata dengan
(1)
8. Teknis Pelaksanaan Usaha
1) Jumlah pemberian jerami/hari …………ikat
2) Jumlah pemberian rumput gajah/lapang /hari………. ikat
3) Cara mendapatkan jerami a) membeli b)mencari sendiri
4) Cara mendapatkan R. gajah/lapang a) membeli b) mencari sendiri
5) Berapa kali mencari jerami dalam seminggu ……… sebanyak ……
ikat
6) Berapa kali mencari rumput dalam seminggu …….. sebanyak
…….ikat
7) Lama waktu yang diperlukan untuk satu kali mencari jerami …….
Jam
8) Lama waktu yang diperlukan untuk satu kali mencari rumput …….
Jam
9) Jumlah tenaga kerja yang mencari rumput…..orang, jerami….. orang
10) Lama waktu kerja di kandang, pagi …… jam. Sore…….. jam
11) Jumlah pemberian air minum untuk satu ekor sapi
laktasi/hari…..em-ber
12) Jumlah air yang digunakan untuk pemerahan/ekor/hari ……… ember
13) Jumlah air untuk membersihkan lantai kandang/hari……. ember
14) Apakah air minum untuk sapi selalu tersedia ……atau diberikan saat
tertentu…..
15) Jam berapa susu disetorkan ke TPS pada pemerahan
pagi………..WIB, pemerahan sore….WIB
16) Jarak kandang kesumber air …….m
17) Jarak kandang ke tempat penerimaan susu ……..m
18) Jarak kandang ketempat mencari rumput ……….. m
19) Jarak kandang ke tempat mencari jerami ………. m
20) Usaha lain yang dijalankan selain
ternak……….
21) Penerimaan lain selain dari usaha ternak sapi
perah………
22) Rata-rata penerimaan diluar usaha ternak sapi perah/bulan
Rp……….
23) Berapa kali memandikan sapi dalam satu hari …….. kali
24) Jam berapa pemerahan dimulai untuk pemerahan pagi
……….WIB, pemerahan sore………WIB
25) Jam berapa pemerahan selesai, untuk pemerahan
pagi………WIB, pemerahan sore………..WIB
(2)
Lampiran 10. Jenis dan Jumlah Penggunaan Kosentrat Serta Penggunaan Air Oleh Peternak Di Kecamatan Cigugur Tahun 2008
No.Responden Jenis Kosentrat RC RKN MD ARAB PANGLONG Ampas Tahu Onggok Mineral Singkong Jumlah Air/hari (ember)Penggunaan 1 Penggunaan/hari (kg) 16.00 12.00 0.00 0.00 0.00 81.00 0.00 0.18 0.00 109.18 85,00 2 Penggunaan/hari (kg) 0.00 35.00 0.00 0.00 0.00 38.00 0.00 0.18 0.00 73.18 96,00 3 Penggunaan/hari (kg) 7.50 12.00 0.00 8.00 0.00 36.00 0.00 0.08 10.00 73.58 74,00 4 Penggunaan/hari (kg) 0.00 18.50 0.00 15.00 0.00 118.00 0.00 0.18 0.00 151.68 70,00 5 Penggunaan/hari (kg) 0.00 19.00 0.00 0.00 0.00 76.00 0.00 0.10 0.00 95.10 55,00 6 Penggunaan/hari (kg) 0.00 30.00 0.00 0.00 0.00 90.00 0.00 0.10 12.50 132.60 75,00 7 Penggunaan/hari (kg) 0.00 10.00 0.00 0.00 0.00 26.00 0.00 0.04 5.00 41.04 34,00 8 Penggunaan/hari (kg) 19.00 37.00 0.00 19.00 0.00 81.00 0.00 0.20 0.00 156.20 100,00 9 Penggunaan/hari (kg) 12.00 8.00 0.00 8.00 0.00 0.00 28.00 0.08 0.00 56.08 47,00 10 Penggunaan/hari (kg) 8.00 8.00 0.00 8.00 0.00 0.00 28.00 0.08 0.00 52.08 50,00 11 Penggunaan/hari (kg) 7.50 16.00 0.00 8.00 0.00 0.00 0.00 0.06 0.00 31.56 45,00 12 Penggunaan/hari (kg) 15.00 20.00 0.00 12.00 0.00 0.00 0.00 0.18 0.00 47.18 60,00 13 Penggunaan/hari (kg) 0.00 0.00 0.00 0.00 24.00 0.00 12.00 0.06 0.00 36.06 43,00 14 Penggunaan/hari (kg) 0.00 0.00 0.00 0.00 49.00 0.00 35.00 0.12 0.00 84.12 107,00 15 Penggunaan/hari (kg) 40.00 35.00 0.00 0.00 0.00 0.00 18.00 0.00 0.00 93.00 110,00 16 Penggunaan/hari (kg) 0.00 7.00 6.00 0.00 0.00 0.00 3.00 0.00 0.00 16.00 21,00 17 Penggunaan/hari (kg) 0.00 7.00 0.00 7.00 0.00 0.00 0.00 0.02 0.00 14.02 25,00 18 Penggunaan/hari (kg) 0.00 22.00 0.00 0.00 0.00 0.00 6.00 0.08 0.00 28.08 62,00 19 Penggunaan/hari (kg) 0.00 0.00 46.00 31.00 0.00 20.00 0.00 0.00 33.00 130.00 106,00 20 Penggunaan/hari (kg) 0.00 0.00 0.00 33.00 0.00 24.00 0.00 0.04 0.00 57.04 70,00 21 Penggunaan/hari (kg) 0.00 22.00 5.00 22.00 0.00 0.00 0.00 0.14 0.00 49.14 70,00 22 Penggunaan/hari (kg) 0.00 0.00 18.00 18.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 36.00 45,00 23 Penggunaan/hari (kg) 0.00 17.00 0.00 16.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 33.00 32,00 24 Penggunaan/hari (kg) 0.00 0.00 104.00 106.00 0.00 88.00 0.00 0.00 0.00 298.00 260,00 25 Penggunaan/hari (kg) 0.00 0.00 37.00 39.00 0.00 94.00 0.00 0.10 0.00 170.10 120,00 26 Penggunaan/hari (kg) 0.00 18.50 10.50 0.00 0.00 0.00 0.00 0.08 0.00 29.08 40,00 27 Penggunaan/hari (kg) 9.00 5.00 3.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.08 0.00 17.08 35,00 28 Penggunaan/hari (kg) 0.00 30.50 0.00 30.50 0.00 0.00 0.00 0.13 0.00 61.13 85,00 29 Penggunaan/hari (kg) 0.00 39.50 4.00 21.00 0.00 0.00 0.00 0.14 0.00 64.64 115,00 30 Penggunaan/hari (kg) 0.00 13.30 7.20 0.00 0.00 0.00 0.00 0.04 0.00 20.54 35,00 31 Penggunaan/hari (kg) 0.00 8.00 7.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.04 0.00 15.04 33,00
(3)
32 Penggunaan/hari (kg) 30.50 30.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.14 0.00 60.64 86,00 33 Penggunaan/hari (kg) 21.50 15.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.08 0.00 36.58 70,00 34 Penggunaan/hari (kg) 10.00 12.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.04 0.00 22.04 39,00 35 Penggunaan/hari (kg) 45.00 45.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.14 0.00 90.14 115,00 36 Penggunaan/hari (kg) 0.00 35.00 0.00 20.00 0.00 15.00 0.00 0.12 0.00 70.12 95,00 37 Penggunaan/hari (kg) 0.00 30.00 40.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.12 0.00 70.12 90,00 38 Penggunaan/hari (kg) 30.00 31.50 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.12 0.00 61.62 115,00 39 Penggunaan/hari (kg) 8.00 14.00 0.00 0.00 0.00 36.00 0.00 0.08 0.00 58.08 60,00 40 Penggunaan/hari (kg) 0.00 9.00 0.00 0.00 0.00 20.00 0.00 0.04 0.00 29.04 27,00 41 Penggunaan/hari (kg) 8.00 12.00 0.00 0.00 0.00 36.00 0.00 0.06 0.00 56.06 42,00 42 Penggunaan/hari (kg) 10.00 15.00 0.00 0.00 0.00 45.00 0.00 0.08 0.00 70.08 65,00 43 Penggunaan/hari (kg) 12.00 19.00 0.00 0.00 0.00 65.00 0.00 0.08 0.00 96.08 90,00 44 Penggunaan/hari (kg) 22.00 30.00 0.00 0.00 0.00 106.00 0.00 0.16 0.00 158.16 110,00 45 Penggunaan/hari (kg) 12.00 15.00 0.00 0.00 0.00 42.00 0.00 0.08 0.00 69.08 65,00 46 Penggunaan/hari (kg) 8.00 12.00 0.00 0.00 0.00 28.00 14.00 0.08 0.00 62.08 55,00 47 Penggunaan/hari (kg) 3.00 4.00 0.00 0.00 0.00 15.00 4.00 0.02 0.00 26.02 25,00 48 Penggunaan/hari (kg) 12.00 15.00 0.00 0.00 0.00 44.00 18.00 0.08 0.00 89.08 65,00 49 Penggunaan/hari (kg) 0.00 7.00 0.00 0.00 0.00 12.00 4.00 0.02 0.00 23.02 25,00 50 Penggunaan/hari (kg) 9.00 12.00 0.00 0.00 0.00 36.00 12.00 0.06 0.00 69.06 50,00 51 Penggunaan/hari (kg) 0.00 0.00 0.00 6.00 5.00 10.00 8.00 0.06 0.00 29.06 34,00 52 Penggunaan/hari (kg) 0.00 0.00 0.00 10.00 4.00 20.00 8.00 0.04 0.00 42.04 39,00 53 Penggunaan/hari (kg) 0.00 0.00 10.00 0.00 2.00 10.00 9.00 0.04 0.00 31.04 32,00 54 Penggunaan/hari (kg) 0.00 0.00 0.00 20.00 15.00 36.00 30.00 0.12 0.00 101.12 75,00 55 Penggunaan/hari (kg) 0.00 0.00 0.00 12.00 9.00 27.00 12.00 0.06 0.00 60.06 55,00 56 Penggunaan/hari (kg) 0.00 54.00 0.00 0.00 0.00 72.00 48.00 0.20 0.00 174.20 150,00 57 Penggunaan/hari (kg) 0.00 39.00 0.00 0.00 0.00 50.00 25.00 0.12 0.00 114.12 85,00 58 Penggunaan/hari (kg) 10.00 11.00 0.00 0.00 0.00 30.00 9.00 0.06 0.00 60.06 60,00 59 Penggunaan/hari (kg) 4.00 4.00 0.00 0.00 0.00 6.00 4.00 0.02 0.00 18.02 29,00 60 Penggunaan/hari (kg) 5.00 5.00 0.00 0.00 0.00 20.00 6.00 0.02 0.00 36.02 30,00 Jumlah 394.00 925.80 297.70 469.50 108.00 1,553.00 341.00 4.87 60.50 4,154.37 4.083,00
Rata-rata 6.57 15.43 4.96 7.83 1.80 25.88 5.68 0.08 1.01 69.24 68,05
(4)
Lampiran 11. Kepemilikan Sapi Perah Peternak Di Kecamatan Cigugur Tahun 2008
No Skala Usaha
Sapi Produksi (ST) Sapi Tidak Berproduksi (ST)
Jumlah Sapi Yang Dipelihara Peternak (ST) Laktasi Kosong laktasi bunting Laktasi kering Dara Dara Bunting Pedet Pejantan
1 Skala Usaha Rakyat 5,00 1,00 0,00 0,50 0,00 1,25 0,00 7,75
2 Skala Usaha Rakyat 3,00 1,00 1,00 1,00 0,00 0,00 0,00 6,00
3 Skala Usaha Rakyat 2,00 2,00 0,00 0,00 0,00 2,00 0,50 6,50
4 Skala Usaha Rakyat 2,00 0,00 2,00 0,00 0,50 0,00 0,00 4,50
5 Skala Usaha Rakyat 3,00 2,00 0,00 0,00 0,00 0,25 0,00 5,25
6 Skala Usaha Rakyat 2,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2,00
7 Skala Usaha Rakyat 4,00 2,00 1,00 0,50 0,00 0,75 0,00 8,25
8 Skala Usaha Rakyat 2,00 0,00 2,00 0,00 0,00 0,50 0,00 4,50
9 Skala Usaha Rakyat 2,00 1,00 1,00 0,00 0,00 0,00 0,00 4,00
10 Skala Usaha Rakyat 0,00 2,00 0,00 0,00 0,00 0,25 0,00 2,25
11 Skala Usaha Rakyat 3,00 0,00 1,00 0,50 0,00 0,00 0,00 4,50
12 Skala Usaha Rakyat 1,00 2,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 3,00
13 Skala Usaha Rakyat 5,00 2,00 1,00 0,50 0,00 0,00 0,00 8,50
14 Skala Usaha Rakyat 1,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,25 0,00 1,25
15 Skala Usaha Rakyat 1,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,25 0,00 1,25
16 Skala Usaha Rakyat 2,00 0,00 0,00 0,50 0,00 0,25 0,50 3,25
17 Skala Usaha Rakyat 3,00 3,00 0,00 0,00 0,00 1,00 0,50 7,50
18 Skala Usaha Rakyat 2,00 2,00 0,00 0,00 0,00 0,50 0,00 4,50
19 Skala Usaha Rakyat 3,00 0,00 1,00 0,00 0,00 0,50 0,50 5,00
20 Skala Usaha Rakyat 3,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 3,00
(5)
22 Skala Usaha Rakyat 5,00 0,00 1,00 0,50 1,00 1,25 0,00 8,75
23 Skala Usaha Rakyat 0,00 1,00 2,00 0,50 0,00 0,00 0,00 3,50
24 Skala Usaha Rakyat 0,00 1,00 0,00 1,00 0,00 0,25 0,00 2,25
25 Skala Usaha Rakyat 4,00 0,00 0,00 0,00 0,50 0,50 0,00 5,00
26 Skala Usaha Rakyat 5,00 1,00 0,00 0,50 0,00 0,50 0,00 7,00
27 Skala Usaha Rakyat 2,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,25 0,00 2,25
28 Skala Usaha Rakyat 1,00 0,00 0,00 0,50 0,00 0,25 0,00 1,75
29 Skala Usaha Rakyat 3,00 0,00 1,00 1,00 0,00 0,50 0,00 5,50
30 Skala Usaha Rakyat 2,00 1,00 0,00 0,50 0,00 0,75 0,00 4,25
31 Skala Usaha Rakyat 2,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,50 0,00 2,50
32 Skala Usaha Rakyat 7,00 0,00 0,00 0,50 0,00 0,75 0,00 8,25
33 Skala Usaha Rakyat 2,00 3,00 1,00 0,00 0,50 0,75 0,00 7,25
34 Skala Usaha Rakyat 3,00 1,00 1,00 0,50 0,00 0,50 0,00 6,00
35 Skala Usaha Rakyat 4,00 2,00 1,00 0,50 0,00 0,75 0,00 8,25
36 Skala Usaha Rakyat 2,00 1,00 0,00 0,50 0,00 0,25 0,00 3,75
37 Skala Usaha Rakyat 1,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,25 0,00 1,25
38 Skala Usaha Rakyat 2,00 0,00 0,00 0,50 0,00 0,00 0,00 2,50
39 Skala Usaha Rakyat 3,00 0,00 0,00 0,50 0,00 0,00 0,00 3,50
40 Skala Usaha Rakyat 3,00 0,00 1,00 1,00 0,00 0,50 0,00 5,50
41 Skala Usaha Rakyat 4,00 1,00 1,00 0,50 0,00 0,25 0,00 6,75
42 Skala Usaha Rakyat 2,00 1,00 1,00 0,00 0,00 0,00 0,00 4,00
43 Skala Usaha Rakyat 0,00 2,00 0,00 0,50 0,50 0,00 0,00 3,00
44 Skala Usaha Rakyat 1,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,25 0,00 1,25
45 Skala Usaha Rakyat 2,00 1,00 1,00 0,00 0,00 0,00 0,00 4,00
46 Skala Usaha Rakyat 0,00 1,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,00
47 Skala Usaha Rakyat 1,00 2,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 3,00
48 Skala Usaha Rakyat 1,00 0,00 0,00 0,50 0,00 0,25 0,00 1,75
(6)
50 Skala Usaha Rakyat 0,00 1,00 0,00 0,50 0,00 0,00 0,00 1,50
51 Skala Usaha Rakyat 2,00 2,00 0,00 1,00 0,00 0,00 0,00 5,00
52 Skala Usaha Rakyat 1,00 2,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 3,00
53 Skala Usaha Rakyat 3,00 3,00 2,00 1,00 0,00 0,25 0,00 9,25
54 Skala Usaha Rakyat 3,00 1,00 1,00 0,50 0,00 0,00 0,00 5,50
55 Skala Usaha Rakyat 2,00 1,00 0,00 0,00 0,00 0,50 0,00 3,50
56 Skala Usaha Rakyat 0,00 1,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 1,00
57 Skala Usaha Rakyat 1,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,25 0,00 1,25
Rata-rata 2,21 0,89 0,42 0,29 0,05 0,32 0,04 4,23
58 Skala Kecil 2,00 2,00 2,00 0,00 0,50 0,50 0,00 7,00
59 Skala Kecil 1,00 4,00 2,00 0,50 1,50 0,50 0,00 9,50
Rata-rata 1,50 3,00 2,00 0,25 1,00 0,50 0,00 8,25
60 Skala Menengah 8,00 3,00 3,00 0,50 1,00 3,00 0,50 19,00