50.530,44hari dan usaha skala menengah memperoleh pendapatan sebesar Rp 56.216,24hari. Pendapatan peternak berdasarkan skala usaha dapat dilihat pada
tabel 25. Tabel 25. Pendapatan Usaha Harian Peternak Responden Penelitian
Di Kecamatan Cigugur Tahun 2008
No Skala Usaha
Jenis Pendapatan Rp Pendapatan Tunai
Pendapatan Tidak Tunai Jumlah
1 Skala Usaha Rakyat
10.930,45 367,72
11.298,17 2
Skala Kecil 50.714,72
-184,28 50.530,44
3 Skala Menengah
53.453,61 2.762,63
56.216,24
Rataan Total 12.965,31
389,24 13.354,55
Berdasarkan jumlah ternak yang dipelihara seluruh peternak memiliki pendapatan rata-rata sebesar Rp 2.896,87hariST. Peternak skala usaha rakyat
dengan kepemilikan seluruh sapi sebanyak 4,23 ST maka pendapatan harian peternak sebesar Rp 2.670,96ST. Peternak skala usaha kecil memperoleh
pendapatan sebesar Rp 6.124,90ST dan peternak skala menengah menerima pendapatan sebesar Rp 2.958,75ST.
5.7. Imbangan Penerimaan dan Biaya Usaha Ternak Sapi Perah
Keberhasilan usaha peternakan dari segi penerimaannya dinilai berdasarkan tingkat efisiensinya, yaitu kemampuan usaha tersebut menghasilkan
keuntungan dari setiap rupiah biaya yang dikeluarkan dan dihitung dengan membandingkan penerimaan dengan biaya. Unsur-unsur yang diperlukan dalam
analisis penerimaan usaha ternak sapi perah yaitu total penerimaan tunai, total penerimaan tidak tunai, total penerimaan usaha ternak sapi perah, total biaya
tunai, total biaya tidak tunai dan total biaya usaha ternak sapi perah. Dalam analisis penerimaan ini biaya dan penerimaan dihitung secara harian.
Skala usaha yang dijalankan peternak akan mempengaruhi besarnya penerimaan dan besarnya biaya usaha, sehingga akan menyebabkan adanya
perbedaan RC rasio usaha ternak sapi perah yang dilaksanakan. Perbedaan tingkat RC rasio tersebut dapat dilihat pada tabel 26.
Tabel 26. RC Rasio Peternak Responden Penelitian Berdasarkan Skala Usaha Yang Dijalankan Peternak Sapi Perah
Di Kecamatan Cigugur Tahun 2008 No
Skala Usaha Total Penerimaan
Total Biaya RC Rasio
1 Skala Usaha Rakyat
135.699,34 124.401,17
1,10 2
Skala Kecil 213.204,96
162.674,52 1,31
3 Skala Menengah
682.735,67 626.519,43
1,09
Rata-rata 147.400,13
134.045,58 1,11
Dari tabel tesebut terlihat skala usaha rakyat memiliki RC rasio paling kecil, Beberapa hal yang menjadi alasan yaitu tingkat produktivitas ternak yang
berproduksi paling rendah diantara produktivitas sapi perah yang berproduksi pada usaha skala kecil dan skala menengah. Produktivitas sapi yang berproduksi
pada usaha skala rakyat sebesar 13,76 literhariST, sementara skala kecil sebesar 15,15 literhariST dan skala usaha menengah sebesar 20,03 literhariST.
Produksi susu ini menjadi faktor penentu besarnya penerimaan peternak. Skala usaha kecil memiliki RC rasio yang paling tinggi sebesar 1,31, hal
tersebut dikarenakan biaya tunai untuk tiap satuan ternak paling rendah. Besarnya biaya tunai skala usaha rakyat sebesar Rp 28.968,60hariST. Biaya tunai peternak
skala usaha kecil sebesar Rp19.449,39hariST dan usaha skala menengah sebesar Rp 32.660,16hariST. Dilihat dari persentase total biaya tunai dan biaya tidak
tunai, sebesar 98,55 persen merupakan biaya tunai, jadi hampir secara keseluruhan biaya usaha ternak sapi perah terdiri dari biaya tunai.
Rata-rata usaha ternak sapi perah mencapai RC rasio sebesar 1,11. Dengan nilai RC rasio usaha ternak sapi perah sebesar 1,11 termasuk kedalam
usaha yang memberikan tingkat keuntungan usaha yang sedang. Menurut Sihite 1998 menyatakan RC rasio 1,00 tergolong tingkat RC rasio yang rendah dan
tidak menguntungkan, RC rasio 1,00 – 1,21 tergolong tingkat RC rasio yang sedang sehingga usaha ternak tersebut masih layak untuk dijalankan, RC rasio
1,21 tergolong tingkat RC rasio yang tinggi sehingga usaha yang dijalankan tersebut sangat menguntungkan. Dengan nilai RC rasio sebesar 1,11 menunjukan
bahwa tingkat keuntungan yang diperoleh dari tiap satu rupian modal usaha ynag digunakan akan menghasilkan keuntungan 11 persen. Persentase keuntungan
tersebut lebih besar dibandingkan dengan tingkat suku bunga bank yang ditetapkan oleh Bank Indonesia BI sebesar 7,50 persen. Berdasarkan gambaran
tersebut usaha ternak sapi perah di Kecamatan Cigugur layak untuk dijalankan dan memberikan keuntungan yang sedang.
RC rasio atas biaya tunai peternak rata-rata sebesar 1,11, RC rasio atas biaya tidak tunai rata-rata sebesar 1,21 dan RC rasio usaha ternak sapi perah
secara keseluruhan sebesar 1,11. RC rasio sebesar 1,11 artinya setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan dalam usaha tersebut akan memberikan penerimaan
sebesar 1,11 rupiah. Pengelompokan peternak berdasarkan nialai RC rasio yang diperoleh dari usaha tenak sapi perah dapat dilihat pada tabel 27.
Tabel 27. Pengelompokan Peternak Responden Penelitian Berdasarkan Tingkat RC Rasio Yang Diperoleh Dari Usaha Ternak Sapi Perah Tahun 2008
Tingkat RC Rasio Jumlah Peternak
Persentase Persentase Sapi
Laktasi Rendah 1,00
19 31,67
63,55 Sedang 1,00 – 1,21
21 35,00
77,92 Tinggi 1,21
20 33,33
81,29 Jumlah
60 100,00
- Persentase peternak yang memiliki kriteria usaha ternaknya masih layak
untuk dijalankan dan memberikan keuntungan sebesar 68,33 persen dan 31,67 persen peternak memiliki nilai RC rasio kurang dari satu. Peternak yang memiliki
RC rasio kurang dari satu tersebut dikarenakan rata-rata persentase sapi laktasi yang berproduksi hanya sebesar 63,55 persen sementara rata-rata persentase sapi
laktasi yang berproduksi untuk peternak yang memiliki RC rasio tingkat sedang yaitu 77,92 persen dan peternak yang memiliki RC rasio tinggi nilai persentase
sapi laktasi yang berproduksi sebesar 81,29 persen. Dengan makin kecilnya persentase sapi yang berproduksi menyebabkan biaya untuk sapi yang tidak
berproduksi lebih tinggi di bandingkan dengan peternak yang memiliki persentase sapi laktasi produksi yang lebih besar. Peternak yang memiliki RC rasio kurang
dari satu, untuk meningkatkan nilai RC rasionya perlu mengefisienkan jumlah ternak sapi yang berproduksi dengan sapi yang tidak berproduksi, hingga
persentase sapi laktasi yang berproduksi mencapai 81,29 persen.
5.8. Kegiatan Koperasi Yang Dilaksanakan Sebagai Pelayanan Peternak