DAGING Penentuan Umur Simpan Beberapa Produk Pizza Hut Berdasarkan Analisis Mikrobiologi dan Organoleptik

11 Peraturan Menteri Pertanian No. 38 Tahun 2008, GMP merupakan standar yang wajib digunakan dalam suatu unit usaha pangan karena merupakan persyaratan dasar yang berkaitan dengan sistem keamanan pangan Ambarsari dan Sarjana 2008. Ruang lingkup GMP meliputi lingkungan sarana pengolahan, bangunan dan fasilitas, peralatan pengolahan, fasilitas dan kegiatan sanitasi, sistem pengendalian hama, higiene karyawan, pengendalian proses, pengawasan, serta pencatatan dan dokumentasi.

3.3. DAGING

Daging merupakan semua jaringan hewan yang dapat atau pantas digunakan sebagai bahan makanan Judge et al. 1989. Menurut Soeparno 1992, daging adalah jaringan hewan dan semua produk hasil pengolahan jaringan tersebut yang sesuai untuk dimakan serta tidak menimbulkan gangguan kesehatan bagi yang memakannya. Sementara itu, menurut Lawrie 1991, daging adalah bagian dari hewan potong yang digunakan manusia sebagai bahan makanan, mempunyai penampakkan yang menarik selera, dan merupakan sumber protein hewani berkualitas tinggi. Daging merupakan salah satu produk pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi, yaitu sebagai sumber protein hewani, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Keistimewaan nutrisi yang dikandungnya, menjadikan daging sebagai bahan pangan yang banyak dikonsumsi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan gizi, terutama kebutuhan protein Indra et al. 2004. Dari berbagai jenis daging yang ada, daging ayam dan daging sapi merupakan jenis daging yang paling banyak dikonsumsi. Daging sapi dan daging ayam merupakan bahan pangan bermutu tinggi, karena dapat mensuplai kira-kira setengah dari kebutuhan manusia akan protein. Protein daging mengandung asam-asam amino esensial yang lengkap dan seimbang sehingga dikategorikan sebagai bahan pangan bernilai gizi tinggi. Komposisi lengkap daging sapi dapat dilihat pada Tabel 2, sedangkan komposisi lengkap daging ayam dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 2. Komposisi kimia daging sapi dalam 100 g bahan Komponen Jumlah Kalori kal 207.00 Protein g 18.80 Lemak g 14.00 Hidrat arang g 0.00 Kalsium mg 11.00 Fosfor mg 170.00 Besi mg 2.80 Vitamin A SI 30 Vitamin B1 mg 0.08 Vitamin C mg 0.00 Air g 66.0 Sumber : Departemen Kesehatan RI 1996 12 Tabel 3. Komposisi kimia daging ayam dalam 100 g bahan Komponen Jumlah Kalori g 30.2 Protein g 18.2 Lemak g 25.0 Karbohidrat g Kalsium mg 14 Fosfor mg 200 Besi mg 1.5 Vitamin A SI 810 Vitamin B1 mg 0.08 Vitamin C mg Air g 55.9 Sumber : Departemen Kesehatan RI 1996 Daging sapi dan daging ayam banyak diolah menjadi berbagai produk olahan, seperti korned, sosis, abon, nagget, bakso, dan sebagainya. Salah satu produk olahan daging yang banyak dikonsumsi di berbagai negara adalah sosis. Menurut BSN 1995, sosis adalah produk makanan yang diperoleh dari campuran daging halus mengandung daging tidak kurang dari 75 dengan tepung atau pati, dengan atau tanpa penambahan bumbu atau bahan tambahan makanan lain yang diizinkan dan dimasukkan ke dalam selubung sosis. Sosis umumnya dibungkus menggunakan selubung dari usus hewan, tetapi sekarang sering kali menggunakan bahan sintetis, serta diawetkan dengan cara tertentu, misalnya dengan pengasapan. Pembuatan sosis merupakan suatu teknik produksi dan pengawetan makanan yang telah dilakukan sejak lama. Di banyak negara, sosis merupakan topping populer untuk pizza. Sosis terdiri atas bermacam-macam tipe, diantaranya sosis mentah dan sosis matang. Gambar 3 memperlihatkan beberapa produk olahan daging. Sebagai bahan pangan, daging memiliki potensi bahaya biologi, fisik, dan kimia Nugroho 2004. Bahaya biologi disebabkan oleh mikroba patogen. Bahaya kimia ditimbulkan oleh adanya cemaran residu antibiotik, hormon, pestisida, dan sebagainya, sedangkan bahaya fisik disebabkan oleh cemaran logam, dan lain-lain. Bahaya-bahaya tersebut dapat terjadi selama proses pemeliharaan ternak, proses penyediaan sejak penyembelihan hingga cutting, dan proses pengolahan menjadi produk olahan. Dari ketiga potensi bahaya, yang berhubungan erat dengan daya simpan daging karena menyebabkan kebusukan dan bahaya pangan adalah adanya cemaran mikroba. Produk daging dan olahan daging merupakan media yang sangat baik bagi pertumbuhan mikroba sehingga daging dan produk olahannya mudah sekali mengalami Gambar 3. Produk olahan daging 13 kerusakan. Batas cemaran mikroba beberapa produk olahan daging berdasarkan SNI 7388:2009 dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Batas cemaran mikroba pada daging berdasarkan SNI 7388:2009 No Kategori pangan Jenis cemaran mikroba Batas maksimum 1 Produk olahan daging, daging unggas, dan daging hewan buruan utuhpotongan Dendeng sapi, daging asap yang diolah dengan panas Angka lempeng total APM Escherichia coli Salmonella sp. Staphylococcus aureus Bacillus cereus 1 x 10 5 kolonig 3g negatif25g 1 x 10 2 1 x 10 3 2 Produk olahan daging, daging unggas, dan daging hewan buruan dihaluskan Daging olahan dan daging ayam olahan bakso, sosis, naget, burger Angka lempeng total APM koliform APM Escherichia coli Salmonella sp. Staphylococcus aureus Clostridium perfringens 1 x 10 5 kolonig 10g 3g negatif25 g 1 x 10 2 kolonig 1 x 10 2 kolonig Sumber : BSN 2009 Menurut Soeparno 1992 daging sangat mudah ditumbuhi mikroba, terutama mikroba perusak dan pembusuk karena mempunyai kadar air yang tinggi sekitar 68 – 75 , kaya akan zat yang mengandung nitrogen dengan kompleksitas yang berbeda-beda, mengandung sejumlah karbohidrat yang mudah difermentasi, kaya akan mineral dan kelengkapan faktor untuk pertumbuhan mikroorganisme, serta mempunyai pH yang menguntungkan sejumlah mikroorganisme sekitar 5.3 – 6.5. Kerusakan pada daging yang disebabkan oleh pertumbuhan mikroba pembusuk memiliki tanda-tanda sebagai berikut: 1. Terjadi pembentukan lendir 2. Terjadi perubahan warna 3. Terjadi perubahan bau menjadi busuk, karena terjadi pemecahan protein dan terbentuknya senyawa-senyawa berbau seperti ammonia, H 2 S, dan senyawa lain 4. Terjadi perubahan rasa menjadi asam dan pahit 5. Terjadi ketengikan yang disebabkan oleh oksidasi lemak Karena daging dan produk olahan daging mudah mengalami kerusakan oleh adanya aktivitas mikroorganisme, maka diperlukan penanganan penyimpanan atau pengolahan yang sesuai. Pada dasarnya metode penyimpanan atau pengolahan hanya bisa menghambat perkembangan mikroorganisme, sehingga setiap metode penyimpanan atau pengolahan hanya bisa mempertahankan kualitas daging atau produk olahan daging untuk jangka waktu yang terbatas. Biasanya metode yang sering digunakan untuk menekan pertumbuhan mikroba pada daging adalah dengan penyimpanan dingin antara -2 o C – 5 o C.

3.4. SALAD