2.1.7 Karakteristik Konsumen
Sumarwan 2002 menyatakan istilah konsumen sering diartikan sebagai dua jenis yaitu konsumen individu dan konsumen organisasi. Konsumen individu
membeli barang dan jasa untuk digunakan sendiri. Konsumen organisasi yang meliputi organisasi bisnis, yayasan, lembaga sosial, kantor pemerintah, dan
lmbaga lainnya membeli produk dan jasa untuk menjalankan seluruh kegiatan organisasinya. Konsumen bebas memilih produk dan merk yang akan dibelinya.
Keputusan membeli ada pada diri konsumen. Konsumen akan menggunakan berbaga kriteria dalam membeli produk dan merk tertentu, diantaranya adalah
konsumen akan membeli produk yang sesuai dengan kebutuhannya, seleranya, dan daya belinya.
Konsumen memiliki karakteristik yang dapat mempengaruhi perilaku dalam proses keputusan pembelian. Karakteristik konsumen terdiri dari
pengetahuan dan pengalaman konsumen, kepribadian konsumen dan karakteristik demografi konsumen Sumarwan, 2002. Karakteristik demografi dapat dilihat
dari faktor-faktor seperti usia, jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, agama, suku bangsa, pendapatan, jenis keluarga, status pernikahan, lokasi geografi, dan kelas
sosial. Menurut Sumarwan 2002 usia, pendapatan, pendidikan, dan pekerjaan
menjadi karakteristik yang penting untuk dipahami oleh pemasar. Hal ini dikarenakan konsumen yang berbeda usia akan mengkonsumsi produk yang
berbeda pula, serta daya beli menjadi indikator yang penting bagi pemasar dalam jumlah produk yang bisa dibeli oleh konsumen. Selain itu, semakin tinggi tingkat
pendidikan konsumen akan membuat konsumen senang untuk mencari nformasi tentang suatu produk sebelum memutuskan untuk membelinya. Pekerjaan juga
akan mempengaruhi cara pandang dan persepsi terhadap suatu produk, karena akan berpengaruh pada pengetahuan dan pengalaman untuk termotivasi dalam
keputusan pembelian.
2.1.8 Motivasi
Schiffman dan Kanuk 2000 dalam Sumarwan 2002 mendefinisikan motivasi yaitu “Motivation can be described as driving force within individuals
that impels them to action. This driving force is produced by state of tension,
which exist as the result of an unfulfilled need”. Adapun definisi motivasi menurut Solomon 1994 dalam Sumarwan 2002 adalah “Motivations refers to
the processes that cause people to behave as they do. It occurs when a need is aroused that the customer wishes to satisfy. Once a need has been actived, a state
of tension exixst that drives the consumers to attempt to reduce or eliminate the need”.
Dua definisi tentang motivasi diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi itu muncul karena adanya kebutuhan yang dirasakan oleh konsumen. Kebutuhan
sendiri muncul karena konsumen meraskan ketidaknyamanan antara yang seharusnya dirasakan dan yang sebenarnya dirasakan. Kebutuhan yang dirasakan
tersebut akan mendorong seseorang melakukan tindakan untuk memenuhi kebutuhannya tersebut.
Motivasi dapat terbentuk dari adanya stimulus atau rangsangan yang akan menyebabkan pengenalan pada kebutuhan need recognitionion. Rangsangan
tersebut bisa datang dari dalam diri seseorang. Pengenalan kebutuhan akan menyebabkan tekanan kepada konsumen sehingga adanya dorongan pada dirinya
untuk melakukan tindakan yang bertujuan. Motivasi ada dua jenis yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang
menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu diransang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sedangkan
motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena adanya perangsang dari luar.
2.1.9 Perilaku Konsumen