dipanen maka petani tidak melakukan penyemprotan. Rata-rata petani melakukan penyemprotan 2- 4 kali dalam sekali musim tanam.
5. Pemeliharaan
Pemeliharaan yang dilakukan oleh petani di daerah penelitian hanya sebatas pembersihan lahan secara berkala, pemberantasan hama penyakit dengan
menggunakan obat - obatan yang diaplikasikan oleh sebagian petani jahe. Kegiatan penyiangan dilakukan petani sesuai dengan kebutuhan biasanya
pembersihan lahan atau penyiangan biasanya dilakuakan 2-5 kali dalam sekali musim tanam sesuai dengan kebutuhan lahan. Penyiangan dilakukan petani
dengan cara tradisional yakni mengggunakan kiskis atau parang babat.
6. Panen
Pemanenan jahe biasanya dilakukan pada umur 7 sampai 8 bulan untuk jahe tua, namun apabila jahe terserang penyakit biasa petani memanennya lebih awal yaitu
pada umur 4-5 bulan jahe muda. Jahe muda jarang di panen petani karena memiliki bobot rimpang yang ringan dibandingkan dengan jahe tua, namun disaat
sudah terserang penyakit petani tidak memiliki pilihan lain selain memanennya lebih awal. Pada jahe muda, pemanenan dilakukan dengan cara mencabutnya
namun pada jahe tua pemanenan dilakukan dengan menggunakan cangkul. Pada saat panen biasanya petani memerlukan tenaga kerja yang banyak agar jahe dapat
dipanen secara serempak.
5.2.1 Teknologi
Teknologi merupakan alat maupun mesin yang digunakan untuk segala sesuatu yang memiliki sifat teknis yang dapat mempermudah pekerjaan manusia. Petani
Universitas Sumatera Utara
jahe di daerah penelitian pada umumnya masih menggunakan alat dan cara yang sederhana dalam budidaya jahe. Teknologi yang digunakan petani jahe di Nagori
Dolog Huluan dan Nagori Parjalangan adalah traktor yang digunakan petani untuk pengolahan lahan. Untuk kegiatan yang lain seperti penanaman, pemupukan,
penyemprotan dan penyiangan masih menggunakan alat yang sederhana seperti cangkul, kiskis dan sprayer. Perlu adanya pengembangan teknologi yang dapat
membantu petani dalam melakukan budidaya tanaman jahe.
Petani jahe di Kelurahan Sipolha Horison belum menggunakan teknologi berupa traktor dalam pengolahan lahan. Dalam budidaya jahe petani masih menggunakan
alat-alat pertanian yang sederhana seperti parang babat untuk melakukan penyiangan, cangkul untuk pengolahan lahan dan pemanenan serta sprayer untuk
melakukan penyemprotan. Petani jahe di Sipolha Horison tidak menggunakan traktor karena kodisi lahan yang miring dan berbatu sehingga dalam pengolahan
lahan petani harus menggunakan alat yang sederhana seperti cangkul. Teknologi yang digunakan pada daerah penelitian tersedia masih sederhana, belum ada alat
atau mesin yang modern seperti mesin pencabut jahe pada saat panen.
5.2.2 Produktivitas Jahe
Produktivitas adalah produksi yang diusahakan per satuan luas lahan per satuan waktu. Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas produksi jahe adalah
bibit, pupuk, pestisida dan teknologi. Jumlah produksi usahatani jahe juga ditentukan oleh teknik budidaya yang dilakukan oleh petani seperti teknik
pengolahan, penanaman dan penggunaan sarana produksi. Produksi dari tanaman
Universitas Sumatera Utara
jahe berupa rimpang jahe baik jahe tua maupun jahe muda. Berikut tabel produksi dan produktivitas jahe didaerah penelitian:
Tabel 46. Rata-Rata Produksi dan Produktivitas Jahe di Kabupaten Simalungun Tahun 2016
No Daerah
Penelitian Katagori Hasil
Produksi Luas
Lahan Ha
Produksi Ton
Produktivitas TonHa
1 Sipolha Horison Per Petani
0,09 1.568
17.422 Per Hektar
16.288 16.288
2 Dolog Huluan
Per Petani
0,30 6.460
21.533 Per Hektar
20.163 20.163
3 Parjalangan
Per Petani 0,38
8.805 23.171
Per Hektar 22.603
22.603
Jumlah Per Petani
0,27 5.611
20.709 Per Hektar
19.685 19.685
Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 21 Produksi rimpang yang dapat dipanen untuk jahe emprit kecil berkisar 10-20
tonha. Jahe merah berkisar antara 8-15 tonha, dan jahe besar dan jahe gajah besar dapat mencapai 30 tonha Syukur Chepper, 2001. Dari Tabel 46 dapat
dilihat bahwa di antara ketiga daerah penelitian diatas, produktivitas jahe yang paling tinggi terdapat di Nagori Parjalangan karena kondisi lahan yang sesuai,
penggunaan sarana produksi seperti pupuk, pestisida dan tenaga kerja yang sudah baik serta penggunaan teknologi yang cukup memadai. Sedangkan produktivitas
terendah adalah di Kelurahan Sipolha Horison hai ini disebabkan karena kodisi lahan yang kurang sesuai yaitu miring sehingga tidak dapat menggunakan
teknologi seperti traktor dan penggunaan pupuk dan pestisida yang masih rendah. Dapat disimpulkan bahwa produktivitas jahe didaerah penelitian baik di
Kelurahan Sipolha, Nagori Dolog Huluan dan Nagori Parjalangan masih rendah atau dibawah standar.
Universitas Sumatera Utara
5.2.3 Sentral Produksi Jahe