untuk lahan jahe yang ada di Dolog Huluan dan Rp 45.0000,04 Ha untuk lahan yang ada di luar Nagori Dolog Huluan.
C. Penggunaan Alat-alat Pertanian di Nagori Parjalangan
Petani jahe di Nagori Parjalangan tidak mengalami kesulitan dalam mendapatkan alat pertanian yang dibutuhkan petani. Petani membeli alat pertanian dari pasar
yang ada di Tigarunggu mauapun Pasar yang ada di Raya dengan rata-rata harga cangkul adalah Rp 56.000, rata-rata harga kiskis adalah Rp 42.105 dan rata-rata
harga sprayer adalah Rp 702.500. Semua peralatan yang dibutuhkan petani selalu tersedia di daerah penelitian namun yang sering menjadi kendala petani adalah
modal.
Tabel 42. Rata-Rata Jumlah dan Biaya penyusutan alat-alat pertanian untuk Usahatani Jahe di Nagori Parjalangan, Kecamatan Dolok
Pardamean, Kabupaten Simalungun Tahun 2016
No Jenis Alat
Per Petani Jumlah unit
Penyusutan Rp
1. Cangkul
2 31.968
2. 3
Kiskis Sprayer
2 1
23.379 77.884
Jumlah 5
133.231
Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 15 dan Lampiran 16 Dari Tabel 42 dapat dilihat bahwa alat-alat pertanian yang digunakan petani jahe
di Nagori Parjalangan adalah cangkul, kiskis dan sprayer. Petani jahe di Parjalangan sudah menggunakan teknologi seperti traktor dalam pengolahan lahan
namun, di daerah ini belum ada masyarakat ataupun petani yang memiliki traktor pribadi sehingga petani masih menggunakan traktor yang disewakan dari luar desa
ini. Rata-rata biaya pengolahan lahan menggunakan traktor adalah Rp 3.262.500Ha hal ini sangat membantu petani baik dalam menghemat waktu
maupun menghemat biaya produksi.
Universitas Sumatera Utara
Total biaya adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani jahe dalam usaha tani jahe baik untuk sarana produksi, tenaga kerja, penyusutan alat pertanian dan
biaya pajak bumi dan bangunan.
Tabel 43. Rata-Rata Total Biaya Produksi Jahe di Kelurahan Sipolha Horison, Kecamatan Pematang Sidamanik, Kabupaten
Simalungun Per Musim Tanam
No Jenis Biaya
Rata-Rata Biaya Produksi Per-Petani
Rp. Persentase
Per-Hektar Rp.
Persentase
1. Penyusutan
106.172 1,83
106.172 0,16
2. Saprodi
a. Bibit
b. Pupuk
c. Pestisida
3.407.886 2.664.545
630.091 113.250
58,87 46,03
10,88
1,96 37.687.360
29.132.909 7.138.826
1.415.625 56,26
43,49 10,66
2,11 3.
Tenaga kerja 2.272.727
39,26 29.170.455
43,55 4.
Biaya PBB 2.273
0,04 25.000
0,03
Jumlah 5.789.059
100,00 66.988.987 100,00
Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 18 Dari Tabel 43 dapat dilihat bahwa biaya yang paling banyak dikeluarkan petani
dalam usaha tani jahe adalah biaya untuk sarana produksi seperti bibit, pupuk dan pestisida sekitar 58,87 dari total biaya produksi. Biaya untuk bibit merupakan
biaya yang paling tinggi dalam sarana produksi karena jumlah bibit yang dibutuhkan petani banyak dan harga bibit yang tinggi. Perlu adanya bantuan dari
pemerintah dalam penyediaan bibit yang unggul dengan harga yang dapat dijangkau oleh petani.
Dalam usahatani jahe di Nagori Dolog Huluan petani mengeluarkan biaya produksi yang terdiri dari biaya untuk membeli sarana produksi, biaya penyusutan
alat pertanian, biaya tenaga kerja, biaya pengolahan lahan menggunakan traktor dan biaya pajak bumi dan bangunan. Berikut adalah tabel rata-rata total biaya
produksi jahe di Nagori Dolog Huluan:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 44. Rata-Rata Total Biaya Produksi Jahe di Nagori Dolog Huluan, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun Per Musim Tanam
No Jenis Biaya
Rata-Rata Biaya Produksi Per-Petani
Rp. Persentase
Per-Hektar Rp.
Persentase
1. Penyusutan
128.905 0,57
128.905 0,15
2. Saprodi
a. Bibit
b. Pupuk
c. Pestisida
16.118.956 10.695.833
7.658.320 280.650
74,53 44,55
28,74
1,23 57.570.842
37.602.435 23.740.245
1.021.948 72,18
45,11 25,95
1,11 3.
Biaya Traktor 1.855.000
4,85 3.045.833
3,99 4.
Tenaga kerja 4.038.333
20,00 15.058.833
23,64 5.
Biaya PBB 7.600
0,03 25.000
0,03
Jumlah 24.664.641
100,00 80.623.199
100,00
Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 18 Dari Tabel 44 dapat dilihat bahwa biaya sarana produksi yang terdiri dari biaya
membeli bibit, pupuk dan pestisida merupakan biaya yag paling banyak dikeluarkan petani dalam usaha tani jahe sekitar 74,53 dari total biaya produksi.
Petani jahe yang ada di Nagori Parjalangan mengeluarkan biaya produksi seperti biaya sarana produksi, biaya penyusutan alat pertanian, biaya tenaga kerja, biaya
pengolahan lahan menggunakan traktor dan biaya pajak bumi dan bangunan. Berikut adalah tabel rata-rata total biaya produksi jahe di Nagori Parjalangan:
Tabel 45. Rata-Rata Total Biaya Produksi Jahe di Nagori Parjalangan, Kecamatan Dolok Pardamean, Kabupaten Simalungun Per
Musim Tanam
No Jenis Biaya
Rata-Rata Biaya Produksi Per-Petani
Rp. Persentase
Per-Hektar Rp.
Persentase
1. Penyusutan
133.231 0,44
133.231 0,16
2. Saprodi
a. Bibit
b. Pupuk
c. Pestisida
22.908.450 13.385.000
9.302.650 220.800
75,21 43,94
30,54
0,72 61.879.874
36.226.600 25.045.451
607.823 74,88
43,84 30,31
0,73 3.
Biaya Traktor 1.257.750
4,13 3.262.500
3,95 4.
Tenaga kerja 6.150.000
20,19 17.337.510
20,98 5.
Biaya PBB 9.550
0,03 25.000
0,03
Jumlah 30.458.981
100,00 82.638.115
100,00
Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 18
Universitas Sumatera Utara
Dari Tabel 45 dapat dilihat bahwa biaya untuk sarana produksi merupakan biaya yang paling tinggi sekitar 75,21 dari total biaya produksi. Dalam pengadaan
sarana produksi biaya bibit adalah biaya yang paling tinggi yang dikeluarkan oleh petani karena jumlah bibit yang dibutuhkan banyak dan harga bibit jahe yang
cukup mahal. Oleh sebab itu petani berharap mendapatkan bantuan sarana produksi berupa bibit, pupuk maupun pestisida yang dapat membantu petani
menghemat biaya produksi dalam usahatani jahe. Usahatani jahe memerlukan modal yang besar sehingga sebagian petani tidak
menanam jahe pada lahan yang luas. Keterbatasan modal sering kali menjadi hambatan bagi petani dalam melakukan usahatani jahe sehingga usahatani jahe
belum dilakukan dengan maksimal. Modal yang besar juga membuat petani terkadang khawatir dalam melakukan usahatani jahe karena takut mengalami
kerugian yang besar. Untuk itu perlu adanya lembaga yang dapat membantu petani dalam hal penyediaan modal seperti Koperasi Unit Desa.
5.2 Produksi Produksi adalah suatu kegiatan untuk menciptakanmenghasilkan atau menambah
nilai guna terhadap suatu barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan perseorangan atau badan produsen. Untuk budidaya jahe diperlukan lahan di
daerah yang sesuai untuk pertumbuhannya. Untuk pertumbuhan jahe yang optimal diperlukan persyaratan ketinggian tempat 300 - 900 m dpl, temperatur
rata-rata tahunan 25 - 30º C, curah hujan per tahun 2 500 – 4 000 mm, intensitas cahaya matahari 70 - 100 atau agak ternaungi sampai terbuka, drainase tanah
baik, tekstur tanah lempung sampai lempung liat berpasir, pH tanah 6,8 – 7,4.
Universitas Sumatera Utara