Prinsip Pembelajaran Matematika Pembelajaran Matematika

live together Suherman, 2003: 12. Berdasarkan pemikiran tersebut maka pembelajaran matematika harus mendasarkan pada pemikiran bahwa siswa yang harus belajar. Tujuan pembelajaran matematika yang diuraikan di atas akan tercapai apabila guru mampu menguasai pembelajaran di dalam kelas. Dalam penguasaan pembelajaran, beberapa hal yang perlu dipelajari adalah menerapkan dengan jelas langkah atau proses pembelajaran yang dibagi dalam bagian-bagian kecil pembelajaran kemudian setiap bagian tersebut disusun berdasarkan urutan yang pasti atau hirarki Saad, 2008: 209. Langkah-langkah pelaksanaan penguasaan pembelajaran menurut Guskey dalam Saad, 2008: 218-219 adalah sebagai berikut. 1 Merencanakan untuk menguasai pembelajaran Langkah: a Menentukan tujuan pembelajaran. b Merancang tes formatif. c Mempersiapkan remidial dan aktivitas pengkoreksian. d Merancang penyajian sumatif. 2 Melaksanakan penguasaan pembelajaran di dalam kelas Langkah: a Mengiformasikan siswa tentang tujuan dan langkah dalam pembelajaran. b Penerapan pembelajaran, meliputi: Mengajar dengan metode yang efektif. Memberikan tes untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran. Memberikan tes dan remidial untuk siswa yang belum mencapai ketuntasan belajar. Memberikan banyak aktivitas kepada siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar dan memberikan remidial kepada siswa yang belum mencapai ketuntasan. c Mengevaluasi pelaksanaan pembelajaran.

2.1.2.1 Prinsip Pembelajaran Matematika

Siswa harus belajar matematika dengan memahaminya, dan secara aktif membangun pengetahuan dari pengalaman dan pengetahuan yang telah ada sebelumnya. NCTM 2000: 20-21 menyebutkan terdapat dua prinsip utama dalam pembelajaran matematika di sekolah. 1 Sangatlah penting belajar matematika dengan pemahaman. Kesatuan dari fakta pengetahuan, prosedur keahlian, dan pemahaman konsep akan menjadikan ketiga komponen tersebut menjadi sangat efektif. Siswa yang menghafal suatu fakta atau prosedur tanpa memahaminya seringkali tidak yakin tentang kapan dan bagaimana menggunakan pengetahuan yang telah mereka miliki, dan kebanyakan apa yang mereka pelajari salah Bransford, Brown, and Cooking 1999. Pembelajaran dengan memahami apa yang dipelajari saat itu, akan memudahkan siswa dalam memahami pula pembelajaran berikutnya. Matematika memiliki beberapa pengertian yang mudah untuk diingat dan diaplikasika ketika siswa menghubungkan pengetahuan baru dengan pegetahuan lama yang telah didapat Schocnfeld 1988. Koneksi atau hubungan yang bagus, ide konsep yang mendasar, akan lebih memudahkan siswa untuk menggunakannya dalam situasi yang baru. 2 Siswa dapat belajar matematika dengan memahami Siswa akan menerima dengan baik pembelajaran matematika di sekolah dengan memperkuat keinginan alami mereka untuk memahami apa yang mereka butuhkan untuk belajar. Melalui pengalaman mereka dalam kehidupan sehari-hari secara perlahan-lahan mengembangkan cukup kompleks permasalahan dalam matematika. Sehingga anak belajar banyak ide-ide matematika dengan alami sebelum masuk sekolah Gelman Gallistel 1978; Resnick 1987. Macam-macam pengalaman guru dengan jelas memainkan peran utama dalam menentukan tingkat dan mutu belajar siswa. Pemahaman siswa tentang pemikiran matematika dapat dibangun seluruhnya oleh sekolah mereka jika mereka dengan aktif menggunakan rancangan tugas-tugas dan pengalaman- pengalaman untuk memperdalam dan menghubungkan pengetahuan mereka. Belajar dengan memahami dapat dinaikkan lebih lanjut dengan interaksi di dalam kelas, seperti siswa mengusulkan pemikiran matematika dan perkiraan- „perkiraan, belajar untuk mengevaluasi pemikiran mereka sendiri dan juga mengevaluasi pemikiran orang lain, dan memperkembangkan keterampilan-keterampilan memberi alasan matematika Hanna dan Yackel forthcoming 1999. Dari uraian tentang prinsip pembelajaran matematika di atas menunjukkan bahwa menekankan pemahaman siswa terhadap matematika menjadi suatu hal yanag sangat mendasar untuk dilakukan guru. Siswa akan mudah menangkap materi yang disampaikan guru apabila mereka mengetahui untuk apa mereka belajar hal tersebut.

2.1.3 The Accelerated Learning Percepatan Belajar

Dokumen yang terkait

KEEFEKTIFAN MODEL TREFFINGER BERBANTUAN ALAT PERAGA TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS PESERTA DIDIK PADA MATERI GEOMETRI

0 21 456

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN PAIR CHECK BERBANTUAN APLIKASI PREZI TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA PADA MATERI SEGITIGA KELAS VII

4 34 369

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN ARIAS BERBANTUAN ALAT PERAGA TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS VII MATERI SEGIEMPAT

0 6 256

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN MODEL TPS BERBANTUAN GEOMETER’S SKETCHPAD PADA PENCAPAIAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATERI SEGITIGA KELAS VII

1 20 431

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN POGIL BERBANTUAN LEMBAR KEGIATAN PESERTA DIDIK (LKPD) TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH

1 15 251

KEEFEKTIFAN MODEL ELICITING ACTIVITIES TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PESERTA DIDIK KELAS X PADA MATERI TRIGONOMETRI.

2 10 301

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME) TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATERI POKOK SEGIEMPAT PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 12 MAGELANG.

0 0 1

(ABSTRAK) KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN VAN HIELE BERBANTUAN ALAT PERAGA TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATERI SEGI EMPAT PADA PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 2 PEGANDON.

0 0 2

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN VAN HIELE BERBANTUAN ALAT PERAGA TERHADAP KEMAMPUAN PENALARAN MATERI SEGI EMPAT PADA PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 2 PEGANDON.

0 0 122

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E BERBANTUAN ALAT PERAGA PADA MATERI SEGITIGA KELAS VII TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA

1 1 12