adalah perencanaan dan tindakan yang cermat mengenai kegiatan pembelajaran agar kompetensi yang diharapkan tercapai Suyitno, 2011: 14.
2.4.1 Think-Talk-Write TTW
Strategi pembelajaran Think-Talk-Write TTW diperkenalkan oleh Huinker Laughlin yang pada dasarnya dibangun melalui berpikir, berbicara, dan menulis
Yamin, 2012: 84. Strategi pembelajaran TTW ini mempunyai kelebihan yaitu pada tahap pembelajaran dimulai dari keterlibatan siswa dalam berpikir
bagaimana siswa memikirkan penyelesaian suatu masalah atau berdialog dengan dirinya sendiri setelah proses membaca masalah, selanjutnya berbicara
bagaimana mengkomunikasikan hasil pemikirannya dalam diskusi dan membagi ide sharing dengan temannya sebelum menulis.
Model pembelajaran Think-Talk-Write TTW melibatkan 3 tahap penting yang harus dikembangkan dan dilakukan dalam pembelajaran matematika,
yaitu sebagai berikut: 1
Think berpikir Dalam tahap ini siswa secara individu memikirkan kemungkinan jawaban
atau metode penyelesaian, membuat catatan apa yang telah dibaca, baik itu berupa apa yang diketahuinya, maupun langkah-langkah penyelesaian dalam bahasanya
sendiri. Menurut Yamin 2012: 85, aktivitas berpikir dapat dilihat dari proses membaca suatu teks matematika atau berisi cerita matematika kemudian membuat
catatan tentang apa yang telah dibaca. Belajar membuat menulis catatan setelah membaca dapat merangsang aktivitas berpikir sebelum, selama, dan setelah
membaca, sehingga dapat mempertinggi pengetahuan bahkan meningkatkan keterampilan berpikir dan menulis.
2 Talk berbicara atau berdiskusi
Pada tahap talk, siswa berkomunikasi dengan menggunakan kata-kata dan bahasa yang mereka pahami. Siswa menyampaikan ide yang diperolehnya pada
tahap think kepada teman-teman diskusinya kelompok. Diskusi diharapkan dapat menghasilkan solusi atas masalah yang diberikan.
Yamin 2012: 86 mengutarakan bahwa talk penting dalam matematika karena sebagai cara utama untuk berkomunikasi dalam matematika. Pembentukan
ide forming ideas melalui proses talking, dapat meningkatkan dan menilai kualitas berpikir karena talking dapat membantu mengetahui tingkat pemahaman
siswa dalam belajar matematika. Proses talking dipelajari siswa melalui kehidupannya sebagai individu yang
berinteraksi dengan lingkungan sosial. Dengan berdiskusi dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam kelas. Berkomunikasi dalam diskusi menciptakan
lingkungan belajar yang memacu peserta dapat meningkatkan pemahaman siswa. Hal ini dikarenakan ketika siswa berdiskusi, siswa mengkonstruksi berbagai ide
untuk dikemukakan. 3
Write menulis Shield dan Swinson dalam Yamin 2012: 87 menyatakan bahwa menulis
dalam matematika membantu merealisasikan salah satu tujuan pembelajaran, yaitu pemahaman siswa tentang materi yang ia pelajari. Aktivitas menulis akan
membantu siswa dalam membuat hubungan dan juga memungkinkan guru melihat pengembangan konsep siswa.
Masingila dan Wisniowska dalam Yamin 2012: 88 mengemukakan bahwa aktivitas menulis siswa bagi guru dapat memantau kesalahan siswa, miskonsepsi,
dan konsepsi siswa terhadap ide yang sama. Selain itu melalui kegiatan menulis dalam pembelajaran matematika, siswa diharapkan dapat memahami bahwa
matematika dibangun melalui suatu proses berpikir yang dinamis, dan diharapkan pula dapat memahami bahwa matematika merupakan bahasa atau alat untuk
mengungkapkan ide. Aktivitas menulis siswa pada tahap ini adalah menulis solusi dari masalah pertanyaan yang diberikan termasuk perhitungan. Yamin, 2012:
88. Langkah-langkah dalam pembelajaran dengan strategi Think-Talk-
Write TTW adalah sebagai berikut Yamin, 2012: 90: a
Guru membagi teks bacaan berupa Lembaran Aktivitas Siswa yang memuat situasi masalah dan petunjuk serta prosedur pelaksanaannya;
b Siswa membaca teks dan membuat catatan dari hasil bacaan secara
individual, untuk dibawa ke forum diskusi think; c
Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman untuk membahas isi catatan talk. Guru berperan sebagai mediator lingkungan
belajar; d
Siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan sebagai hasil kolaborasi write.
Peranan dan tugas guru dalam usaha mengefektifkan penggunaan model
pembelajaran Think-Talk-Write TTW ini, sebagaimana yang dikemukakan Silver Smith dalam Yamin 2012: 90 adalah: 1 mengajukan pertanyaan dan
tugas yang mendatangkan keterlibatan dan menantang setiap siswa untuk berpikir, 2 mendengar secara hati-hati ide siswa, 3 menyuruh siswa mengemukakan ide
secara lisan dan tulisan, 4 memutuskan apa yang digali dan dibawa siswa dalam diskusi, 5 memutuskan kapan memberi informasi, mengklarifikasikan persoalan-
persoalan, menggunakan model, membimbing dan membiarkan siswa berjuang dengan kesulitan, 6 memonitoring dan menilai partisipasi siswa dalam diskusi,
dan memutuskan kapan dan bagaimana mendorong setiap siswa untuk berpartisipasi.
Kelebihan dari strategi pembelajaran Think-Talk-Write TTW adalah: 1 Memberi kesempatan siswa berinteraksi dan berkolaborasi membicarakan tentang
penyelidikannya dengan anggota kelompoknya, 2 siswa terlibat langsung dalam belajar sehingga termotivasi untuk secara aktif dalam belajar, 3 model ini
berpusat pada siswa, memberi kesempatan pada siswa dan guru berperan sebagai mediator lingkungan belajar, dan 4 dengan memberikan soal open ended dapat
mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif siswa. Prastyo, 2011. Sedangkan kelemahan dari strategi pembelajaran ini adalah: 1 model
pembelajaran ini kurang berhasil dalam kelas besar, misalkan sebagian waktu hilang karena membantu siswa mencari solusi pemecahan masalah atau
menemukan teori-teori yang berhubungan dengan lembar kerja siswa dan 2 tidak semua anggota kelompok aktif dalam model pembelajaran ini Prastyo, 2011.
Untuk mengatasi kelemahan tersebut, diperlukan usaha-usaha yaitu: 1 Guru terlebih dahulu memutuskan banyaknya kelompok, jumlah anggota, dan
pengelompokan siswa yang bersifat heterogen dan 2 Sebaiknya diadakan pengaturan penempatan dan penyusunan kelompok, sehingga lebih mempermudah
guru untuk mengontrol perorangan atau kelompok siswa.
2.4.2 Small-Group Work