tidak ragu-ragu dalam menyelesaikan tugas; dan 5 memberi kesempatan berkomunikasi untuk menjelaskan idenya dan mendengarkan ide temannya.
2.3 Model Pembelajaran Kooperatif
Joyce dalam Trianto 2007: 5, model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku,
film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Model pembelajaran mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran untuk membantu siswa sedemikian rupa
sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Model pembelajaran adalah suatu tindakan pembelajaran yang mengikuti
pola atau langkah-langkah pembelajaran tertentu sintaks, yang harus diterapkan guru agar kompetensi atau tujuan belajar yang diharapkan akan tercapai dengan
cepat, efektif, dan efisien. Suatu kegiatan pembelajaran di kelas disebut model pembelajaran jika: 1 ada kajian ilmiah dari penemu atau ahlinya, 2 ada tujuan
yang ingin dicapai, 3 ada urutan tingkah laku yang spesifik ada sintaksnya, dan 4 ada lingkungan yang perlu diciptakan agar tindakan kegiatan pembelajaran
tersebut dapat berlangsung secara efektif Suyitno 2011: 26. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang bernaung dalam teori
konstruktivis. Trianto 2007: 13 menuliskan bahwa teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan
informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan
merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Menurut teori konstruktivisme, guru tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada
siswa, akan tetapi siswa harus membangun sendiri pengetahuan didalam benaknya.
Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi
dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial dan
penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif.
Menurut Eggen dan Kauchak dalam Trianto 2007: 42 bahwa pembelajaran kooperatif merupakan sebuah strategi pembelajaran yang melibatkan siswa
bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri
dari 4-6 orang siswa yang sederajat tetapi heterogen. Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi
siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan
belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif terdiri atas enam fase.
Fase-fase dalam pembelajaran tersebut adalah:
Tabel 2.1 Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif Fase
Tahapan Tingkah Laku Guru
1 Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa Guru menyampaikan semua tujuan
pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa
belajar.
2 Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau
lewat bahan bacaan.
3 Mengorganisasikan siswa ke
dalam kelompok kooperatif Guru
menjelaskan kepada
siswa bagaimana
caranya membentuk
kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi
secara efisien.
4 Membimbing
kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan
tugas mereka.
5 Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-
masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
6 Memberikan penghargaan
Guru mencari
cara-cara untuk
menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
Ibrahim dalam Trianto 2007: 48
2.4 Strategi Pembelajaran