27
pelaksanaannya membentuk siswa menjadi beberapa kelompok untuk bekerjasama dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas kelompok yang mereka peroleh.
2.1.12 Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai
materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal Isjoni 2010: 54. Jigsaw pertama kali dikembangkan oleh Aronson. Dalam pelaksanaannya, jigsaw
menempatkan siswa ke dalam beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 4-6 orang. Setiap kelompok diberi informasi yang membahas salah satu topik dari materi
pelajaran mereka saat itu Huda 2011: 120. Huda 2011: 121 menjelaskan bahwa saat melaksanakan model
pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, siswa bekerja kelompok selama dua kali, yakni dalam kelompok mereka sendiri dan dalam kelompok ahli. Perkumpulan siswa yang
memiliki bagian informasi yang sama dikenal dengan istilah kelompok “ahli”. Dalam kelompok “ahli” ini masing-masing siswa saling berdiskusi dan mencari cara terbaik
bagaimana menjelaskan bagian informasi itu kepada teman-teman satu kelompoknya yang semula. Setelah diskusi selesai, semua siswa dalam kelompok “ahli” ini
kembali ke kelompoknya yang semula, dan masing-masing dari mereka mulai menjelaskan bagian informasi tersebut kepada teman-teman satu kelompoknya.
Jigsaw merupakan strategi yang menarik untuk digunakan, jika materi yang
akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materi tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian. Penggunaan jigsaw dalam pembelajaran IPA
materi Bumi dan Alam Semesta untuk siswa kelas V merupakan pilhan yang tepat. Hal ini dikarenakan materi yang terdapat di dalamnya cukup banyak, dapat dibagi
28
menjadi beberapa bagian, dan tidak mengharuskan urutan penyampaian materi. Selain itu, jigsaw juga dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran.
Dalam konsep jigsaw, semua siswa harus bisa mendapatkan kesempatan dalam proses belajar supaya semua pemikiran siswa dapat diketahui Amri dan
Ahmadi 2010: 180. Kelebihan strategi ini yaitu dapat melibatkan seluruh siswa dalam belajar dan sekaligus mengajarkan kepada orang lain Zaini dkk 2008:56.
Model jigsaw dapat digunakan secara efektif di tiap level, di mana siswa telah mendapatkan keterampilan akademis dari pemahaman, membaca atau keterampilan
kelompok untuk belajar bersama Isjoni 2011: 58. Berikut merupakan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe
jigsaw menurut Asmani 2011:42:
1 Siswa dikelompokkan ke dalam empat tim atau sesuai dengan bahan atau
materi yang akan dibagikan. 2
Tiap siswa dalam tim diberi bagian materi yang berbeda. 3
Tiap siswa dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan. 4
Anggota dari tim yang berbeda, yang telah mempelajari bagian materi yang sama bertemu dalam kelompok baru kelompok ahli untuk mendiskusikan
bagian materi yang mereka peroleh. 5
Setelah selesai berdiskusi, sebagai tim ahli, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang
materi yang mereka kuasai. Sementara, anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh.
6 Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi mereka di depan kelas untuk
menyamakan pikiran dan menarik kesimpulan.
29
7 Guru memberikan evaluasi kepada seluruh siswa, yang mencakup seluruh
materi yang didiskusikan siswa. 8
Guru menutup pembelajaran.
2.2 Kajian Empiris
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw di SD dalam pembelajaran IPA ternyata telah banyak digunakan dalam beberapa penelitian. Hasil
penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran IPA di SD.
Penelitian yang dilakukan oleh Mohammad Hanif Ashshidiqi pada tahun 2011 yang berjudul “Peningkatan Pembelajaran IPA Materi Rangka dan Indera
Manusia Melalui Model Jigsaw di Kelas IV SD Negeri Watesalit 02 Batang”, membuktikan bahwa penerapan jigsaw dalam pembelajaran tersebut dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan hasil belajar siswa dari setiap siklus. Rata-rata nilai hasil belajar yang diperoleh siswa pada siklus
I yaitu 68,83, sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 75,33. Selain itu, model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw juga digunakan oleh
Ida Fitria dalam penelitiannya pada tahun 2011 yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Hasil Belajar Struktur
dan Fungsi Bagian Tumbuhan Siswa Kelas IV SD Negeri Pulorejo 1 Bakung Blitar Semester Ganjil TA 20112012”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa rata-
rata nilai hasil belajar siswa pada siklus I yaitu 70,81, sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 78,11.