Gambar 4.4 Grafik Peningkatan Setiap Aspek Keterampilan Proses Sains pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Gambar 4.5 Grafik Peningkatan Rata-Rata Seluruh Aspek Keterampilan Proses Sains pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
4.2 Pembahasan
4.2.1 Peningkatan Penguasaan Konsep Siswa
Berdasarkan analisis data nilai posttest penguasaan konsep diperoleh nilai rata-rata penguasaan konsep siswa kelas kontrol sebesar 58,98 dan kelas
eksperimen sebesar 71,46. Rata-rata nilai penguasaan konsep siswa kelas
0,0 0,1
0,2 0,3
0,4 0,5
OBSERVASI MENGUKUR
HIPOTESIS MENGOLAH
DATA INFERENSI
KOMUNIKASI
kontrol eksperimen
10 20
30 40
50 60
70 80
kelas kontrol kelas
eksperimen eksperimen I
eksperimen II
eksperimen yang diberi perlakuan dengan model pembelajaran PBL Berbasis Inkuiri lebih besar daripada rata-rata nilai penguasaan konsep siswa kelas kontrol
yang diberi perlakuan dengan model pembelajaran DI. Hal ini menunjukkan bahwa variasi model pembelajaran dapat mempengaruhi tingkat penguasaan
konsep siswa dan model pembelajarn PBL Berbasis Inkuiri lebih efektif untuk meningkatkan penguasaan konsep dibandingkan dengan model pembelajaran DI.
Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian Oktavia 2015 yang menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran PBL efektif ditinjau dari pemahaman konsep
matematis siswa dan lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran konvensional pada siswa kelas VIII SMP TMI Roudlotul Qur’an Metro.
Pembelajaran PBL Berbasis Inkuiri lebih efektif untuk meningkatkan penguasaan konsep pada materi getaran dan gelombang dibandingkan dengan
model pembelajaran DI dengan nilai faktor gain penguasaan konsep kelas eksperimen sebesar 0,58 lebih besar dari nilai faktor gain penguasaan konsep
kelas kontrol sebesar 0,41. Kedua nilai faktor gain tersebut masih termasuk dalam kategori sedang.
Berdasarkan uji perbedaan rata-rata nilai posttest penguasaan konsep antara kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan menggunakan uji-t pihak kanan,
diperoleh t
hitung
t
tabel
. Analisis tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata posttest kelas kontrol dengan kelas
eksperimen. Nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi daripada nilai rata-rata kelas kontrol, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran PBL Berbasis
Inkuiri lebih efektif untuk meningkatkan penguasaan konsep siswa daripada
model pembelajaran DI. Pembelajaran PBL Berbasis Inkuiri memusatkan pembelajaran pada siswa. Guru hanya berperan dalam menyajikan masalah,
mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi penyelidikan. Siswa dihadapkan dengan suatu permasalahan yang mendorong untuk berpikir kritis guna
memecahkan permasalahan tersebut. Dorongan pemecahan masalah tersebut membuat siswa menjadi antusias dalam belajar. Siswa menyusun hipotesis
terhadap masalah yang disajikan berbekal pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Selanjutnya siswa memecahkan masalah dengan bereksperimen
inkuiri. Hasil dari eksperimen menjadi bukti kebenaran hipotesis yang diajukan. Kesimpulan yang diperoleh membuat siswa lebih memahami konsep secara benar
sehingga dapat meningkatkan penguasaan konsep. Sesuai dengan pendapat Dewi 2012 yang menyatakan bahwa pembelajaran dengan model PBL menjadikan
siswa sebagai pusat dari proses pembelajaran yang secara aktif mencari informasi sendiri melalui eksperimen, aktif berdiskusi dan bertukar pendapat untuk
memecahkan masalah tentang materi yang akan dipelajari guna mendapatkan suatu kesimpulan sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna pada diri siswa.
Hal ini juga didukung oleh pembelajaran PBL Berbasis Inkuiri yang didesain untuk membantu siswa: 1 membangun dasar pengetahuan yang luas
dan fleksibel; 2 mengembangkan keterampilan pemecahan masalah yang efektif; 3 mengembangkan kemampuan pengarahan diri, keterampilan pembelajaran
seumur hidup; 4 menjadi kolaborator yang efektif, dan 5 menjadi motivasi belajar Hmelo Silver, 2004. Motivasi memiliki peran yang penting dalam
menentukan hasil belajar Aritonang, 2008. Keduanya memiliki hubungan yang berbanding lurus, jika motivasi meningkat maka hasil belajar juga meningkat.
PBL Berbasis Inkuiri dilaksanakan melalui tahap-tahap yang sistematis. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok dengan jumlah siswa tiga sampai empat
tiap kelompoknya. Siswa dilatih untuk mengembangkan keterampilan komunikasi dan keterampilan interpersonal. Pembelajaran diawali dengan memberikan
stimulus oleh guru kepada siswa agar siswa dapat terhubung dengan masalah yang diberikan. Stimulus yang unik akan menarik perhatian siswa dan cenderung
mempertahankan keterlibatan diri secara aktif terhadap stimulus tersebut Rifai Anni, 2011: 165. Lalu guru memberikan masalah dan siswa merespon
permasalahan tersebut. Siswa berdiskusi dan membuat catatan tentang informasi yang mereka peroleh dari masalah yang disajikan. Pada fese berdiskusi siswa
berinteraksi dengan teman satu kelompoknya, saling bertukar pendapat dan ide- ide baru untuk dapat menyelesaikan masalah. Hal ini sesuai dengan teori belajar
oleh Vygotsky. Vygotsky meyakini bahwa interaksi sosial dengan teman lain memacu terbentuknya ide baru dan memperkaya perkembangan intelektual siswa.
Selanjutnya siswa mengungkapkan gagasan dan membuat hipotesis. Siswa melakukan eksperimen inkuiri sesuai dengan LKS diberikan oleh guru untuk
menjawab permasalahan dan membuktikan kebenaran dari hipotesis yang telah diajukan. LKS disusun dengan hanya memberikan tujuan eksperimen dan alat
bahan yang digunakan, selanjutnya siswa menyusun langkah kerja secara mandiri untuk mengembangkan proses inkuiri yaitu penemuan dan penyelidikan serta
siswa dapat berpikir kreatif untuk memecahkan masalah dan membuktikan
hipotesisnya. Percobaan dilakukan, siswa mengumpulkan data lalu menganalisis data tersebut kemudian dinterpretasikan dan membuat kesimpulannya. Langkah
selanjutnya siswa membuat laporan sederhana yang dipresentasikan di depan kelas. Pemikiran masing-masing siswa berbeda-beda untuk menyatukan
pemikiran siswa kepada satu konsep yang benar, guru membahas apa yang dipresentasikan oleh siswa dan kemudian bersama-sama menyimpulkannya. Guru
juga memandu siswa untuk melakukan evaluasi terhadap proses penyelidikan yang telah dilakukan. Evaluasi tersebut berfungsi untuk menilai keberhasilan
siswa dilaksanakan secara terintegrasi, yaitu bukan hanya menilai apa yang telah mereka pelajari, tetapi juga menilai bagaimana keterlibatan dan kemampuan siswa
dalam melaksanakan setiap langkah dalam memecahkan masalah. Tahapan-tahapan PBL Berbasis Inkuiri di atas menghasilkan penguasaan
konsep siswa dapat berkembang dengan baik. Berbeda dengan model pembelajaran DI dimana guru mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
yang akan dilatihkan kepada siswa secara bertahap selangkah demi selangkah dan memberikan pengetahuan deklaratif serta prosedural dalam eksperimen yang akan
dilakukan yang mengakibatkan siswa menjadi pasif, tidak mandiri, dan penguasaan konsepnya tidak berkembang. Sesuai dengan hasil penelitian Putri
2014 yang menyatakan bahwa pemahaman konsep dan disposisi matematis siswa pada kelas dengan pembelajaran langsung tidak lebih baik daripada
pemahanan konsep matematis siswa pada kelas dengan PBL.
4.2.2 Peningkatan Keterampilan Proses Sains Siswa