Adapun tujuan khusus pembelajaran matematika di jenjang sekolah menengah pertama adalah sebagai berikut.
1 Peserta didik memiliki kemampuan yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan
matematika. 2
Peserta didik memiliki pengetahuan matematika sebagai bekal untuk melanjutkan ke pendidikan menengah.
3 Peserta didik memiliki keterampilan matematika sebagai peningkatan dan
perluasan dari matematika sekolah dasar untuk dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
4 Peserta didik memiliki pandangan yang cukup luas dan memiliki sikap logis,
kritis, cermat, dan disiplin serta menghargai kegunaan matematika Suherman, 2003:58-59.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika merupakan suatu proses atau kegiatan yang dirancang untuk mengajarkan
matematika kepada peserta didik. Proses tersebut bertujuan untuk meningkatkan keterampilan penerapan matematika peserta didik sehingga dapat digunakan dalam
kehidupan sehari-hari.
2.1.4 Pembelajaran Kooperatif Tipe CPS
Terdapat berbagai macam model pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran matematika, salah satunya adalah model pembelajaran
kooperatif. Pembelajaran kooperatif mencakup suatu kelompok kecil yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas,
atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya Suherman, 2003:260. Dalam pembelajaran kooperatif peserta didik belajar bersama dalam
kelompok-kelompok kecil yang terdiri atas 4-6 anak yang sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, sukuras, dan satu sama lain saling membantu Trianto,
2007:41. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran di mana peserta didik bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk mendiskusikan masalah dan
kemudian secara bersama-sama membangun pemahaman yang diperoleh dari hasil diskusi kelompok. Model pembelajaran kooperatif tidak akan terwujud hanya dengan
peserta didik duduk dalam kelompok-kelompok kecil kemudian bekerja secara individu atau hanya salah satu dari mereka yang mengerjakan tugas. Pembelajaran
kooperatif menekankan pada kehadiran teman sebaya yang berinteraksi antar sesamanya sebagai sebuah tim dalam menyelesaikan atau membahas suatu masalah
atau tugas Suherman, 2003:260. Pembelajaran kooperatif mempunyai ciri-ciri tertentu dibandingkan dengan
model lainnya. Ciri-ciri pembelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut.
1 Peserta didik bekerja dalam kelompok secara kooperatif menuntaskan materi
untuk belajar. 2
Kelompok dibentuk dari peserta didik yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
3 Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis
kelamin yang beragam. 4
Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu Trianto, 2007:47.
Manfaat kelompok dibentuk dari peserta didik berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah adalah peserta didik yang memiliki kemampuan tinggi dapat
memberikan keuntungan bagi peserta didik yang berkemampuan sedang ataupun rendah. Untuk memperoleh hasil yang optimal dari pembelajaran kooperatif,
keanggotaan sebaiknya heterogen, baik dari kemampuan maupun karakteristik lainnya Suherman, 2003:261.
Model pembelajaran creative problem solving CPS merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif. Model ini pertama kali dikembangkan oleh Alex
Osborn, pendiri The Creative Education Foundation CEF dan diperkenalkan pada tahun 1952. Model pembelajaran CPS merupakan suatu model pembelajaran yang
melakukan pemusatan pada pengajaran dan keterampilan pemecahan masalah, yang diikuti dengan penguatan keterampilan Asikin, 2008:38. Pembelajaran CPS
memberikan kesempatan luas kepada peserta didik untuk berlatih dan belajar mandiri
dan melibatkan partisipasi peserta didik secara optimal dalam proses pembelajaran Suryosubroto, 2009:188.
Terdapat tiga prosedur dalam pembelajaran CPS menurut Osborn yaitu: 1 mencari fakta fact finding, 2 mencari gagasan idea finding, dan 3 mencari
penyelesaian solution finding Pepkin, 2000:62. Mencari fakta fact finding, yaitu memahami masalah, termasuk mengumpulkan dan menganalisis data yang
menyangkut masalah tesebut. Mencari gagasan idea finding yaitu mengumpulkan dan mengembangkan gagasan untuk menyelesaikan masalah. Mencari solusi
solution finding adalah proses mengevaluasi yang berujung pada menemukan solusi akhir untuk masalah yang disajikan.
Melalui pembelajaran CPS, peserta didik tidak hanya menghafal tetapi juga mengembangkan kemampuan berpikir kreatif-kritisnya. Dalam pembelajaran CPS
pendidikguru berperan aktif sebagai fasilitator bertugas membantu memudahkan peserta didik belajar selain itu juga sebagai narasumber yang harus mampu
mengundang pemikiran dan daya kreasi perserta didiknya Suryosubroto, 2009:197. Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pembelajaran CPS adalah sebagai
berikut. 1
Klarifikasi masalah, meliputi pemberian penjelasan kepada peserta didik tentang masalah yang diajukan agar peserta didik dapat memahami
penyelesaian seperti apa yang diharapkan.
2 Pengungkapan pendapat brainstorming, pada tahap ini peserta didik
dibebaskan untuk mengungkapkan pendapat tentang berbagai macam strategi penyelesaian masalah, tidak ada sanggahan dalam mengungkapkan ide atau
gagasan satu sama lain. 3
Evaluasi dan pemilihan, pada tahap ini, setiap kelompok mendiskusikan pendapat-pendapat atau strategi-strategi mana yang cocok untuk menyelesaikan
masalah. 4
Implementasi, pada tahap ini peserta didik menentukan strategi mana yang dapat diambil untuk menyelesaikan masalah kemudian menerapkannya sampai
menemukan penyelesaian dari masalah tersebut Pepkin, 2000:64. Secara operasional langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan dalam
pembelajaran CPS adalah sebagai berikut. 1
Pembentukan kelompok beranggotakan 4-5 peserta didik dalam setiap kelompok.
2 Penjelasan prosedur pembelajaran petunjuk kegiatan.
3 Pendidik memberikan situasi problematik dan menjelaskan prosedur solusi
kreatif kepada peserta didik memberikan pertanyaan, pertanyaan problematis dan tugas.
4 Pemecahan masalah melalui pengumpulan data dan verifikasi mengenai suatu
peristiwa yang dilihat dan dialami dilakukan dengan mengumpulkan data di lapangan.
5 Eksperimentasi alternatif pemecahan masalah dengan diperkenankan pada
elemen baru ke dalam situasi yang berbeda diskusi dalam kelompok kecil. 6
Memformulasikan penjelasan dan menganalisis proses solusi kreatif dilakukan dengan diskusi kelas yang didampingi oleh pendidik Suryosubroto, 2009:200.
Beberapa indikator keberhasilan pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran CPS menurut Pepkin adalah sebagai berikut.
1 Peserta didik mampu menyatakan urutan langkah-langkah pemecahan masalah.
Maksudnya adalah peserta didik dapat membuat langkah-langkah proses pemecahan masalah dengan memperkirakan keadaan konteks soal.
2 Peserta didik mampu menemukan kemungkinan-kemungkinan strategi
pemecahan masalah. Maksudnya adalah peserta didik dapat menentukan langkah-langkah pengerjaan melalui beberapa strategi pemecahan masalah.
3 Peserta didik mampu mengevaluasi dan menyeleksi kemungkinan-
kemungkinan tersebut serta kaitannya dengan kriteria-kriteria yang ada. Artinya, setelah membuat beberapa kemungkinan-kemungkinan solusi maka
peserta didik dapat menyeleksi strategi-strategi yang dianggap mudah dan efektif.
4 Peserta didik mampu memilih suatu pilihan solusi yang optimal. Artinya peserta
didik dapat memilih dari kemungkinan pengerjaan solusi yang paling mudah dan efektif dalam pemecahan masalah.
5 Peserta didik mampu mengembangkan suatu rencana dalam
mengimplementasikan strategi pemecahan masalah. Dari strategi yang didapatkan peserta didik mampu mengembangkannya menjadi suatu jawaban.
6 Peserta didik mampu mengartikulasikan bagaimana CPS dapat digunakan
dalam berbagai bidang dan situasi. Sebagai suatu model pembelajaran, CPS memiliki beberapa kelebihan dan
kekurangan. Kelebihan model pembelajaran CPS sebagaimana disebutkan oleh Sanjaya diantaranya adalah:
pemecahan masalah; merupakan teknik yang cukup bagus untuk memahami isi pelajaran; dapat menantang kemampuan peserta didik serta
memberikan kepuasan untuk menemukan; dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran peserta didik; dapat membantu peserta didik bagaimana
mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata; dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan
pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan, disamping juga mendorong untuk melakukan evaluasi
sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya; bisa memperlihatkan kepada peserta didik bahwa setiap mata pelajaran termasuk matematika
pada dasarnya merupakan cara berpikir dan sesuatu yang harus dimengerti oleh peserta didik; bukan sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja;
dianggap lebih menyenangkan dan disukai peserta didik; bisa mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis dan
mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru; dapat memberikan kesempatan pada pada peserta didik
untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata; dan dapat mengembangkan terus minat untuk secara terus menerus belajar
sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir Asikin, 2008:40.
Sedangkan kekurangan model pembelajaran CPS diantaranya yaitu: 1 beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan model pembelajaran ini,
karena tidak semua materi pelajaran mengandung masalah, 2 memerlukan alokasi
waktu yang lebih panjang dibandingkan dengan model pembelajaran yang lain, dan 3 memerlukan perencanaan pembelajaran yang teratur dan matang.
2.1.5 Hands On Activity