ektopik dan infertilitas Knodel, 2001. Kondisi klinis infeksi klamidia dapat dilihat pada tabel II.
Tabel II. Kondisi klinis infeksi klamidia
Knodel, 2001 Pria Wanita
Umum Masa inkubasi sampai 35
hari Onset gejala 7-21 hari
Masa inkubasi 7-35 hari Onset gejala 7-21 hari
Tempat infeksi Sebagian besar di uretra,
kadang di rektum akibat intercourse anal, orofaring,
dan mata Sebagian besar di kanal
endoservik, kadang di uretra, rektum biasanya
kontaminasi perianal, orofaring, dan mata
Gejala
Sebanyak 50 infeksi di uretra dan rektum
asimptomatik. Pada infeksi uretra terjadi
disuria. Pada infeksi faringeal,
asimptomatik sampai sedikit faringitis
Sebanyak 66 di kanal endoserviks bersifat
asimptomatik. Pada infeksi uretra terjadi
disuria Pada infeksi faringeal dan
rektum, gejala mirip dengan pria.
Tanda Jarang terjadi, pengeluaran
cairan seperti mukus hingga pengeluaran nanah
purulent pada rektum atau uretra
Pengeluaran cairan vagina yang abnormal atau
pendarahan pada uterus; gatal pada uretra atau
rektum.
Komplikasi Epididimitis, Reiter’s
syndrom jarang terjadi. Inflamasi pada pelvis dan
komplikasi kehamilan ektopik, infertilitas;
Reiter’s syndrom jarang terjadi.
c. Infeksi sifilis
Sifilis biasa didapat dari hubungan seksual yang kontak langsung dengan membran mukosa yang terinfeksi atau lesi pada kutan Knodel, 2001. Sifilis
dapat disebabkan tanpa melalui hubungan seksual misalnya, jarum suntik atau transfusi darah yang mengandung spiroketa Koneman dkk, 1997.
Treponema pallidum, golongan spiroketa yang merupakan bakteri gram- negatif berbentuk spiral, panjang, tipis, bergulung secara heliks Jawetz, 2001
merupakan organisme penyebab infeksi sifilis Knodel, 2001. Risiko terinfeksi sifilis dari berhubungan seksual sekitar 50-60 Knodel, 2001, prostitusi dan
penyalahgunaan kokain merupakan faktor risiko utama penyebab infeksi sifilis Koneman dkk, 1997.
Tabel III. Kondisi klinis infeksi sifilis Knodel, 2001 Kondisi
klinis Secara umun
Sifilis primer Masa inkubasi 10-90 hari ± 3 minggu
Sifilis sekunder Berkembang 2-4 minggu setelah infeksi pertama yang tidak
diterapi atau terapi tidak memadai Sifilis laten
Berkembang 4-10 minggu setelah sifilis sekunder yang tidak diterapi atau terapi tidak memadai
Sifilis tersier Berkembang sekitar 30 pada pasien yang tidak diterapi atau
terapi tidak memadai selama 10-30 tahun setelah infeksi pertama
Tempat infeksi
Sifilis primer Genitalia luar, sekitar perianal, mulut, dan tenggorokan
Sifilis sekunder Kemungkinan menyebar hingga dalam darah dan limfa
Sifilis laten Potensial ke sistemik dorman
Sifilis tersier Sistem Saraf Pusat SSP, hati, mata, tulang, otot
Gejala dan tanda
Sifilis primer Nyeri, terbentuk lesi kankroid, ulcer, kadang hilang, sakit di
sekitar limfa limfadenopati; gejala muncul bersamaan, sangat nyeri, lesi bernanah kadang tidak terjadi
Sifilis sekunder Gatal atau ruam tidak gatal, lesi pada mukosa-kutan, gejala,
limpadenopati Sifilis laten
Asimptomatik Sifilis
tersier Sifilis kardiovaskuler aortitis, neurosifilis meningitis,
demensia, lesi lunak gumma pada setiap organ atau jaringan
Setelah berhubungan seksual, T. pallidum akan berpenetrasi masuk
membran mukosa atau merusak lapisan epitelium, dan spiroketemia terjadi Knodel, 2001. Masa inkubasi antara 3-90 hari, kira-kira 3 minggu Koneman
dkk, 1997. Seseorang yang terinfeksi tetap dapat menularkan penyakitnya selama 3-5 tahun pada sifilis primer dini. Sifilis laten lanjut, yang lamanya lebih dari 5
tahun, biasanya tidak menular Jawetz, 2001. Kondisi klinis sifilis bermacam- macam tergantung tingkat lamanya infeksi. Tingkatan infeksi sifilis adalah sifilis
primer, sifilis sekunder, sifilis laten, sifilis tersier dan neurosifilis, sifilis kongenital Knodel, 2001. Oleh Koneman dkk 1997, sifilis tersier, neurosifilis,
dan sifilis kongenital diistilahkan sebagai late siphilis. Kondisi klinis infeksi sifilis diperlihatkan pada tabel III.
d. Infeksi herpes
Knodel 2001 memaparkan herpes genitalis disebabkan oleh Herpes simplex virus 2 HSV-2. Herpes berasal dari kata Yunani yang berarti bergerak
pelan Knodel, 2001 karena virus herpes mampu dalam menyebabkan infeksi yang bertahan seumur hidup dalam inangnya dan mengalami pengaktifan kembali
secara berkala Jawetz, 2001. Tahapan infeksi herpes terdri dari 5 fase: infeksi primer, infeksi pada ganglia, infeksi laten, reaktifasi, dan infeksi kambuhan
Knodel, 2001. Manusia diketahui sebagai hospes HSV. Menurut Jawetz 2001, untuk
dapat menimbulkan infeksi, virus harus menembus permukaan mukosa atau kulit yang terluka kulit yang tidak terluka tetapi bersifat resisten. Oleh Knodel 2001
dipaparkan juga bahwa infeksi herpes ditularkan melalui sekret terinfeksi HSV yang menembus permukaan mukosa contoh: uretra, orofaring, serviks, dan
konjungtiva atau kulit yang luka Jawetz, 2001. Herpes simpleks virus 2 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI