Pengetahuan tentang IMS Profil Pengetahuan PSK Tentang IMS dan Antibiotika
33,33 25,49
23,53
5,88 5,88
5,88 5
10 15
20 25
30 35
SD SMP
SMA
tingkat pendidikan P
ro se
n tase
Tahu Tidak tahu
Gambar 3. Pengetahuan IMS berdasarkan profil tingkat pendidikan PSK di
Pasar Kembang tentang IMS tahun 2006
Meskipun sebanyak 84,3 memiliki pengetahuan IMS seperti yang ditunjukkan pada tabel X namun tidak semua mengetahui apakah dirinya pernah
mengalami IMS atau belum baik dilihat dari gejala IMS maupun nama infeksinya. Dari hasil kuisioner pada tabel XI, sebanyak 25,5 mengetahui bahwa dirinya
pernah mengalami IMS dan sebanyak 74,5 tidak merasa pernah mengalami IMS. Diduga sebanyak 74,5 menyatakan tidak merasa pernah mengalami IMS
karena gejala IMS kadang bersifat asimptomatik atau menganggap gejala IMS bukan sebagai penyakit namun sebatas gangguan yang terjadi secara normal.
Tabel XI. Pernah tidaknya PSK di Pasar Kembang mengalami IMS tahun 2006 Pernah mengalami IMS
Jumlah Prosentase
Pernah 13 orang
24,5 Tidak pernah
38 orang 74,5
Dari hasil wawancara, PSK yang mengetahui dirinya terkena IMS lebih banyak yaitu 7 responden dari 10 responden. Para PSK mengetahui pernah
mengalami IMS dari gejala IMS yang dialami dan mengetahui IMS dari jenis- jenisnya. Responden 7 menyatakan mengetahui IMS dari gejalanya seperti
keputihan bau, terasa panas saat berkemih, dan sakit saat berhubungan seksual. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Responden 5 pernah mengalami IMS namun lupa nama infeksinya. Dari hasil wawancara, terdapat responden yang tidak merasa pernah mengalami IMS namun
sebenarnya pernah mengalami gejala IMS. Responden 1 menyatakan belum pernah mengalami IMS namun dia pernah mengalami gejala IMS seperti terasa
perih saat berkemih. Jika dilihat dari pekerjaan sebagai PSK sangat mungkin PSK mengalami
IMS. Ketidaktahuan pernah tidaknya PSK mengalami IMS dapat menjadi faktor risiko IMS sulit untuk dikendalikan. Sebaiknya PSK diberi informasi lengkap
tentang IMS termasuk cara pencegahan IMS seperti menggunakan kondom setiap berhubungan seksual. Selain itu, setiap PSK diperiksa secara rutin agar saat
didiagnosis IMS segera mendapat terapi pengobatan yang tepat. Jika ditinjau dari profil umur pada gambar 4, para PSK dengan umur 21-
30 tahun paling banyak mengatakan tidak pernah mengalami IMS. Diduga PSK dengan umur 21-30 tahun tidak pernah mengalami IMS karena mereka belum
lama bekerja sebagai PSK, mempunyai informasi yang cukup tentang IMS termasuk cara pencegahan IMS, dan taat menggunakan kondom saat berhubungan
seksual. Para PSK dengan lama kerja 1 tahun dan PSK dengan tingkat pendidikan
SMA menyatakan tidak pernah mengalami IMS. Para PSK dengan tingkat pendidikan SMA banyak bekerja selama 1 tahun dan kemungkinan masih sangat
taat menggunakan kondom saat berhubungan seksual sehingga mereka jarang mengalami gejala IMS. Para PSK dengan lama kerja 5 tahun juga banyak yang
menyatakan tidak pernah mengalami IMS. Diduga PSK dengan lama kerja 5 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tahun pernah mengalami IMS namun hanya dirasakan sebagai gangguan biasa dan tidak diperiksakan ke dokter sehingga tidak mengetahui apakah dirinya terkena
IMS. Profil lama kerja dan tingkat pendidikan ditunjukkan pada gambar 5 dan gambar 6.
11,76 21,57
7,84 1,96
11,76 11,76
33,3
5 10
15 20
25 30
35
15-20 21-30
31-40 41-50
umur tahun P
ro se
n tase
pernah Tidak pernah
Gambar 4. Pernah tidaknya PSK di Pasar Kembang mengalami IMS ditinjau dari
umur pada tahun 2006
21,57
13,73 7,84
21,57
7,83 1,96
1,96 11,7611,76
5 10
15 20
25
1 2
3 4
5
lama kerja tahun P
ro s
e n
ta s
e
pernah Tidak pernah
Gambar 5. Pernah tidaknya PSK di Pasar Kembang mengalami IMS ditinjau dari
lama kerja pada tahun 2006
5,88 1,96
21,57 25,49
27,45
17,65
5 10
15 20
25 30
SD SMP
SMA
tingkat pendidikan P
ro sen
tase
pernah Tidak pernah
Gambar 6. Pernah tidaknya PSK di Pasar Kembang mengalami IMS ditinjau dari
tingkat pendidikan pada tahun 2006
2.
Pengetahuan tentang antibiotika
Para PSK dikatakan mengetahui antibiotika jika mengetahui jenis dan fungsi antibiotika. Antibiotika banyak digunakan oleh PSK di Pasar Kembang
dengan tujuan untuk mencegah dan mengobati penyakit. Bahkan penggunaan antibiotika terkadang hanya untuk berjaga-jaga dan digunakan untuk mengobati
penyakit selain infeksi. Dari hasil kuisioner, yang ditunjukkan pada tabel XII PSK yang
mengetahui antibiotika sebanyak 90,2 dan sebanyak 7,8 tidak mengetahui antibiotika. Sebanyak 90,2 mengetahui antibiotika dari teman PSK, relawan
klinik Griya Lentera GL, atau dari dokter. Banyaknya PSK yang mengetahui antibiotika juga terkait pengalaman pernah menggunakan antibiotika karena
sebagian besar PSK menggunakan antibiotika saat badan terasa sakit.
Tabel XII. Pengetahuan PSK di Pasar Kembang tentang antibiotika tahun 2006 Pengetahuan tentang
antibiotika Jumlah Prosentase
Tahu 47 orang
90,2 Tidak
4 orang 7,8
Pada hasil wawancara, sebagian besar responden mengetahui antibiotika dari nama antibiotika yang sering digunakan. Responden 1 menyatakan
mengetahui antibiotika untuk mencegah penyakit dan antibiotika yang diketahui sebatas yang digunakan respoden 1 yaitu amoksisilin atau ampisilin. Kebanyakan
PSK menggunakan antibotika karena keinginan sendiri saat merasa badan tidak nyaman, dianjurkan oleh teman dengan alasan agar tidak terserang penyakit. Dari
hasil wawancara terdapat PSK yang tidak mengetahui antibiotika namun sebenarnya menggunakan antibiotika seperti responden 5. Responden 5
menyatakan tidak mengetahui tentang antibiotika namun menggunakan antibiotika rifampisin merk dagang Remactan atas keinginan diri sendiri. Jadi respoden 5
tidak mengetahui bahwa Remactan adalah antibiotika namun hanya mengetahui merk dagang antibiotika.
Pengetahuan antibiotika yang salah atau kurang dapat menyebabkan penggunaan menjadi tidak rasional. Seperti yang dilakukan para PSK dengan
menggunakan antibiotika hanya saat terasa gejala infeksi muncul dapat diakibatkan pengetahuan PSK tentang antibiotika kurang. Sebaiknya pemberian
informasi mengenai antibiotika harus lengkap dan rutin sehingga pengetahuan tentang antibiotika pada PSK meningkat. Dengan meningkatnya pengetahuan
tentang antibiotika diharapkan penggunaan antibiotika menjadi rasional. Dari profil umur yang ditunjukkan pada gambar 7, PSK dengan kisaran
umur 21-30 tahun paling banyak mengetahui antibiotika dengan prosentase 43,14. Prosentase ini sejalan dengan prosentase PSK dengan kisaran umur 21-
30 tahun yang mempunyai prosentase pengetahuan tentang IMS paling tinggi PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
yaitu 39,22 seperti ditunjukkan pada gambar 1. Pekerja seks komersial yang berumur 21-30 tahun masih produktif bekerja sehingga dengan banyak
mengetahui IMS dan antibiotika mereka dapat mengerti cara pencegahan IMS atau penanganan IMS, Dengan demikian, PSK tidak terganggu pekerjaannya.
11,76 43,14
27,45
9,8 5,88
1,96 5
10 15
20 25
30 35
40 45
50
15-20 21-30
31-40 41-50
umur tahun P
ro s
en ta
se
Tahu Tidak tahu
Gambar 7. Pengetahuan tentang antibiotika berdasarkan profil umur PSK di
Pasar Kembang tahun 2006
Dari profil lama kerja ditunjukkan pada gambar 8, PSK dengan lama kerja tiga dan lima tahun mempunyai prosentase pengetahuan antibiotika yang
cukup tinggi dapat dikarenakan pengalaman IMS. Dari gambar 8 sebagian besar PSK memiliki pengetahuan tentang antibiotika. Para PSK mendapat informasi
tentang antibiotika dari teman sesama PSK, penyuluhan, relawan GL, atau apotek. Dari profil tingkat pendidikan ditunjukkan pada gambar 9, PSK dengan
tingkat pendidikan SD, SMP, dan SMA sudah mempunyai pengetahuan antibiotika yang cukup tinggi. Pengetahuan antibiotika yag cukup tinggi ini dapat
dikarenakan PSK mendapat informasi dari relawan GL, dokter, atau penyuluhan. Dengan tingginya pengetahuan antibiotika, diharapkan PSK dapat menggunakan
antibiotika dengan tepat atau sesuai dengan penyakitnya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17,65 13,73
9,8 25,49
23,53
3,92 5,88
5 10
15 20
25 30
1 2
3 4
5
lama kerja tahun P
ro s
en ta
se
Tahu Tidak tahu
Gambar 8. Pengetahuan tentang antibiotika berdasarkan profil lama kerja PSK di Pasar Kembang tahun 2006
31,37 25,49
5,88 3,92
33,33
5 10
15 20
25 30
35
SD SMP
SMA
pendidikan P
ro s
en ta
se
Tahu Tidak tahu
Gambar 9. Pengetahuan tentang antibiotika berdasarkan profil tingkat pendidikan PSK di Pasar Kembang tahun 2006
3.
Pengetahuan tentang aturan pakai antibiotika
Antibiotika dapat memberikan efek yang diharapkan jika digunakan sesuai aturan pakai. Pengetahuan atau pemahaman aturan pakai yang benar adalah
mengetahui bagaimana aturan pakai yang benar termasuk sesuai dengan frekuensi dan durasi pemakaian antibiotika. Jika frekuensi pemakaian antibiotika terlalu
sering maka kadar dalam darah akan meningkat melebihi Konsentrasi Bakterisidal Minimal KBMMBC dan dapat menjadi toksik bagi tubuh. Sebaliknya jika
frekuensi pemberian terlalu jarang akan membuat antibiotika yang bersifat time- depending menjadi tidak efektif. Antibiotika yang bersifat time-depending dapat
berefek tergantung lamanya dalam darah sehingga jika kadar antibiotika dalam darah tidak dipertahankan dalam waktu tertentu, antibiotika tidak mampu
mengeradikasi agen penginfeksi. Durasi penggunaan antibiotika terlalu lama dalam tubuh akan terpejani antibiotika secara terus-menerus dapat menyebabkan
flora normal dalam tubuh akan ikut tereradikasi. Durasi pemakaian yang terlalu pendek tidak sesuai dengan durasi yang seharusnya akan menyebabkan bakteri
penginfeksi tidak tereradikasi semua membuat pengobatan menjadi tidak efektif. Dari hasil kuisioner yang ditunjukkan pada tabel XIII sebanyak 58,8
memahami aturan pakai antibiotiks yang benar dan sebanyak 41,2 tidak memahami aturan pakai antibiotika dengan benar. Prosentase PSK yang
memahami aturan pakai antibiotika tidak sebanyak prosentase PSK yang memiliki pengetahuan tentang antibiotika. Dapat dimungkinkan bahwa PSK menggunakan
antibiotika tanpa mengetahuimemahami aturan pakai yang benar sehingga antibiotika yang digunakan tidak sesuai dengan aturan pakai. Dari tabel XII juga
diperlihatkan bahwa sebanyak 41,2 tidak memahami aturan pakai antibiotika dengan benar dapat disebabkan oleh kurangnya informasi mengenai aturan pakai
antibiotika. Kurangnya informasi aturan pakai dapat disebabkan tidak semua PSK membeli antibiotika di apotek atau di klinik tanpa resep dokter. Untuk mengatasi
kurangnya pemahaman tentang aturan pakai antibiotika sebaiknya PSK diminta untuk membeli antibiotika di apotek dan atau di klinik dokter. Peran farmasis
dibutuhkan untuk memberi informasi aturan pakai yang benar seperti saat PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
antibiotika diserahkan diberikan informasi frekuensi dan durasi pemakaian antibiotika.
Tabel XIII. Pengetahuan PSK di Pasar Kembang tentang aturan pakai antibiotika tahun 2006
Pengetahuan tentang aturan pakai
Jumlah Prosentase
Paham 30 orang
58,8 Tidak paham
21 orang 41,2
Kurangnya pemahaman aturan pakai antibiotika yang benar didukung pula dari hasil wawancara dengan PSK. Sebanyak empat responden menggunakan
antibiotika tanpa mengetahui aturan pakai yang benar. Responden 10 menyatakan tidak mengetahui adanya aturan pakai antibiotka dan digunakan sesuai kehendak
sendiri. Akan tetapi, terdapat PSK yang mengetahui aturan pakai antibiotika yang benar seperti pada responden 3. responden 3 menyatakan mengetahui aturan pakai
antibiotika ampisilin merk dagang Binotal dari apotek dan digunakan sesuai aturan pakai yang diberikan.
Prosentase PSK yang memiliki pengetahuan aturan pakai antibiotika yang paling tinggi ditunjukkan pada gambar 10, 11, dan 12. PSK dengan kisaran
umur 21-30 tahun 29,41 lama kerja lima tahun 17,65; tingkat pendidikan SD 25,49. Pada umur 21-30 tahun saat diberikan informasi mengenai aturan
pakai akan mudah menerima informasi tersebut. Jika dilihat dari profil umur gambar 7, lama kerja gambar 8, dan tingkat pendidikan gambar 9, prosentase
PSK yang mengetahui aturan pakai antibiotika paling tinggi pada umur 21-30 tahun, lama kerja 5 tahun, dan tingkat pendidikan SD. Begitu pula pada profil
pengetahuan aturan pakai yang pada umur 21-30 tahun, lama kerja 5 tahun, dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
tingkat pendidikan SD mempunyai prosentase pengetahuan aturan pakai antibiotika paling tinggi. Dapat dikatakan, dengan meningkatnya pengetahuan
PSK tentang antibiotika maka akan meningkat pula pengetahuan PSK tentang aturan pakai antibiotika.
Prosentase PSK yang mengetahui antibiotika dilihat dari profil umur, lama kerja, dan tingkat pendidikan sesuai dengan prosentase PSK yang mengetahui
antibiotika. Dengan demikian, PSK yang mengetahui antibiotika juga mengetahui aturan pakai antibiotika yang benar.
29,41 19,61
5,88 3,92
5,88 13,73
15,69 5,88
5 10
15 20
25 30
35
15-20 21-30
31-40 41-50
umur tahun P
ro sen
tase
Tahu Tidak tahu
Gambar 10. Pengetahuan tentang aturan pakai antibiotika berdasarkan
profil umur PSK di Pasar Kembang tahun 2006
13,73 7,83
17,65
1,96 13,73
7,83 1,76
9,8 5,88
9,8
2 4
6 8
10 12
14 16
18 20
1 2
3 4
5
lama kerja tahun P
ro s
e n
ta s
e
Tahu Tidak tahu
Gambar 11. Pengetahuan tentang aturan pakai antibiotika berdasarkan
profil lama kerja PSK di Pasar Kembang tahun 2006
25,49
7,65 15,69
15,69 11,76
13,73
5 10
15 20
25 30
SD SMP
SMA
pendidikan p
ro sen
ta se
Tahu Tidak tahu
Gambar 12. Pengetahuan tentang aturan pakai antibiotika berdasarkan profil tingkat pendidikan PSK di Pasar Kembang tahun 2006
Pengetahuan yang benar baik mengenai antibiotika maupun aturan pakai antibiotika dapat meningkatkan kepatuhan terhadap aturan pakai. Kepatuhan
terhadap aturan pakai didefinisikan penggunaan antibiotika sesuai dengan frekuensi dan durasi yang benar. Ketidakpatuhan terhadap aturan pakai yang
dilakukan oleh PSK antara lain: menggunakan antibiotika terus menerus durasi terlalu lama, dihentikan sebelum waktunya, frekuensi penggunaan terlalu sering
atau terlalu jarang.