Efek samping antibiotika Profil Pengetahuan PSK Tentang IMS dan Antibiotika

5. Resistensi antibiotika

Penggunaan antibiotika yang tidak sesuai dengan aturan pakai seperti tidak dihabiskan pada jangka waktu tertentu dapat menyebabkan bakteri menjadi resisten. Para PSK dikatakan mengetahui resistensi antibiotika jika PSK mengetahui antibiotika yang digunakan tidak dapat menghasilkan efek yang diinginkan akibat penggunaan antibiotika yang tidak tepat. Dari hasil kuisioner yang ditunjukkan pada tabel XV sebanyak 56,9 mengetahui resistensi dan sebesar 43,1 tidak mengetahui resistensi. Dari tabel 15, PSK yang tidak mengetahui resistensi masih cukup banyak. Jika pengetahuan resistensi kurang dapat menyebabkan penggunaan antibiotika tidak sesuai dengan aturan pakai. Tabel XV. Pengetahuan PSK di Pasar Kembang tentang resistensi tahun 2006 Pengetahuan tentang resistensi Jumlah Prosentase Tahu 29 orang 56,9 Tidak 22 orang 43,1 Dari hasil wawancara, sebagian besar PSK tidak mengetahui resistensi antibiotika. Kurangnya pengetahuan resistensi ini membuat PSK dalam menggunakan antibiotika tidak sesuai aturan pakai seperti pada responden 10. Responden 10 tidak mengetahui bahwa bakteri menjadi resisten terhadap antibiotika dan tidak pernah memperhatikan aturan pakai sehingga dalam menggunakan antibiotika tidak sesuai dengan aturan pakai penggunaan antibiotika dihentikan sebelum waktunya karena merasa sudah sembuh atau gejala hilang. Akan tetapi, terdapat PSK yang mengetahui resistensi dan tetap menggunakan antibiotika sesuai keinginan sendiri seperti pada responden 2. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Responden 2 mengetahui resistensi namun tetap menggunakan antibiotika tidak sesuai dengan aturan pakai dengan alasan sudah terbiasa menggunakan antibiotika tanpa mematuhi aturan pakai. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran PSK untuk menggunakan antibiotika dengan benar dapat menyebabkan penggunaan antibiotika menjadi tidak rasional. Agar pengetahuan dan kesadaran PSK untuk menggunakan antibiotika meningkat, sebaiknya PSK diberi informasi baik jenis antibiotika, aturan pakai, dan resistensi antibiotika dengan lengkap dan jika merasa muncul gejala IMS dianjurkan segera memeriksakan diri ke dokter. Prosentase pengetahuan resistensi paling tinggi terjadi pada PSK dengan profil umur 21-30 tahun 27,45; lama kerja 5 tahun 23,53; dan tingkat pendidikan SD 21,57. Selama bekerja lima tahun sering mendapat informasi tentang resistensi baik dari relawan GL dokter, atau penyuluhan sehingga pengetahuan resistensi tinggi meskipun PSK hanya dengan tingkat pendidikan SD. 27,45 23,53 7,83 9,8 5,88 3,92 3,92 17,65 5 10 15 20 25 30 15-20 21-30 31-40 41-50 kisaran umur p ro s en tas e Tahu Tidak tahu Gambar 16. Pengetahuan PSK di Pasar Kembang tentang resistensi berdasarkan profil umur pada tahun 2006 13,73 23,53 7,84 1,96 11,76 11,76 5,88 7,83 5,88 9,8 5 10 15 20 25 1 2 3 4 5 lama kerja tahun P ro s en ta se Tahu Tidak tahu Gambar 17. Pengetahuan PSK di Pasar Kembang tentang resistensi berdasarkan profil lama kerja pada tahun 2006 21,57 17,65 19,6 9,8 13,73 17,65 5 10 15 20 25 SD SMP SMA tingkat pendidikan p ro s en tase Tahu Tidak tahu Gambar 18. Pengetahuan PSK di Pasar Kembang tentang resistensi berdasarkan profil tingkat pendidikan pada tahun 2006

B. Pola Pemilihan dan Penggunaan Antibiotika

1. Pola pemilihan dan penggunaan antibiotika PSK di Pasar Kembang

Yogyakarta tahun 2006 Berdasarkan data di klinik GL yang ditunjukkan pada gambar 19, pada tahun 2006 prevalensi kasus IMS yang paling banyak adalah infeksi GO yaitu sebesar 43 dari 51 responden. Dari hasil wawancara dengan dokter yang praktek di klinik GL, kasus IMS yang sering terjadi adalah infeksi GO dan infeksi GO komplikasi infeksi klamidia. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Prosentase 47 43 10 Gonore Sindrom Ulkus Genitalis Sindrom duh Tubuh Sifilis Gambar 19. Prevalensi kasus IMS di Pasar Kembang Yogyakarta tahun 2006 Pada tabel XVI menunjukkan terapi untuk IMS GO maupun GO dengan komplikasi klamidia adalah antibiotika siprofloksasin 500 mg dosis tunggal diteruskan dengan doksisiklin 100 mg, 4x1, selama 7 hari. Menurut dokter di klinik GL, jika pasien mengalami IMS GO maka terapi yang diberikan tidak hanya untuk GO namun juga untuk klamidia. Hal ini dikarenakan saat pasien terinfeksi GO akan sangat mudah terinfeksi klamidia juga. Tabel XVI. Terapi untuk IMS di klinik Griya Lentera pada PSK di Pasar Kembang tahun 2006 Jenis IMS Terapi IMS GO Antibiotika siprofloksasin 500 mg, p.o, dosis tunggal Klamidia Antibiotika doksisiklin 100 mg, p.o, 2x1, selama 7 hari GO komplikasi Klamidia Antibiotika siprofloksasin 500 mg, p.o, dosis tunggal diteruskan dengan antibiotika doksisiklin 100 mg, p.o, 2x1, selama 7 hari Terapi IMS untuk IMS GO dan klamidia yang digunakan di klinik GL sudah sesuai dengan standar yang digunakan dalam pustaka acuan yang ditunjukkan pada tabel V. Aplikasi pengobatan sudah sesuai dengan teori yang merekomendasikan siprofloksasin 500 mg dosis tunggal untuk GO dan doksisiklin 100 mg, 2x1, selama 7 hari. Oleh karena itu, sudah rasional jika IMS GO PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dokumen yang terkait

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Wanita Pekerja Seks Komersial Dengan Tindakan Pencegahan Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) Di Bandar Baru Kecamatan Sibolangit Tahun 2012

4 47 154

Pengaruh Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Dan Karakteristik Individu Terhadap Keberhasilan Rehabilitasi Sosial Bidang Kesehatan Bagi Pekerja Seks Komersial di Panti Parawasa Kabanjahe tahun 2004

0 29 87

Pengetahuan Dan Sikap Pekerja Seks Komersial (PSK) Tentanginfeksi Menular Seksual (IMS) Di Desa Naga Kesiangan Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010

4 49 92

Gambaran Infeksi Menular Seksual di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2009.

11 90 71

Gambaran Konsep Diri Pekerja Seks Komersial di Kota Medan.

9 78 138

Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Anak Menjadi Pekerja Seks Komersial di Kota Medan

1 56 104

Presentasi Diri Seorang Pekerja Seks Komersial (Studi Dramaturgi Mengenai Presentasi Diri Seorang Pekerja Seks Komersial di Saritem Bandung)

16 55 103

Prilaku Komunikasi Pekerja Seks Komersial (Studi Deksriptif Mengenai Perilaku Komunikasi Pekerja Seks Komersial di Cafe Dengan pelanggannya di Kota Bandung)

1 6 1

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi Menular Seksual 2.1.1 Definisi dan Epidemiologi Infeksi Menular Seksual - Studi Kualitatif Pencegahan Penyakit Infeksi Menular pada Komunitas Waria di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2013

0 1 26

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi Menular Seksual 2.1.1 Definisi dan Epidemiologi Infeksi Menular Seksual - Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Infeksi Menular Seksual Di SMA Negeri 7 Medan

0 0 15