C. Perbandingan Pola Pemilihan dan Penggunaan Antibiotika pada
Tahun 2002, Tahun 2005, dan Tahun 2006
Prosentase antibiotika yang digunakan oleh PSK di Pasar Kembang pada tahun 2002 dan tahun 2005 diperoleh dari data kuisioner pada penelitian Sutama
2005 dan Putranto 2002. Sedangkan pada tahun 2006, prosentase antibiotika yang digunakan PSK diperoleh dari hasil wawancara dengan PSK. Profil
antibiotika baik pada tahun 2002, tahun 2005, dan tahun 2006 tidak berbeda. Antibiotika yang digunakan PSK antara lain ampisilin, amoksisilin, dan tetrasiklin
seperti ditunjukkan pada tabel 18.
Tabel XX. Perbandingan antibiotika yang digunakan PSK pada tahun 2002, tahun 2005, dan tahun 2006 di Pasar Kembang Yogyakarta
Tahun 2002 Tahun 2005
Tahun 2006
Ampisilin 63
Ampisilin 46,0 Ampisilin 40,0
Amoksisilin 23
Amoksisilin31,8 Amoksisilin30,0 Penggunaan
antibiotika
Tetrasiklin 14
Tetrasiklin 22,2 Tetrasiklin 30,0
Profil antibiotika pada tahun 2002, tahun 2005, dan tahun 2006 tidak ada perbedaan. Hal ini disebabkan karena sebagian besar PSK yang berada di
lingkungan Pasar Kembang hanya menggunakan obat tersebut secara terus- menerus. Jadi dari tahun 2002 sampai 2006 tidak ada perubahan profil antibiotika
yang digunakan PSK. Selain itu, para PSK merasa sudah percaya khasiat antibiotika yang biasa digunakan misal amoksisilin sehingga PSK jarang
melakukan ganti obat. Penggunaan antibiotika seperti amoksisilin dan ampisilin secara terus-menerus perlu dihindari agar resistensi terhadap antibiotika tersebut
tidak tinggi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Dilihat dari prosentasenya, terjadi peningkatan penggunaan antibiotika tetrasiklin dan amoksisilin serta terjadi penurunan prosentase penggunaan
ampisilin. Hal ini dapat disebabkan pengetahuan PSK tentang IMS dan antibiotika sudah meningkat. Dengan peningkatan pengetahuan IMS dan antibiotika maka
PSK akan dapat menggunakan antibiotika dengan benar sesuai dengan jenis IMS yang dialami. Selain itu, dengan meningkatnya pengetahuan PSK tentang IMS
dan antibiotika akan meningkatkan kesadaran PSK untuk memeriksakan diri ke dokter saat merasa terkena IMS sehingga akan mendapatkan antibiotika yang
tepat. Jika melihat data dari dokter yang mengatakan bahwa tetrasiklin doksisiklin paling banyak digunakan untuk infeksi GO dan GO komplikasi
klamidia sangat dimungkinkan PSK akan mendapat tetrasiklin saat periksa ke dokter. Dengan demikian dapat menyebabkan prosentase penggunaan tetrasiklin
meningkat. Semakin menurunnya penggunaan antibiotika ampisilin dapat disebabkan
karena faktor kenyamanan dan ketaatan PSK terhadap aturan pakai serta dokter tidak pernah lagi meresepkan antibiotika ampisilin. Ampisilin digunakan dengan
interval waktu setiap 6 jam 4x1 yang dapat menyebabkan PSK malas untuk mematuhi aturan pakai tersebut. PSK akan memilih antibiotika tetrasiklin atau
amoksisiklin yang interval pemberian setiap 8 jam 3x1 yang dianggap lebih mudah dalam mengingat waktu meminum antibiotika tersebut. Dengan demikian,
penggunaan antibiotika tetrasiklin dan amoksisiklin meningkat. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
D. Evaluasi Kerasionalan Pemilihan dan Penggunaan Antibiotika
Drug Therapy Problems 1.
Unnecesarry Drug Therapy tidak butuh obat
Perilaku PSK dalam memilih dan menggunakan antibiotika saat tubuh tidak sakit, digunakan sebelum berhubungan seksual, dan digunakan setiap hari
dengan alasan mencegah penyakit adalah hal yang keliru. Penggunaan antibiotika saat tubuh tidak sakit merupakan hal yang salah. Saat tubuh tidak sakit, obat yang
dimasukkan dalam tubuh tidak akan digunakan dan sama saja memasukkan racun dalam tubuh. Terlebih jika antibiotika yang digunakan sulit diekskresi dan
mempunyai efek samping yang bermakna klinis. Obat khususnya antibiotika dapat berefek sebagai antibiotika saat tubuh
terinfeksi oleh bakterifungi. Contoh responden yang sebenarnya tidak membutuhkan terapi obat adalah responden 8. Hal ini disebabkan terapi yang
mereka gunakan tidak sesuai dengan kondisi klinis mereka. Penggunaan antibiotika setiap hari dalam durasi waktu yang lama menyebabkan antibiotika
menjadi tidak efektif karena tubuh akan terpejani antibiotika terus-menerus sehingga flora normal dalam tubuh kemungkinan akan tereradikasi oleh
antibiotika. Selain itu, penggunaan antibiotik setiap hari dilihat dari sisi ekonomi adalah pemborosan.
Rekomendasi yang diberikan adalah menggunakan kondom saat berhubungan seksual untuk mencegah IMS. Selain itu, PSK diberi penyuluhan
tentang IMS dan penggunaan antibiotika yang benar. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2. Dosage too low pengaturan dosis terlalu rendah
Penggunaan antibiotika yang tidak dihabiskan sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan dan digunakan dengan frekuensi tidak teratur lebih jarang
dari frekuensi yang seharusnya merupakan penyebab rendahnya kadar obat dalam darah. Dosis terlalu rendah dapat disebabkan penggunaan obat dengan durasi
waktu terlalu pendek, dosis lebih rendah daripada dosis terapi dan frekuensi pemakaian terlalu kurang. Penggunaan antibiotika yang tidak dihabiskan sesuai
dengan durasi yang ditentukan hanya merasa gejala sudah hilang menyebabkan tidak semua agen penginfeksi bakteri mati. Seperti pada responden 7 yang
menggunakan tidak dihabiskan karena merasa sudah sembuh. Hal ini menyebabkan durasi agar kadar yang diutuhkan dalam tubuh cukup untuk
membunuh agen penginfeksi terlalu cepat. Durasi yang terlalu cepat menyebabkan antibiotika tidak dapat memberikan efek yang diharapkan. Responden 6
menggunakan antibiotika ampisilin dengan merk dagang Binotal dosis 500 mgtablet dengan frekuensi pemakaian terlalu jarang. Binotal seharusnya
digunakan setiap enam jam dalam satu hari atau 4 kali dalam satu hari. Akan tetapi, responden 6 menggunakan Binotal dengan frekuensi 3x1; 2x1; bahkan
sekali minum dalam satu hari. Kondisi ini menyebabkan kadar obat dalam darah sempat mengalami penurunan yang membuat efek obat sebagai antibiotika tidak
dapat dipertahankan dan efek yang dihasilkan tidak seperti yang diharapkan. Rekomendasi yang diberikan agar PSK diberi informasi dosis dan aturan
pakai yang benar. Selain itu, PSK juga diberi informasi dari akibat yang PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI