bahwa kesalahan tidak selalu berasal dari yang muda. Pernyataan tersebut juga didukung dari perkataan
responden Y dalam wawancaranya : “Bahwa kesalahan itu terjadi hanya pada manusia,
tidak itu memilahkan dia itu bapak, ibu, simbah, anak, cucu tidak ... semuanya bisa melakukan
kesalahan, jadi kalau bapak itu salah minta maaf pada anak itu sudah hal yang wajar
”responden Y, B149-151.
Perkataan responden Y tersebut menunjukan bahwa Y sebagai seorang ayah sekaligus manusia tidak dapat jauh
dari kesalahan. Selain itu, responden Y berpendapat bahwa berkata minta maaf kepada anak itu sudah hal yang wajar.
Namun pada kenyataannya, kembali lagi bahwa sulit bagi responden Y untuk menyadari letak kesalahannya, yang
menyebabkan bahwa
cukup jarang
responden Y
mengatakan minta maaf kepada anaknya apabila dirinya
melakukan kesalahan. 1.3
Rasa malu atas perasaan bersalah
Di tengah sesi wawancara Y sempat mengeluarkan air mata ketika bercerita tentang penyesalannya. Hal ini
menunjukan bahwa Y merasa malu atas kesalahannya. Walaupun setelah itu juga Y merasa bahwa kesalahannya
tersebut sebagian disebabkan juga karena kesalahan dari anaknya.
2. Faktor yang mempengaruhi
2.1 Jarak sosial
Terkait dengan
faktor jarak
sosial yang
mempengaruhi perilaku meminta maaf kepada anak, sebagai seorang ayah, responden Y berpendapat bahwa
tidak ada perasaan yang berbeda antara meminta maaf dengan teman dan meminta maaf dengan anak. Hal tersebut
muncul ketika responden Y ditanyai tentang adakah perasaan yang berbeda dalam meminta maaf antara dengan
teman dan anak, jawab responden Y : “Sama saja, artinya kalau diri memang salah.
Intinya salah, saya minta maaf ”responden Y,
B239. Hal tersebut diatas menunjukan bahwa menurut
responden Y, tidak ada perasaan yang berbeda antara meminta maaf dengan teman dan anak. Dengan kata lain
menurut responden
Y, faktor
jarak sosial
tidak mempengaruhi seorang ayah untuk meminta maaf kepada
anaknya.
2.2 Kekuatan sosial
Terkait pengaruh faktor kekuatan sosial pada perilaku meminta maaf kepada anak, terdapat beberapa
argumen dari responden Y yang kontradiktif.Diawal wawancara, Y mengatakan bahwa sebagai kepala rumah
tangga, orang tua tidak seharusnya egois, menang sendiri serta menggunakan kekuasaannya apabila orang tua
tersebut memiliki kesalahan kepada anaknya. Seperti yang dikatakan oleh responden Y dalam wawancara :
“hanya ucapan “maaf ya”, tapi kadang-kadang orang tua itu egois, merasa dirinya berkuasa,
lebih- lebih bapak.
”B114-115. Pernyataan diatas menyatakan bahwa menurut
responden Y, para ayah disekitarnya terkadang ada yang egois dan diri merasa berkuasa. Dari perkataan tersebut
juga membuktikan bahwa faktor kekuatan sosial memiliki pengaruh pada perilaku meminta maaf kepada anak bagi
ayah bersuku Jawa. Kekuatan sosial dalam hal tersebut adalah sifat ayah yang egois dan merasa berkuasa dalam
keluarga. Selain itu, responden Y memiliki pendapat yang
mengatakan bahwa apabila ada seorang ayah yang menjadi egois dan berkuasa didalam keluarga, Y menganggap hal
itu merupakan sebuah kekeliruan. Hal tersebut terlihat dalam perkataan responden Y dalam wawancara :
“Kebanyakan bapak, itu merasa dirinya sebagai kepala keluarga, jika sudah menjadi kepala
keluarga merasa memiliki kuasa penuh, na itu
keliru. ”B115-116
Pendapat tersebut memiliki arti bahwa menurut responden Y, seorang ayah sebagai kepala keluarga tidak
seharusnya memiliki kuasa penuh. Responden Y juga menambahkan pendapatnya bahwa didalam berkeluarga
seharusnya kedudukan suami dan istri adalah setara, keduanya sama sama berkuasa dirumahnya. Hal tersebut
tercantum dalam wawancara dengan responden Y : “Na dalam keluarga itu yang paling berperan
adalah suami dan istri, bapak dan ibu, mereka yang sebetulnya memiliki kekuasaan yang sama. Bukan
sebagai laki-laki yang merasa dirinya kuat itu yang menjadi berkuasa penuh itu bukan. Suami istri ini
berkuasa dirumah itu, untuk mendidik anak-anaknya menjadi baik,
makanya dalam keluarga itu, terapkanlah suatu komunikasi dengan selalu
sharing, doa bersama dalam keluarga ”responden
Y, B116-121. Pendapat responden Y diatas, membuktikan bahwa
menurut responden Y suami istri adalah orang yang memiliki kuasa didalam rumah. Dari pendapat tersebut
semakin membuktikan bahwa kekuatan sosial memiliki ambil bagian dalam kehidupan berkeluarga. Akan tetapi,
walaupun dirinya bersama seorang istri memiliki kuasa