Bagi Ayah Manfaat Praktis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Perilaku Meminta Maaf
Perilaku meminta maaf dapat didefinisikan menurut teori dari Fraser 1981 yang mengatakan bahwa perilaku meminta maaf dapat
dilakukan apabila memenuhi dua kondisi. Kondisi tersebut adalah yang pertama pelaku menyadari perasaan tanggung jawab akan kesalahannya
dan kedua, pelaku mengaku atas penyesalannya akan kesalahannya kepada korban. Apabila dijabarkan lebih detail, maka menurut Fraser didapatkan
bahwa individu yang melakukan perilaku meminta maaf, harus memiliki : 1.
Tindakan yang telah dilakukan sebelum melakukan perilaku meminta maaf
2. Telah menyerang atau menyakiti pendengar
3. Pembicara sedikitnya menanggung rasa tanggung jawab
terhadap tindakan yang bersifat menyerang 4.
Pembicara memiliki
rasa menyesal
atas tindakan
sebelumnya. Menurut Searle 1969, perilaku meminta maaf merupakan bagian
dari bentuk “ungkapan” dalam teori speech act. Teori tersebut mengatakan bahwa dalam perilaku meminta maaf terdapat keadaan psikologis dan
perasaan yang turut serta terlibat oleh diri seseorang yang mengatakannya. Bach dan Harnish 1979 mengklasifikasikan perilaku meminta maaf
sebagai bentuk “pengakuan” atau acknowledgements. Kategori ini didefinisikan sebagai ungkapan tentang “perasaan tertentu” kepada
pendengarnya. Hickson 1979 mendefinisikan perilaku meminta maaf sebagai sebuah ekspresi yang menunjukkan perasaan penyesalan pelaku
atas kesalahannya kepada orang lain yang dilakukan dalam bentuk ucapan atau tulisan. Pada studi perbandingannya antara Jepang-Amerika,
Barnlund dan Yoshioka 1990 mengkarakteristikan perilaku meminta maaf sebagai bentuk pengakuan atas pertanggung jawaban akan perilaku
yang telah menyakiti orang lain secara fisik, sosial dan psikologis. Menurut Searle 1976, ketika orang memunculkan perilaku
meminta maaf terdapat keadaan dan perasaan psikologis yang turut terlibat didalam diri orang tersebut. Fraser 1981 menyebutkan salah satu keadaan
psikologis berupa kesadaran dan perasaan bertanggung jawab atas perilaku sebelumnya yang turut terlibat ketika orang memunculkan perilaku meminta
maaf. Dalam kasus seperti di Negara non-western yakni Jepang, orang membutuhkan rasa self-humiliation atau rasa malu untuk mengakui
kesalahan dan memunculkan perilaku meminta maaf Nishiyama, 1973. Pada beberapa kasus seperti dalam penelitian oleh Jaworski 1994
di Negara Polandia, perilaku meminta maaf terkadang muncul dengan tidak melibatkan kata kata yang merupakan strategi kesopanan seperti
memenangkan simpati
pendengar, membenarkan
tindakan yang