Rasa malu atas perasaan bersalah
menunjukan rasa sayang, sebaliknya dari muda ke yang tua merupakan rasa hormat
“Meminta maaf sendiri tidak berarti mengurangi rasa hormat, na to .. kalo yang muda hormat kepada
yang lebih tua, tapi hormatkan tidak harus mengupas kata maaf. Kalo dari yang tua ke yang
muda itu kan sayang gitu lo nek ... sayang kan berarti juga eem .. apa .. hormat itu kan bisa
dinyatakan macem macem.
”Responden S,B71-74. Perkataan responden S tersebut diatas juga sekaligus
menunjukan bahwa faktor jarak sosial berpengaruh terhadap makna dibalik perilaku meminta maaf.Dengan
kata lain responden S mengatakan bahwa perilaku meminta maaf kepada anak merupakan bentuk dari makna kasih
sayang. Petunjuk terakhir yang dapat membuktikan bahwa
faktor jarak sosial dapat berpengaruh terhadap perilaku meminta maaf kepada anak adalah responden S yang
mengatakan bahwa terdapat perbedaan antara meminta maaf kepada anak dan kepada teman, secara tersirat
responden merasa meminta maaf kepada anak lebih sulit untuk dilakukan
jika diantara dua tadi cuma yang paling sulit adalah yang tulus, karena nanti yang tulus itu di ikuti
dengan perubahan, tapi kalo formalitas itu kan cuma ..
aah besok ketemu lagi. Dan mudah mengatakan jika yang formalitas.
Responden S,B151-153.
Dari berbagai alasan diatas, dapat disimpulkan bahwa menurut responden S, faktor jarak sosial
berpengaruhi terhadap perilaku meminta maaf baik itu terkait dengan makna, ataupun penyebab yang membuat
perilaku meminta maaf kepada anak tersebut sulit
dilakukan. 2.2
Kekuatan sosial
Terkait dengan pengaruh faktor kekuatan sosial terhadap perilaku meminta maaf kepada anak, responden S
berpendapat bahwa anak kecil memiliki kekuatan sosial yang lemah, maka dari itu responden S merasa anak kecil
perlu untuk diakui eksistensinya. Dalam artian diakui eksistensinya disini adalah bahwa anak kecil kadang kala
benar dan sudah seharusnya seorang ayah meminta maaf apabila berbuat salah. Seperti yang dikatakan oleh
respondenS : “Meskipun satu, apa ... satu teguk ini seolah-olah
mengakui si anak, eksistensinya si anak ”responden
S, B126. Perkataan responden S diatas dipicu atas hasil
observasinya kepada ayah lain tetangganya yang memiliki tradisi makan sekeluarga yang harus dimulai dari ayah.
Responden S bercerita bahwa menurut tradisi Jawa, orang