Definisi Operasional METODE PENELITIAN

multikolinieritas, jika koefisien korelasi antar variabel bebas 1 X dan 2 X , 2 X dan 3 X , 3 X dan 4 X , dan seterusnya lebih besar dari 0,60 pendapat lain : 0,50 dan 0,90. Dikatakan tidak terjadi multikolinieritas jika koefisien korelasi antar variabel bebas lebih kecil atau sama dengan 0,60 r ≤ 0,60. Atau dalam menentukan ada tidaknya multikolinieritas dapat digunakan cara lain yaitu dengan : a. Nilai tolerance adalah besarnya tingkat kesalahan yang dibenarkan secara stastistik α. b. Nilai variance inflation factor VIF adalah faktor inflasi penyimpangan baku kuadrat. Nilai tolerance dan variance inflation factor VIF dapat dicari dengan menggabungkan kedua nilai tersebut sebagai berikut : 1 Besar nilai tolerance α : α = 1 VIF 2 Besar nilai variance inflation factor VIF : VIF = 1 α a Variabel bebas mengalami multikolinieritas jika : α hitung α dan VIF hitung VIF. b Variabel bebas tidak mengalami multikolinieritas jika : α hitung α dan VIF hitung VIF. 2. Uji Asumsi Klasik Heteroskedastisitas Dalam persamaan regresi linier berganda perlu juga diuji mengenai sama atau tidak varians dari residual observasi yang satu dengan observasi yang lain. Jika residualnya mempunyai varians yang sama disebut terjadi homoskedastisitas dan jika varians-nya tidak sama atau berbeda disebut heteroskedastisitas. persamaan regresi yang baik jika tidak terjadi heteroskedastisitas. Misalkan : a. Nilai statistik dari 5 mahasiswa kelas A yaitu 70, 69, 71, 73, 70 cenderung lebih seragam atau tida bervariasi karena selisihnya kecil, kejadian ini disebut homokedastisitas. b. Nilai statistik dari 5 mahasiswa kelas B yaitu 30, 90, 60, 80, 40 cenderung tidak seragam atau sangat bervariasi karena selisihnya besar, kejadian ini disebut heteroskedastisitas. Analisis uji asumsi heteroskedastisitas hasil output SPSS melalui grafik scatterplot antara Z prediction ZPRED yang mempunyai variabel bebas sumbu X = Y hasil prediksi dan nilai residualnya SRESID merupakan variabel terikat sumbu Y = Y prediksi – Y riil. Homoskedastisitas terjadi jika pada scatterplot titik-titik hasil pengolahan data antara ZPRED dan SRESID menyebar di bawah maupun di atas titik origin angka 0 pada sumbu Y dan tidak mempunyai pola teratur. Heteroskedastisitas terjadi jika pada scatterplot titik-titiknya mempunyai pola yang teratur baik menyempit, melebar maupun bergelombang-gelombang. 3. Uji Asumsi Klasik Normalitas Selain uji asumsi klasik multikolinieritas dan Hetero-skedastisitas, uji asumsi klasik yang lain adalah uji normalitas, dimana akan menguji data variabel bebas X dan data variabel terikat Y pada persamaan regresi yang dihasilkan. Berdistribusi normal atau berdistribusi tidak normal. Persamaan regresi dikatakan baik jika mempunyai data variabel bebas dan data variabel terikat berdistribusi mendekati normal atau normal sama sekali. Uji asumsi klasik normalitas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : a. Cara Statistik Dalam menguji data variabel bebas dan data variabel terikat berdistribusi normal atau tidak pada cara statistik ini melalui nilai kemiringan kurva skewness = α3 atau nilai keruncingan kurva kurtosis = α4 diperbandingkan dengan nilai Z tabel. 1 Rumus nilai Z untuk kemiringan kurva skewness : Z skewness = skewness √6 N atau Zα3 = α3 √6 N 2 Rumus nilai Z untuk kerucingan kurva kurtosis : Z kurtosis = kurtosis √24 N atau Zα4 = α4 √24 N Dimana N = banyak data Ketentuan analisis : a Variabel bebas atau terikat berdistribusi normal jika Z hitung Zα3 atau Zα4 Z tabel. Misal diketahui Z 5 = 1,96 Z tabel lebih besar dari Z hitung atau dengan kata lain Z hitung lebih kecil dari Z tabel 1,96, dapat dituliskan Z hitung 1,96. b Variabel berdistribusi tidak normal jika Z hitung Zα3 atau Zα4 Z tabel. Misal nomor a, dapat ditulis Z hitung 1,96. b. Cara Grafik Histogram dan Normal Probality Plots Cara grafik histogram dalam menentukan suatu data berdistribusi normal atau tidak, cukup membandingkan antara data riil atau nyata dengan garis kurva yang terbentuk, apakah mendekati normal atau memang normal sama sekali. Jika data riil membentuk garis kurva cenderung tidak simetri terhadap mean U, maka dapat dikatakan data berdistribusi tidak normal dan sebaliknya. Cara grafik histogram lebih sesuai untuk data yang relatif banyak, dan tidak cocok untuk banyak data yang sedikit, karena interpretasinya dapat menyesatkan. Cara normal probality plots lebih handal daripada cara grafik histogram, karena cara ini membandingkan data riil dengan data distribusi normal otomatis oleh komputer secara