Proses Perulangan Teori yang Digunakan

25

2.2.2 Proses Perulangan

Ramlan 1980:63 proses pengulangan atau reduplikasi ialah pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagiannya, Baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil pengulangan ini disitu disebut kata ulang, sedangkan satuan yang diulang disebut bentuk dasar. Misalnya kata ulang rumah-rumah dari bentuk dasar rumah, kata ulang perumahan-perumahan dari bentuk dasar perumahan, kataulang bolak-balik daribentuk dasar balik. Setiap kata ulang sudah tentu memiliki bentuk dasar. Kata dalam bahasa Indonesia, misalnya: sia-sia, alun-alun,mondar-mandir, dalam tinjauan deskriptif tidak dapat digolongkan kata ulang karena tidak ada satuan yang diulang. Dari deretan morfologi dapat ditentukan bahwa sesungguhnya tidak ada satuan yang lebih kecil dari kata-kata tersebut. Berbeda dengan temu, sekalipun satuan ini tidak bertemu dalam bentuk temu saja, namun dari deretan morfologi dapat dipastikan bahwa satuan itu ada. Deretan morfologiknya adalah : pertemuan, penemuan, bertemu, ketemu, ditemukan, menemukan, mempertemukan, dipertemukan. Setiap kata ulang memiliki satuan yang diulang, satuan yang diulang itu disebut bentuk dasar. Sebagian kata ulang dapat lebih mudah ditentukan bentuk dasarnya, misalnya : rumah-rumah bentuk dasarnya rumah, sakit-sakit bentuk dasarnya sakit, dua-dua bentuk dasarnya dua. Berdasarkan cara mengulang bentuk dasarnya, pengulangan dapat digolongkan menjadi empat golongan yaitu 1 pengulangan seluruh ialah pengulangan seluruh bentuk dasar, tanpa perubahan fonem dan tidak berkombinasi dengan proses pembubuhan afiks. Misalnya : sepeda menjadi sepeda-sepeda, buku menjadi buku-buku, 2 pengulangan sebagian ialah pengulangan sebagian dari Universitas Sumatera Utara 26 bentuk dasarnya. Bentuk dasarnya tidak diulang seluruhnya. Misalnya: mengambil menjadi mengambil-ambil, membaca menjadi membaca-baca, 3 perulangan yang berkombinasi dengan pembubuhan afiks merupakan perulangan yang terjadi bersama-sama dengan proses pembubuhan afiks dan bersama-sama pula mendukung suatu fungsi, misalnya : kereta-keretaan yang bentuk dasarnya adalah kereta dan bukan keretaan, dan 4 pengulangan dengan perubahan fonem merupakan kata ulang yang diulang seluruhnya dengan perubahan fonem. Misalnya : gerak menjadi gerak-gerik, serba menjadi serba-serbi. Dengan demikian, reduplikasi dalam bahasa Pakpak dialek Simsim secara nyata masih hidup dan tetap dipakai pada masyarakat penutur adalah sebagai berikut: 1. pengulangan seluruh ialah pengulangan seluruh bentuk dasar, tanpa perubahan fonem. contoh : bapa ‘ayah’ → bapa-bapa ‘bapak-bapak’ kedek ‘kecil’ → kedek-kedek ‘kecil-kecil’ 2. Perulangan sebagiaan ialah perulangan sebagian dari bentuk dasarnya. Di sini bentuk dasar tidak diulang seluruhnya. Bentuk perulangan sebagian Contoh : bagak ‘cantik’ → babagak ‘cantik-cantik’ dogok ‘duduk’ → dokdogok ‘duduk-duduk’ gomok ‘gemuk’ → gogomok ‘gemuk-gemuk’ gale ‘golek’ → gagale ‘golek-golek’ Universitas Sumatera Utara 27 3. Perulangan yang berkombinasi denganpembubuhan afiks merupakan perulangan yang terjadi bersama-sama dengan proses pembubuhan afiks. a. Reduplikasi dengan prefiks : Reduplikasi prefiks ini mendapat prefiks pada kata dasarnya. Contoh : menangkih ‘memanjat’ → menangkih-nangkih ‘memenjat-manjat’ menurat ‘menulis’ → menurat-nurat ‘menulis-nulis’ b. Reduplikasi dengan infiks : Reduplikasi ini terjadi dengan mendapat infiks, baik pada kata yang pertama maupun pada kata yang kedua. Contoh : dumurban ‘serentak’ → dumurban-durban ‘serentak-serentak’ tumutung ‘membakar’ → tumutung-tutung ‘membakar-bakar’ c. Reduplikasi dengan sufiks : Reduplikasi ini mendapat sufiks pada kata dasar. Contoh : paluken ‘pukulkan’ →palu-paluken ‘pukul-pukulkan’ endeken ‘nyanyikan’→ ende-endeken ‘nyayi-nyanyikan’ d. Reduplikasi dengan konfiks : Reduplikasi yang terjadi dengan mendapat konfiks pada kata dasar. Contoh : mersitukul en ‘saling memukul’ → mersitukulen ‘saling memukul’ mersipaguten ‘saling memukul’ → mersipaguten ‘saling mematok’ Universitas Sumatera Utara 28

2.2.3 Proses Pemajemukan