13
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Negara Indonesia memiliki wilayah yang sangat luas. Penduduknya terdiri dari berbagai suku bangsa. Setiap suku bangsa memiliki latarbelakang budaya yang
berbeda, sehingga menjadi penanda perbedaan antarsuku bangsa itu. Salah satu suku bangsa yang ada di Indonesia adalah suku Batak .
Suku Batak terdiri dari beberapa etnik yaitu Toba, Karo, simalungun, AngkolaMandailing dan etnik Pakpak.
Suku Pakpak umumnya mendiami wilayah Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Baharat di Provinsi Sumatera Utara. Selain itu, suku Pakpak juga menyebar
sampai ke daerah Kabupaten Humbang Hasundutan, bahkan sampai ke Provinsi Daerah Istimewa Aceh.
Akibat dari penyebarannya, masyarakat Pakpak mengenal istilah kata Suak yang berarti alat penanda masyarakat yang berasal dari Pakpak. Istilah suak dalam
bahasa Pakpak dapat juga diartikan sebagai dialek. Menurut Solin dalam Basaria 2002 Tesis dengan judul “Analisis Morfologi Verba Bahasa Pakpak Dairi”, bahasa
Pakpak terdiri atas 5 lima dialek yaitu : 1 dialek Pegagan di kecamatan sumbul Kabupaten dairi 2 dialek keppas di kecamatan sidikalang Kabupaten Dairi 3
dialek Sim-sim di kabupaten Pakpak Bharat 4 dialek Kelasen di Kecamatan Parlilitan Kabupaten Humbang hasundutan 5 dialek Boang di Provinsi Aceh
Kabupaten Aceh singkil. Adanya kelima dialek tersebut, menggambarkan luasnya wilayah pemakaian bahasa ini. Akan tetapi, diantara kelima dialek Pakpak di atas,
Universitas Sumatera Utara
14 berdasarkan ketiadaan pengaruh bahasa lain bahasa Karo dan Toba dialek yang
paling standar dan paling asli dalam bahasa Pakpak adalah dialek Simsim. Berdasarkan pengamatan penulis, kelima dialek dalam bahasa Pakpak sudah
dipengaruhi oleh bahasa-bahasa lain yang tinggal berdekatan dengan suku Pakpak tersebut, sehingga menimbulkan adanya perbedaan dalam bahasa Pakpak itu sendiri.
hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya kosa kata yang baru dalam bahasa Pakpak di masing-masing dialek. Oleh karena itu, jika penelitian bahasa Pakpak dilakukan,
maka harus dipilih di daerah mana penggunaan bahasa Pakpak itu yang minim dipengaruhi oleh bahasa lain. Dari hasil survei, penelitian kali ini dilakukan di dialek
Simsim Kabupaten Pakpak Bharat. Dialek Sim-sim dipakai di daerah Kabupaten Pakpak Bharat yang meliputi
delapan kecamatan, yaitu Kecamatan Siempat Rube, Kecamatan Salak, Kecamataan Kerajaan, Kecamatan Tinada, Kecamatan Si Tellu Tali Urang Jehe, Kecamatan Si
Tellu Tali Urang Julu, Kecamatan Pergetteng-getteng Sengkut dan Kecamatan Pagindar.
Dalam kedudukannya sebagai bahasa daerah, bahasa Pakpak mempunyai peranan penting, yaitu digunakan sebagai bahasa pengantar antar sesama anggota
masyarakat. Selain itu, sesuai kebijaksanaan Pemerintah, bahasa daerah juga digunakan sebagai bahasa pengantar di sekolah dasar, yaitu dari kelas satu sampai
dengan kelas tiga. Selanjutnya, bahasa Pakpak juga berfungsi sebagai lambang identitas daerah
dan lambang kebanggan daerah yang berfungsi sebagai pendukung perkembangan bahasa dan kebudayaan Nasional.
Universitas Sumatera Utara
15 Perkembangan bahasa dapat diketahui melalui hasil penelitian bahasa. Objek
kajian linguistik dibedakan adanya linguistik mikro dan linguistik makro, linguistik mikro mengarahkan kajian pada struktural internal atau struktur bahasa tertentu atau
subsistem bahasa tertentu, maka dalam linguistik mikro terdapat pembidangan fonologi, morfologi, sintaksis, semantik dal leksikologi. Kemudian, dalam kajian
makrolinguistiknya, yaitu
sosiolinguistik, psikolinguistik,
antropolinguistik, pragmatik, dan neurolinguistik. Namun penulis meneliti pada salah satu kajian
internalnya, yaitu dalam bidang morfologi. Penelitian tentang bahasa Pakpak belum begitu banyak dilakukan. Namun ada dua judul hasil penelitian yang ditemukan dan
berkaitan dengan judul proposal ini, yaitu : “Morfologi dan Sintaksis Bahasa Pakpak Dairi” yang ditulis oleh Sembiring dkk
1993, dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Morfologi dan sintaksis bahasa Pakpak Dairi banyak dijumpai persamaannya dengan morfologi dan sintaksis
bahasa Indonesia. Selain itu, bahasa Pakpak Dairi dapat dideskripsikan atas morfem terikat dan morfem bebas serta proses morfologi yang berupa afiksasi dan
reduplikasi. Selanjutnya Basaria 2002 dalam tesisnya yang berjudul “Analisis Morfologi Verba
Bahasa Pakpak Dairi” Memaparkan tentang ciri-ciri verba bahasa Pakpak Dairi. Ciri- ciri tersebut dapat diamati melalui a perilaku semantis, b perilaku sintaksis dan
c perilaku morfologisnya. Dari perilaku morfologisnya, verba dapat diidentifikasi melalui afiks tertentu, afiks tersebut adalah: mer-, me, pe, ki, um, -i, i-, -ken, ke-en,
mersi-en, mer-en. Proses morfologi verba adalah proses pembentukan verba akibat pembubuhan afiks pada kata dasar yang terdiri dari: a proses afiksasi, b proses
reduplikasi dan c proses pemajemukan.
Universitas Sumatera Utara
16 Berdasarkan tinjauan pustaka tentang penelitian bahasa Pakpak Dairi diatas
khususnya dalam bidang morfologi, dapat disimpulkan bahwa penelitian yang telah dilakukan tersebut belum membahas proses morfologi secara utuh, yaitu afiksasi,
reduplikasi dan komposisi. hal inilah yang mendorong penulis untuk meneliti morfologi dalam tiga proses ini, sehingga proposal skripsi ini diberi judul
“Morfologi bahasa Pakpak dialek Simsim
”.
1.2 Rumusan Masalah