8. dan dilakukan di wilayah hukum Islam darul Islam
9. di luar hubungan kepemilikan budak atau nikah atau syubhat kepemilikan atau syubhat nikah.
Dalam pengertian zina, terkandung beberapa hal yang menentukan apakah sebuah perbuatan itu termasuk zina
secara syar`i atau tidak, antara lain :
Pelakunya adalah seorang mukallaf, yaitu aqil dan baligh. Sedangkan bila seorang anak kecil atau orang
gila melakukan hubungan seksual di luar nikah maka tidak termasuk dalam kategori zina secara syar`i yang
wajib dikenakan sangsi yang sudah baku. Begitu juga bila dilakukan oleh seorang idiot yang para medis
mengakui kekuranganya itu.
Pasangan zinanya itu adalah seorang manusia baik laki-laki ataupun seorang wanita. Sehingga bila seorang
laki-laki berhubungan seksual dengan binatang seperti anjing, sapi dan lain-lain tidak termasuk dalam kategori
zina, namun punya hukum tersendiri.
Dilakukan dengan manusia yang masih hidup. Sedangkan bila seseorang menyetubuhi seorang mayat
yang telah mati, juga tidak termasuk dalam kategori zina yang dimaksud dan memiliki konsekuensi hukum
tersendiri.
Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa zina itu
hanyalah bila dilakukan dengan memasukkan kemaluan lak-laki ke dalam kemaluan wanita. Jadi
bila dimasukkan ke dalam dubur anus, tidak termasuk kategori zina yang dimaksud dan memiliki hukum
tersendiri. Namun Imam Asy-Syafi`i dan Imam Malik dan Imam Ahmad tetap menyatakan bahwa hal itu
termasuk zina yang dimaksud.
Perbuatan itu dilakukan bukan dalam keadaan terpaksa baik oleh pihak laki-laki maupun wanita.
Perbuatan itu dilakukan di negeri yang secara resmi
berdiri tegak hukum Islam secara formal, yaitu di negeri yang ‘adil’ atau ‘darul-Islam’. Sedangkan bila
dilakukan di negeri yang tidak berlaku hukum Islam, maka pelakunya tidak bisa dihukum sesuai dengan ayat
hudud.
27. Syarat Dilaksanakannya Hukuman Zina :
Sedangkan untuk sampai kepada eksekusi atas pelaku perzinahan, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi,
antara lain : a. Pelakunya adalah seorang yang sudah cukup usia
baligh. b. Pelakunya adalah seorang yang sudah waras
akalnya aqil. Seorang gila bila berzina dengan orang waras, maka yang dihukum hudud hanyalah
yang waras saja, sedangkan yang gila tidak dihukum hudud.
c. Pelakunya adalah seorang muslim dan muslimah. Pendapat Al-Malikiyah bahwa bila seorang kafir
laki-laki berzina dengan seorang wanita kafir maka tidak dihukum hudud tetapi dihukum ta`zir sesuai
dengan pandangan hakim sebagai pelajaran bagi keduanya. Sedangkan bila laki-laki kafir berzina
dengan wanita muslimah, maka yang laki-laki dihukum ta`zir sedang yang muslimah dihukum
hudud.