Jenis Zina dan hukumannya
zahir ayat yang secara terang hanya menyebutkan hanya cambuk saja tanpa menyebutkan pengasingan.
Dan bila ditambah dengan cambuk, maka menjadi penambahan atas nash dan penambahan itu menjadi
nasakh. Jadi masalah mengasingkan bagi Al-Hanafiyah bukan termasuk hudud, tetapi dikembalikan kepada
hakim sebagai bentuk hukuman ta`zir. Bila hakim memandang ada mashlahatnya maka bisa dilakukan dan
bila tidak maka tidak perlu dilakukan.
Asy-Syafi`iyah dan Al-Hanabilah berpandangan bahwa
mengasingkan pezina selama setahun adalah bagian dari hudud dan harus digabungkan dengan
pencambukan. Pengasingan itu sendiri ditentukan bahwa jaraknya minimal jarak yang membolehkan
seseorang mengqashar shalatnya. Dalil yang mereka gunakan untuk mengasingkan ini adalah sabda
Rasulullah SAW :
“Ambillah dariku ajaran agamamu yang Allah telah jadikannya sebagai jalan. Perawan dan bujangan yang berzina maka
hukumannya adalah cambuk dan diasingkan setahun. Dan orang yang sudah menikah yang berzina maka hukumannya adalah
cambuk 100 kali dan rajam
”.
32
Namun mereka mengatakan bahwa pengasingan ini hanya berlaku bagi lak-laki saja, sedangkan wanita yang
berzina tidak perlu diasingkan kecuali ada mahram yang menemaninya seperti suami atau mahram dari keluarganya.
Karena Rasulullah SAW melarang bepergiannya seorang
32
HR. Ahmad dan para penulis kutubussittah kec. Bukhari dan An-Nasai
wanita,”
Wanita tidak boleh bepergian lebih dari 3 hari kecuali bersama suami atau mahramnya
”.
33
Al-Malikiyah berkata bahwa laki-laki diasingkan ke negeri yang asing baginya selama setahun, sedangkan
wanita tidak diasingkan karena takut terjadinya zina untuk kedua kalinya sebab pengasingan itu.
Hukuman zina muhshan
Para ulama sepakat menyatakan bahwa pelaku zina muhshan dihukum dengan hukuman rajam, yaitu dilempari
dengan batu hingga mati.
Dalilnya adalah hadits Rasulullah SAW secara umum yaitu,“
Tidak halal darah seorang muslim kecuali karena salah satu dari tiga hal : orang yang berzina, orang yang membunuh dan orang
yang murtad dan keluar dari jamaah
”.
34
Dan secara praktek, selama masa hidup Rasulullah SAW paling tidak tercatat 3 kali beliau merajam pezina
yaitu Asif, Maiz dan seorang wanita Ghamidiyah.
Asif berzina dengan seorang wanita dan Rasulullah SAW memerintahkan kepada Unais untuk
menyidangkan perkaranya dan beliau bersabda,”Wahai Unais, datangi wanita itu dan bila dia mengaku zina
maka rajamlah”.
35
Kisah Maiz diriwayatkan dari banyak alur hadits
dimana Maiz pernah mengaku berzina dan Rasulullah SAW memerintahkan untuk merajamnya.
36
33
HR. Bukhari dan Muslim
34
HR. Bukhari dan Muslim
35
HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, At-Tirmizi, Abu Daud, Nasai dari Abi Hurairah
36
HR.Muslim, Ahmad, At-Tirmizi, Abu Daud, Nasai dan lainnya.
Kisah seorang wanita Ghamidiyah yang datang kepada
Rasulullah SAW mengaku berzina dan telah hamil, lalu Rasulullah SAW memerintahkannya untuk melahirkan
dan merawat dulu anaknya itu hingga bisa makan sendiri dan barulah dirajam.
37
Zina muhshan adalah puncak perbuatan keji sehingga akal manusia pun bisa menilai kebusukan perbuatan ini,
karena itu hukumannya adalah hukuman yang maksimal yaitu hukuman mati dengan rajam.