Dalam tradisi hukum, perseroan atau badan hukum
sering disebut sebagai juridical personality atau syakhshiyyah hukmiyah
ةيمُوكحلا ةيصخشلا. Juridical personality ini sah secarara hukum dan dapat mewakili
individu-individu secarar keseluruhan.
Bank memang bukan insan mukallaf, tetapi melakukan amal mukallaf yang jauh lebih besar dan berbahaya.
Alangkah naifnya bila kita mengatakan bahwa sebuah gank mafia pengedar drugs dan narkotika tidak berdosa
dan tidak terkena hukum karena merupakan sebuah lembaga dan bukan insan mukallaf. Demikian juga
lembaga keuangan, apa bedanya dengan seorang rentenir pemakan darah masyarakat ? Bedanya, yang
satu seorang individu yang beroperasi tingkat RT dan RW, sedang yang lainnya adalah kumpulan dari
individu-individu yang secarara terorganisis dan modal raksasa melakukan operasi renten dan pemerasan
tingkat tinggi dalam skala nasional bahkan internasional dan mendapat aspek legalitas dari hukum
sekuler.
d. Yang haram adalah yang konsumtif Pendapat ini mengatakan bahwa riba yang diharamkan
hanya bersifat konsumtif saja. Sedangkan riba yang bersifat produktif tidak haram. Alasan yang digunakan adalah ‘illat
dari riba yaitu pemerasan. Dan pemerasan ini hanya dapat terjadi pada bentuk pinjaman yang konsumtif saja. Sebab
debitur bermaksud menggunakan uangnya untuk menutupi kebutuhan pokoknya saja seperti makan, minum, pakaian,
rumah dan lain-lain. Debitur melakukan itu karena darurat dan tidak punya jalan lain. Maka mengambil untung dari
praktek konsumtif seperti ini haram.
Dewasa ini telah terjadi perubahan pandangan karena terjadinya perubahan pada bentuk pinjaman setelah
berdirinya bank. Debitur peminjam tidak lagi dipandang sebagai pihak lemah yang dapat diperas oleh kreditur
dalam hal ini bank. Selain itu kreditur tidak pula memaksakan kehendaknya kepada debitur. Yang terjadi
justru sebaliknya, debiturlah yang menjadi pihak yang kuat yang dapat menentukan syarat dan kemauannya kepada
kreditur. Jadi bank menjadi debitur karena meminjam uang kepada nasabah. Sedangkan nasabah menjadi kreditur
karena meminjaminya. Namun bank bukan lagi peminjam yang lemah, justru menjadi pihak yang kuat.
Karena cara-cara yang sekarang berjalan sama sekali berbeda dengan sebelumnya, maka harus dibedakan antara
pinjaman produktif dan konsumtif. Pinjaman produktif hukumnya halal dan pinjaman konsumtif hukumnya haram.
Pendapat ini didukung oleh Dr. Muhammad Ma’ruf Dawalibi dalam Mukatamar Hukum Islam di Perancis
bulan Juli 1951 yang berkata :”Pinjaman yang diharamkan hanyalah pinjaman yang berbentuk konsumtif, sedangkan
yang berbentuk produktif tidak diharamkan. Karena yang dilarang Islam hanyalah yang konsumtif.
16
Jawaban :
Orang yang beranggapan bahwa pemerasan itu hanya
ada pada pinjaman konsumtif dan tidak ada pada pinjaman produktif adalah tidak beralasan. Sebab
pinjaman produktif pun juga bersifat pemerasn. Sebagai bukti bahwa bank-bank dewasa ini memperoleh
keuntungan yang berlipat ganda. Tetapi memberikan
16
Dr. Abu Sura`i Abdul Hadi MA, Bunga Bank Dalam Islam, Al-Ikhlas Surabaya, 1993, hal 159- 160
porsi yang sangat kecil dari keuntungannya itu kepada deposan.
Para ulama menetapkan bahwa pinjaman yang
diharamkan Al-Quran adalah pinjaman jahiliyah. Ketika mereka melakukan peminjaman sesama mereka
tentu untuk usah mereka dalam sekala bear. Tidak mungkin bagi mereka yang termasuk tokoh saudagar
besar dan pemilik modal seperti Abbas bin Abdul Muttalib atau Khalid bin Walid melakukan pemerasan
kepada orang yang lemah dan miskin. Mereka terkenal sebagai dermawan besar dan bangga disebut sebagai
dermawan. Mereka punya kebiasaan menyantuni orang lapar dan memberi pakaian. Pinjaman yang bersifat
konsumtif tidak terjadi antar mereka. Justru pinajam produktif yang di dalam Al-Quran mereka memang
dikenal sebagai pedang yang melakukan perjalan musim dingin ke Yaman dan musim panas ke Syam.
Masyarakat Quraisy umumnya adalah pedagang dan pemodal sehingga pinjaman-pinjaman waktu itu
memang untuk kebutuhan perdagangan yang bersifat produktif dan bukan konsumtif.
17
7. Pendapat yang mengharamkan bunga bank a. Majelis Tarjih Muhammadiyah