Menjawab Subuhat Sekitar Sistem Pidana Islam
a. Tuduhan usang dan tradisional Disebutkan sebagian orang bahwa sistem pidana dalam
Islam adalah sistem yang sudah usang yang berlaku pada masyarakat tradisional dahulu sehingga tidak layak lagi
bagi masyarakat sekarang. Karena undang-undang harus terjadi perkembangan agar sesuai dengan perubahan zaman
dan kondisi yang terjadi.
Jawaban terhadap syubhat ini analogi dan pendapat ini adalah salah dan keliru. Pendapat ini memang tepat jika
dialamatkan pada undang-undang dan hukum yang dibuat oleh manusia tetapi tidak benar jika diarahkan pada syariat
Islam yang bersumber dari Allah SWT Rabb manusia.
Dan analogi ini tidak benar sesuai dengan akal sehat, tidak mungkin dilakukan analogi dari apa yang dibuat oleh
manusia dengan apa yang dibuat oleh Allah. Allah yang menciptakan langit, bumi dan seisinya, apakah manusia
patut membangkang dengan segala ciptaaan Allah? Siapakah yang mengetahui rahasia manusia dan segala
sesuatu yang dapat menghentikan kejahatanya jika bukan Rabb manusia.
2. Tuduhan kejam dan terbelakang Disebutkan juga bahwa sangsi dalam Islam secara
umum kejam dan terbelakang tidak sesuai dengan kehormatan manusia dan kemajuan yang dicapainya berupa
peradaban dan kemajuan. Jawaban atas syubhat ini adalah bahwa sangsi ini tidak dapat dilihat kejam atau keras
kecuali bagi yang melihat dari satu sisi. Mereka melihat kesakitan yang dirasakan pelaku pidana dan tidak melihat
pada sisi lainnya. Sisi lainnya yaitu: - Bahaya pidana pembunuhan yang dikhususkan Islam
dengan sangsi tersebut, yaitu sangsi atas pelanggaran pembunuhan jiwa dan pidana hudud. Bagaimana
mungkin memberikan toleransi bagi orang yang
membunuh, pelaku kriminal, pencuri dan lain-lain ? Bagaimana mungkin lebih mengutamakan emosi bagi
pelaku kriminal dan tidak merasa kasihan kepada korban yang tidak berdosa?
- Memang benar dalam pelaksanaan hudud ada unsur keras yang mereka namakan sadis atau kejam. Sesuatu
yang harus dipahami bahwa setiap sangsi harus ada unsur yang keras karena jika sangsi tidak ada unsur
kerasnya maka sangsi tersebut tidak akan berpengaruh bagi pelaku kejahatan. Tetapi jika sangsi keras, maka
cukup efektif untuk menolak dan menakuti-nakutinya, sehingga membuat jera bagi pelaku kejahatan yang lain.
Bukankah jika seorang dokter berpendapat bahwa pasien yang terkena kanker, obat satu-satunya harus diamputasi
. Apakah kita akan mengatakan bahwa dokter tersebut kejam atau sadis dan tidak sesui dengan kemanusiaan?
Begitu juga dalam masyarakat. Syariat Islam sangat memperhatikan keselamatan anggota masyarakat dari
penyakit kanker kriminal. Maka kewajibannya adalah melakukan amputasi pada anggota yang rusak dan
berpenyakit yang senantiasa menimbulkan kerusakan dan tidak dapat diharapkan kebaikannya.
3. Tuduhan bahwa rajam adalah penghinaan bagi manusia Mengapa sangsi yang diberlakukan pada orang yang
berzina muhsan dibunuh dengan cara dilempari batu sampai meninggal ? Bukankah ini merupakan penghinaan
bagi manusia? Bukankah ada cara lain untuk membunuh seperti disetrum listrik atau yang lainnya yang lebih cepat
dari segi membunuh dan lebih baik? bukankah nabi kalian memerintahkan manusia jika membunuh harus dengan
cara yang baik? Jawaban terhadap syubhat ini dapat dilihat dari dua sisi :
-
Apakah dapat dibuktikan bahwa membunuh dengan listrik atau pistol atau lainnya lebih ringan dan lebih
tidak menyakitkan dibanding dengan mdibunuh dengan rajam ?
-
Sesungguhnya sangsi rajam bukan hanya bertujuan membunuh, tetapi yang dimaksud adalah membuat rasa
takut dan gentar sehingga orang tidak berani melakukan tindakan perzinahan yang sangat keji. Kemudian
sesungguhnya yang menentukan hukuman ini adalah Allah Dzat yang Maha Tahu akan tabiat manusia dan
rahasia mereka dan Allah berfirman:” Allah lebih mengetahui yang merusak dari yang baik”. Dan
disebutkan dalam ayat lain: “Bukankah Allah yang menciptakan sedang Allah Maha lembut dan Maha
Mengetahui?”