7.3 Kendala Persepsi Pembelajar Bahasa Prancis di Medan
Persepsi suara yang diperdengarkan kepada pembelajar bahasa Prancis di Medan memperlihatkan bahwa pembelajar bahasa Prancis di Medan dapat
mempersepsikan dengan baik. Pembelajar dapat membedakan tutura yang asli dan tuturan yang dimodifikasi. Pemodifikasian tuturan dilakukan pada tengah kalimat
dengan inklinasi maupun deklinasi maupun pada akhir kalimat yang dimodifikasi dengan inklinasi dan deklinasi.
Hasil uji persepsi yang kemudian dilanjutkan dengan uji statistik memperlihatkan bahwa mahasiswa dapat mebedakan tuturan modus deklaratif,
interogatif absolut, interogatif parsial dan imperatif.
7.4 Implikasi Prosodi Pembelajar Bahasa Prancis
Sebagai implikasi prosodi pembelajar bahasa Prancis di Medan maka diciptakan pola prosodi untuk pembelajar, agar pembelajar bahasa Prancis di
Medan mencapai durasi yang sesuai dengan penutur asli native. Dalam pengajaran bahasa Prancis khususnya pada kompetensi berbicara,
pola prosodi dapat digunakan sebagai tolok ukur. Pola tersebut digunakan sebagai standar pembelajar dalam kompetensi berbicara. Untuk mencapai prosodi seperti
native like, pembelajar bahasa Prancis berjenis kelamin laki-laki di Medan harus dapat menuturkan modus deklaratif dengan pola prosodi nada tinggi 136.91 Hz,
nada rendah 115.22 Hz, nada dasar 136,91 Hz, dan ada final 123.52 Hz. Sedangkan untuk pembelajar bahasa Prancis berjenis kelamin perempuan di
Universitas Sumatera Utara
Medan harus dapat menuturkan modus deklaratif dengan pola nada tinggi 267.38Hz, nada rendah 147.61 Hz, nada dasar 260.2 Hz, dan nada final 147.29
Hz. Pola prosodi untuk pengajaran bahasa Prancis untuk mencapai prosodi
Native like pada modus interogatif absolut, pembelajar harus mencapai prosodi seperti pada pola prosodi penutur asli Prancis. Pola prosodi untuk pembelajar
bahasa Prancis berjenis kelamin laki-laki harus mencapai nada tinggi 174.58 Hz, nada rendah 93.04 Hz, nada dasar 122.12 Hz dan nada final 114.78 Hz. Sdangkan
pola prosodi untuk pembelajar bahasa Prancis berjenis kelamin perempuan harus mencapai nada tinggi 351.08 Hz, nada rendah 167.61 Hz, nada dasar 220.34 Hz,
dan nada final 167.61 Hz. Pola prosodi untuk pengajaran bahasa Prancis untuk mencapai prosodi
native like pada modus interogatif parsial, pe,belajar harus mencapai prosodi seperti pada pola prosodi penutur asli Prancis. Pola prosodi unuk pembelajar
bahasa Prancis berjenis kelamin laki-laki harus mencapai nada tinggi 198.58 Hz, nada rendah 106.49 Hz, nada dasar 129.14 Hz dan nada final 130.54 Hz.
Sedangkan pola prosodi untuk pembelajar bahasa Prancis berjenis kelamin perempuan harus mencapai nada tinggi 307.3 Hz, nada rendah 197.34 Hz, nada
dasar 225.22 Hz, dan nada final 251.91 Hz. Pola prosodi untuk pengajaran bahasa Prancis untuk mencapai prosodi
native like pada modus imperatif, pembelajar harus mencapai prosodi seperti pada pola prosodi penutur asli Prancis. Pola prosodi untuk pembelajar bahasa Prancis
berjenis kelamin laki-laki harus mencapai nada tinggi 124.46 Hz, nada rendah
Universitas Sumatera Utara
85.82 Hz, nada dasar 85.82 Hz dan nada final 111.04 Hz. Sedangkan pola prosodi untuk pembelajar bahasa Prancis berjenis kelamin perempuan harus mencapai
nada tinggi 300.29 Hz, nada rendah 202.89 Hz, nada dasar 213.35 Hz, dan nada final 202.59 Hz.
Pebelajar bahasa Prancis berasal dari Karo dalam menuturkan modus deklaratif “Pierre va au cinéma” memilki kendala dalam mengucapkan fonem [é]
dan [ ɛ]. Dalam bahasa Karo vokal [ǝ] pada awal kata dan tengah kata tidak
diucapkan oleh penutur bahasa Karo. Pada kata Pierre dan cinéma pembelajar bahasa Prancis berasal dari Karo mengucapkan kata tersebut dengan [Pi:r] dan
[si:nma]. Pada modus est-ce que Pierre va au cinéma, memiliki kendala dalam mengucapkan fonem [q] yang diucapkan[?]. Pada modus “avec qui Pierre va au
cinéma”, memiliki kendala dalam mengucapkan fonem [c] yang diucapkan [?]. Pembelajar bahasa Prancis berasal dari Toba dalam menuturkan modus
“Pierre va au cinéma” memiliki kendala dalam mengucapkan fonem [au] yang diucapkan [
ǝ] oleh pembelajar bahasa Prancis berasal dari Toba. Pada modus “est- ce que Pierre va au cinéma”, memiliki kendala dalam mengucapkan fonem [e]
yang diucapkan [ ɛ] pada kata que. Pada modus “avec qui Pierre va au cinéma”,
pembelajar memiliki kendala dalam mengucapakan [c] yang diucapkan [s]. Pembelajar bahasa Prancis berasal dari Medan, Langkat dan Asahan yang
merupakan pengguna bahasa Melayu. Maka kendala yang dialami oleh pembelajar pengguna bahasa Melayu dalam menuturkan modus “Pierre va au
cinéma”, memiliki kendala dalam mengucapkan fonem [é] yang diucapkan menjadi [
ǝ].
Universitas Sumatera Utara
Kendala yang dimiliki pembelajar bahasa Prancis pada durasi atau temporal pada tuturan maupun pengucapan fonem dapat diatasi dengan
menggunakan program minimum pembelajaran berbicara bahasa asing dengan mengajarkan la syllabe suku kata merupakan pengajaran yang sangat mendasar
untuk mengetahui irama dan penekanan dengan menggunakan tanda nada naik dan nada turun pada satu kata yeng merupakan struktur suku kata. L’alphabet
phonétique alfabet fonetik merupakan grup kesatuan dengan kesamaan bunyi maupun perbedaan bunyi dalam fonem vokal dan konsonan . La cohésion à
l’intérieur d’un group rythmique kohesi dalam grup ritme merupakan segmentasi bunyi pada satu kalimat yang diucapkan dengan irama dan bunyi yang
dihasilkan dari penggabungan maupun penyeretan dari satu kata ke kata lain. Hal tersebut sangat penting karena mencerminkan sosial kultural dengan adanya
penggabungan kata liaison yang wajib digunakan maupun yang dilarang digabungkan. Dan la correspondance entre la phonie et la graphie perubahan
antara ucapan dan tulisan merupakan bagian yeng sangat penting karena perbedaan bunyi dan tulisan di bahasa Prancis yang membuat banyak terjadi
kesalahan oleh pembelajar. Metodologi Pengajaran Audition Prononciaton adalah metode ekletek
mencakupi metode artikulasi, metode verbo tonal dan structuro-globale. Metode tersebut digabungkan dan digunakan untuk mengajarkan pembelajar bahasa
Prancis secara mudah dan praktis dan tidak membosankan. Pengajaran matakuliah Audition Prononciaton diawali dengan
memperkenalkan alfabet bahasa Prancis dan membunyikannya. Pembelajar mendengarkan tuturan dari penutur asli native dan mengikutinya. Pengajaran
Universitas Sumatera Utara
pengenalan alfabet tersebut diulang beberapa kali. Setelah pembelajar mengetahui alfabet dan bagaimana cara mengucapkannya maka pembelajar dikenalkan dengan
aksen bahasa Prancis yang terdiri dari aksen graf, aigu dan circonflex. Aksen tersebut dipelajari karena mempengaruhi bunyi dan penulisan. Contoh dari
penggunaan aksen tersebut dan cara membaca satu kata dengan mendengarkan penutur asli native dan pembelajar mengikuti tuturan tersebut.
Metode ini juga mengajarkan konsonan dan vokal bahasa Prancis. Pembagian vokal bahasa Prancis dan bagaimana cara pengucapannya dengan
mengikuti penutur asli native. Metode ini mengajarkan bagaimana cara menggabungkan kata dan penyeretan pada kata yang bertujuan untuk
mendapatkan harmonsasi suara. Liaison dan enchainement dilatih dengan cara membacakan atau mendikte kepada mahasiswa untuk bisa mengetahui apakah
dalam kalimat atau kata tersebut tedapat Liaison dan enchainement. Dikte juga dilakukan pada pengajaran tersebut karena pada bahasa Prancis pengucapan dan
penulisan mempunyai perbedaan. Oleh karena itu pembelajar dilatih dngan cara mendiktekan.
Metode ekletek tersebut diajarkan pada mata kuliah Audiion Prononciaton dengan empat belas kali tatap muka dan pendalaman materi yang dipusatkan pada:
1. Pembelajar diperkenalkan dengan konsonan dan vokal dalam bahasa Prancis dan bagaimana melafalkannya.
2. Pembelajar diperkenalkan dengan accent dalam bahasa Prancis dan bagaimana cara membacanya.
3. Pembelajar diperkenalkan dengan Liaison dan enchainement.
Universitas Sumatera Utara
4. Pembelajar dilatih dalam memtraskripsikan fonetik
Metode pembelajaran ekletek Audition Prononciation yang di gunakan yaitu: a.
Pengenalan pada konsonan dan vokal
Consonnes
À noter que certains manuels de phonétique articulatoire donnent des lieux darticulation légèrement différents de ceux-ci. Les coupes sagittales ont été
produites à partir des figures présentées dans: Martin, Pierre 1996. Éléments de phonétique avec application au français, Canada: Presses de lUniversité Laval.
Occlusive, bi-labiale, sourde, orale pie, pot
Occlusive, bi-labiale, sonore, orale bien, beau
Occlusive, apico-alvéolaire, sourde, orale
type, tôt
Occlusive, apico-alvéolaire, sonore, orale
disque, doux
Occlusive, dorso-vélaire, sourde, orale
qui, cou
Occlusive, dorso-vélaire,sonore, orale gare, goût
Constrictive fricative, labio-dentale, sourde, orale
phare, fou
Constrictive fricative, labio-dentale, sonore, orale
vis, vous
Constrictive fricative, prédorso- alvéolaire, sourde, orale
Universitas Sumatera Utara
cil, sou Constrictive fricative, prédorso-
alvéolaire, sonore, orale zouave, zéro
Constrictive fricative, prédorso- postalvéolaire, sourde, orale
chic, chou
Constrictive fricative, prédorso- postalvéolaire, sonore, orale
Gilles, joue
Constrictive vibrante, dorso- uvulaire, sonore, orale
riz, toue
Constrictive latérale, apico- alvéolaire, sonore, orale
lire, loup
Occlusive, bi-labiale, sonore, nasale mie, mou, ma
Occlusive, apico-alvéolaire, sonore, nasale
nez, nous
Occlusive, dorso-palatale, sonore, nasale
agneau, seigneur
Occlusive, dorso-vélaire, sonore, nasale,
camping, trekking
Semi-consonnes
constrictive, dorso-palatale, sonore, orale, non arrondie
pied, bien non disponible
Universitas Sumatera Utara
constrictive, dorso-palatale, sonore, orale, arrondie
tuer, lui non disponible
constrictive, dorso-vélaire, sonore, orale, arrondie
bois, Louis non disponible
http:www.sfu.cafren270Phonetiqueconsonnes.html
Vokal Classement :
Cliquez une fois sur la voyelle pour lécouter.
VOYELLES antérieures
postérieures écartées
arrondies écartées
arrondies ferméeshautes
i y
u
mi-ferméesmi- hautes
e ø
o õ
mi-ouvertesmi- basses
ɛ ɛ̃
œ œ̃
ɔ
ouvertesbasses
a ɑ
ɑ̃ http:www.projet-pfc.netle-francais-expliqueprononciation.html?start=1
Graphie :
Cliquez sur les mots de la colonne Exemple pour les écouter. Son Exemple Autres graphèmes possibles
i dix
style, île, naïf, meeting
e nez
clé, fée, danser, clef, pied, mes, messieurs, et, quai
ɛ mettre
mère, fête, neige, Noël jersey, mais, chaîne, balayer, mer, es, est, jouet, jouais, jouait, près
a sac
là, femme, violemment
y bulle
sûr, eu, eut, eûmes, aiguë
ø bleu
deux, creuse, voeu, jeûner
œ fleur
coeur, cueillir, oeil + mots anglais: flirt, nurse, etc.
ə le
monsieur, faisait
Universitas Sumatera Utara
u joue
goûter, où, saoul, août, football
o beau
mot, maux, diplôme, show, Saône
ɔ pomme
Paul, alcool, yacht, maximum
ɑ pâte
ras
ɛ̃ fin
im possible, syntaxe, tympan, pain, faim, plein, Reims, vînt, examen,
chien, moyen, européen -en précédé de iyé
ɑ̃ banc
champ, vent, empoisonner, faon, Jean, patient,
õ bon
bon, plombier
œ̃ brun
parfum, jeun
http:www.projet-pfc.netle-francais-expliqueprononciation.html?start=1 Setelah mengetahui konsonan dan vokal Prancis maka pembelajar bahasa Prancis
sudah dapat mempraktekan secara individu bagaimana cara pengucapan alfabet tersebut. Pada konsonan terdapat konsonan dan semi konsonan, sedangkan pada
vokal terdapat jumlah vokal 16 dan semua itu memiliki bunyi yang berbeda. Bunyi pada vokal orale dan vokal nasal.
b. Pengenalan pada Accent
Accent
L’accent aigu terdapat pada vokal e menjadi [é].
L’accent graf terdapat pada vokal e,a dan u menjadi [è], [à] dan [ù]
L’accent circonflexe terdapat pada vokal a, i, u, e, o menjadi [â], [î], [û], [ê], [ô]
L’accent trema ¨ terdapat pada vokal a,i,u,e menjadi [ä], [ï], [ü], [ë]
http:grammaire.reverso.net5_4_01_les_accents.shtml
Universitas Sumatera Utara
Setelah pembelajar mengetahui accent pada bahasa Prancis. Maka pembelajar dapat membedakan bunyi vokal yang meiliki accent atau tidak. Hal tersebut
berpengaruh pada kemampuan menulis apabila dilakukan dikte.
c. Pengenalan pada Liaison dan enchainement
Liaison dan enchainement
La [la] + Amie [ami]
L’amie [lami] Le [l
ǝ] + Ami [ami]
L’ami [lami] Si [si]
+ Il [il] S’il [sil]
La [la] + Hirondelle [irõdel] L’hirrondelle [lirõdel]
Le [l ǝ]
+ Homme [ ɔm]
L’homme [l ɔm]
Que [k ǝ] + Elle [el]
Qu’elle [kel]
d. Penulisan transkripsi fonetik
Begitu juga dengan liaoson dan enchsinement. Pembelajar dapat mendengarkan percakapan dalam bahasa prancis dan dapat menuliskan dengan baik. Liaison dan
enchainement berpengaruh pada saat pembelajar melakukan transkripsi fonetik. Misalnya:
un oiseau sur le toi ditranskripsikan menjadi [
œ̃nwazosyrlǝtwa]
le chant des sirènes ditranskripsikan menjadi [l
ǝʃ ɑ̃ desirɛn]
Universitas Sumatera Utara
Diagram metode pengajaran Audition Prononciaton
Dari diagram tersebut dapat diketahui bahwa dari keseluruan pengajaran yang dilakukan dengan melakukan teori dan praktek mempunyai satu kesatuan
yang sangat erat. Ketika pembelajar mempelajari bahasa Prancis maka harus mengetahui Les alphabeth Français, Les Accents Français,
Liaison et enchainement dan Transcription Phonetique.
Universitas Sumatera Utara
Materi yang paling awal pada matakuliah Audition Prononciaton, mahasiswa mempelajari Les alphabeth Français yang terdiri dari vokal orale,
vokal nasal, konsonan dan semi konsonan. Pada saat mempelajari Les alphabeth Français, diajarkan bagaimana artikulasi pada setiap huruf. Pada vokal misalnya
pembelajar harus memahami letaknya di depan atau dibelakang, kemudian bentuk bibir bulat atau pipih, kemudian tinggi rendahnya bunyi huruf tersebut tinggi,
sedang atau rendah. Begitu juga dengan konsonan, pembelajar mengetahui letak setiap huruf. Karena setiap huruf memiliki karakterisasi sendiri-sendiri. Setelah
mengetahui Les alphabeth Français maka pembelajar mempelajari Les Accents Français dan Liaison et enchainement. Metode yang digunakan untuk
mengajarkan Les Accents Français dan Liaison et enchainement yaitu metode verbo tonal, pada saat mempelajari Les Accents Français dan Liaison et
enchainement maka pembelajar mengetahui tinggi rendahnya pada setiap huruf vokal yang memiliki accent dan pada kata maupun kalimat pada saat membacanya
terdapat penyeretan. Apabila pembelajar sudah memahami determinan yang bisa di gabungkan atau yang tidak dapat digabungkan maka pembelajar akan memiliki
pola pembaca dengan nada yang baik pula. Begitu juga dengan penyeretan dari satu kata ke kata selanjutnya maka akan terdengar harmonisasi pada setiap tuturan
kalimat yang diucapkan pembelajar akan baik. Dan dengan sendirinya pembelajar akan dapat membiasakan berbicara menggunakan pola tersebut maka akan
menjadi pembelajar yang memiliki pola nada yang menyerupai penutur aslinya. Setelah
itu Transcription
Phonetique, pembelajar
diajarkan untuk
mentraskripsikan setiap kata, kalimat maupun paragraf untuk memudahkan pembelajar membaca dalam bahasa Prancis. Metode yang digunakan yaitu dengan
Universitas Sumatera Utara
metode stucturo global yang mengetahui struktur kalimat secara sintaksis, morfem dan fonetiknya. Pada saat mentraskripsikan verba misalnya, pada kala kini atau
present dan pada kala lampau atau imparfait maka terjadi perubahan pengkonjugasian dan akan mempengaruhi cara membaca dan penulisan
transkripsi fonetik pun akan berubah. Misalnya kata kerja Faire, pada kala kini untuk je maka menjadi je fait [
Ʒǝfe]. Dan untuk kala lampau atau imparfait pada je maka menjadi je fasait [
Ʒǝfǝzɛ]. Dari keempat topik tersebut maka pembelajar akan mengetahui bagaimana cara melafalkan kata dalam bahasa Prancis. Cara
membaca kalimat dengan menggunakan intonasi yang baik dengan tinggi rendah nada dan durasi setiap suku kata maupun setiap huruf. Dengan adanya bunyi-
bunyi yang diucapkan sesuai dengan tinggi rendah pada satu huruf maka pembelajar akan dapat memiliki ukuran nada maupun durasi untuk mencapai nada
maupun durasi yang memyerupai penutur asli. Kemudian akan dijumpai harmonisasi bunyi pada saat pembelajar membaca satu kalimat dan menjadi satu
paragraf.
7.5 Simpulan