BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengantar
Ciri  prosodi  merupakan  tanda  yang  menjadi  bagian  dari  sistem  lambang bahasa.  Lambang  bahasa  yang  memiliki  fungsi,  bahwa  ciri  prosodi  merupakan
satu  aspek  tuturan  yang  harus  dilihat  dari  dua  sudut  pandang  yaitu,  bagaimana prosodi dihasilkan oleh penutur produksi suara dan bagaimana ciri prosodi dapat
dipahami atau dipersepsi peseptual oleh pendengar. Bab  ini  akan  membahas  konsep  kendala  prosodi  pembelajar  bahasa
Prancis  di  Medan,  membahas  beberapa  teori  dan  pendekatan  yang  menyangkut fonetik dan fonologi, prosodi, sistem bunyi bahasa, modus dan metode pengajaran
bahasa Prancis aerta tinjauan pustaka dari penelitian-peneitian yang terdahulu.
2.2 Konsep
Konsep  penelitian  yang  digunakan  dalam  kajian  ini  memfokuskan  pada kendala  prosodi  pembelajar  bahasa  Prancis  di  Medan  berdasarkan  variabel  jenis
kelamin perempuan dan laki-laki, lama belajar 3 tahun dan lebih dari 3 tahun dan  asal  daerah  Medan,  Karo,  Tobasa,  Langkat  dan  Asahan.  Prosodi
memperlihatkan adanya frekuensi dan durasi serta adanya uji persepsi. Frekuensi memperlihatkan  kontur  tuturan  dalam  modus  deklaratif,  interogatif  absolut,
interogatif parsial dan imperatif. Durasi memperlihatkan nada tinggi, nada rendah, nada  dasar,  nada  final  dan  julat  nada.  Uji  persepsi  memperlihatkan  kemampuan
pembelajar  dalam  mempersepsikan  tuturan  bahasa  Prancis.  Dapat  dilihat  pada
19
Universitas Sumatera Utara
diagram  2.1  berikut  ini  adalah  bagan  konsep  berisi  tentang  konsep-konsep  yang dilakukan pada penelitian.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
2.3 Landasan Teori
2.3.1 Fonetik dan Fonologi
Ferdinand De Saussure dalam bukunya “Cours de Linguistique Generale” ‘Kuliah  Linguistik  umum’,  Saussure  dalam  Bally  dan  Sechehaye:  1916
mendefinisikan  fonologi  sebagai  studi  tentang  bunyi  –  bunyi  bahasa  manusia. Dari  definisi  tersebut  tercermin  bahwa  bunyi  bahasa  yang  dimaksud  olehnya
hanyalah  unsur  –  unsur  yang  terdengar  berbeda  oleh  telinga  dan  yang  mampu menghasilkan satuan – satuan akustik yang tidak terbatas dalam rangkaian ujaran.
Jadi dapat dikatakan bahwa Saussure menggunakkan kriteria yang semata – mata fonetis  untuk  menggambarkan  fonem  dan  memempatkannya  hanya  pada  poros
sintagmatik.  Lalu  Saussure  mengoreksinya  dan  mengatakan  bahwa  pada  sebuah kata  yang  penting  bukanlah  bunyi  melainkan  perbedaan  fonisnya  yang  mampu
membedakan kata itu dengan yang lain. Istilah  fonetik  secara  umum  didefinisikan  sebagai  suatu  kajian  ilmiah
tentang bunyi-bunyi suatu bahasa. Dengan demikian kajian ini merupakan cabang dari  kajian  linguistik  seperti  halnya  morfologi,  sintaksis,  dan  semantik.  Secara
khusus,  fonetik  mengkaji  komponen-komponen  bunyi  phonique  suatu  bahasa lebih  khusus  lagi  kajian  dari  aspek  fisik  pengujaran,  penyampaian  ujaran,  dan
penerimaan  bunyi  dan  dari  aspek  fungsional  yaitu  peran  yang  dimainkan  oleh bunyi-bunyi  ujaran  pada  suatu  bahasa  tertentu  fonologi.  Kajian  fonetik  itu
sendiri dapat ditelaah tanpa mengikutsertakan kajian semantik. Atau dengan kata lain,  kajian  fonetik  merupakan  kajian  bebas  makna.  Oleh  karena  itu,  kita  dapat
melakukan kajian karakteristik fonetik suatu bahasa meskipun kita tidak mengerti maknanya. Fonetik merupakan kajian ilmiah tentang bunyi-bunyi ujaran manusia.
Universitas Sumatera Utara
Hanya bunyi-bunyi ujaran yang dipakai dalam tindak komunikasilah yang dikaji dalam  fonetik, sementara bunyi di  luar  itu seperti bunyi  batuk, berdahak, helaan
nafas,  termasuk  pula  bunyi-bunyi  non  insani,  seperti  kicauan  burung,  suara guntur, guruh, dan  lain-lain  bukan  merupakan kajian  fonetik. Sebaliknya, kajian
fonologi  tidak  dapat  dilepaskan  dari  kajian  tentang  makna  karena  kajian  ini berkaitan  dengan  fungsi-fungsi  ujaran  dalam  menyampaikan  pesan  message.
Oleh karena itu, dalam mengkaji fonologi, kita harus memahami aspek semantik bahasa tersebut.
Pada saat mendengarkan bunyi-bunyi bahasa dan dianalisis secara akustik memerlukan  telinga  yang  berfungsi  sebagai  panca  indra  pendengaran  untuk
menganalisis  bnyi-bunyi  tersebut.  Melalui  telinga  dapat  diketahui  pembicara tersebut  muda,  tua,  berpendidikan,  tidak  berpendidikan  maupun  asal  daerah.
Tindakan tersebut merupakan analisis fonetik. Tetapi pada saat otak menganalisi secara  akustik  bunyi-bunyi  bahasa  yang  diterima  oleh  telinga  maka  otak
mengetahui  bunyi  bahasa  apakah  yang  sedang  didengarkan.  Misalnya  contoh modus bahasa Prancis:
C’est long  [selõ] atau C’est bon [sebõ] atau C’est rond [serõ]
Ini panjang Ini enak
Ini bulat
Leon et Bhatt:2005 Bunyi  bahasa  tersebut  merupakan  tuturan  yang  memiliki  ciri  khas  dari
bahasa  tertentu.Verhaar:1999  berpendapat  bahwa  bunyi  bahasa  diselidiki  oleh fonetik  dan  fonologi.  Fonetik  meneliti  bunyi  bahasa  menurut  pelafalannya,  dan
menurut  sifat  akustiknya.  Sedangkan  fonologi  meneliti  bunyi  bahasa  tertentu menurut  fungsinya.  Misalnya  saja  bunyi  [p]  pada  bahasa  Prancis.  Bunyi  [p]
menurut sifat fonetisnya terletak dalam kurung persegi. Dalam bahasa Prancis [p]
Universitas Sumatera Utara
merupakan  konsonan  occlusive  misalnya  épais  [ ɛpɛ],  [p]  juga  merupakan
konsonan  sourdes  tidak  bergetar  misalnya  pâte  [p ɑt],  [p]  juga  merupakan
konsonan  dengan  yang  forte  misalnya  pas  [pa]  Léon:1966.  Oleh  karena  itu fonetik  mengkaji  komponen-komponn  bunyi  phonique  suatu  bahasa  lebih
khusus  lagi  kajian  dari  aspek  fisik  pengujaran,  penyampaian  ujaran,  dan penerimaan  bunyi  dan  dari  aspek  fungsional  yaitu  peran  yang  dimainkan  oleh
bunyi-bunyi ujaran pada suatu bahasa tertentu fonologi. La  phonétique  est  l’étude  de  la  production,  de  la  transmission  et  de  la
perception  des  sons  de  la  parole  Léon:2005.  Fonetik  mempelajari  tetang bagaimana  memproduksi  bunyi,  mentransmisikan  bunyi  dan  mempersepsikan
bunyi. Tiga cabang fonetik yaitu fonetik artikulatoris, fonetik akustik dan fonetik auditive. Fonetik artikulatoris meneliti alat-alat ucap manusia melalui organ bicara
seperti  lidah,  langit-langit,  dan  gigi  yang  digunakan  untuk  menghasilkan  bunyi ujaran. Misalnya [p] dalam bahasa Prancis, kedua bibir harus dikatupkan bersama-
sama,  dihembuskan  udara  dari  paru-paru,  dan  bibir  dibuka  sehingga  membuat letupan.
Universitas Sumatera Utara
http:id.wikipedia.orgwikiberkas.places_of_articulation.svg
Daerah artikulasi pasif  aktif: 1.  Bibir  luar,  2.  Bibir  dalam,  3.  Gigi,  4.  Rongga-gigi,  5.  Pascarongga-gigi,  6.
Pralangit-langit,  7.  Langit-langit,  8.  Langit-langit  belakang,  9.  Tekak,  10.  Hulu kerongkongan,  11.  Celah  suara,  12.  Katup  napas,  13.  Akar  lidah,  14.  Lidah
belakang, 15. Punggung lidah, 16. Lidah depan, 17. Ujung lidah, 18. Bawah ujung lidah.
Komponen-komponen yang sangat penting  dalam mendeskripsikan aspek fisik  bunyi  suatu  bahasa  adalah  gerakan  larynk  dan  juga  corde  vocal  rongga
mulut,  posisi  organes  mobiles  artikulator  pada  cavite  bucale  rongga  mulut seperti  lidah,  dan  fungsi  des  cavités  nasales  rongga  hidung  yang  berfungsi
sebagai resonator. Fonetik  akustik  mempelajari  bunyi  menurut  sifat-sifatnya  sebagai  bunyi
bahasa.  Sebagai  contoh,  buni  konsonan  [s]  dalam  bahasa  Prancis  memiliki
Universitas Sumatera Utara
frekuensi lebih tinggi dibanding konsonan lain seperti bunyi [ ʃ]. Seperti pada kata
sou [su] dan chou [ ʃu].
Fonetik auditive mempelajari bunyi yang didengar dan dianalisis oleh otak dan  dialirkan  ke  indra  pengucap  untuk  menghasilkan  bunyi  bahasa.  Sebagai
contoh,  apa  yang  membuat  kita  mendengar  bunyi-bunyi  silabel  bertekanan  une syllabe  acccentuée  apakah  panjang  pendeknya  suara,  kekuatan  suara,  atau
frekuensi,  ataukah  kombinasi  ketiganya.  Seperti  diketahui  kepekaan  telinga manusia  dalam  mendengar  bunyi  memiliki  batas  minimal  dan  batas  maksimal,
dan  variasi  batas  kepekaan  setiap  orang  berbeda-beda.  Selain  itu,  hasil pendengaran  bunyi  oleh  telinga  pada  masing-masing  orang  sangat  bergantung
pada  orang  yang  mendengar  dan  pada  pengalaman  orang  tersebut  dalam mendengar  suatu  bunyi.  Kajian  tentang  bidang  fonetik  auditif  ini  biasa  disebut
dengan la psychologie expérimentale. Dengan  fonetik  dapat  dipelajari  tentang  gaya  bahasa  seseorang  yang
dilihat dari jenis suara, secara emosional, sikap, aksen individu yang menjelaskan asal daerah dan status sosial.
La  phonologie  suprasegmentale  touche  à  tout  ce  qui  au-delà  de  ces segments individuels. Elle traite surtout de deux facteurs qui portent sur le group
rythmique  ou  la  phrase  entière  et  qi  influence  notre  compréhension: l’accentuation et intonation Antes:2007.
Fonologi  suprasegmental  menandai  ciri-ciri  segmen  dari  individu.  Bunyi suprasegmental  mencakup  pada  dua  faktor  yaitu  grup  ritme  pada  modus  yang
mempengaruhi  tekanan  accent  dan  intonasi  intonation  pada  pemahaman pendengar Antes:2007
Universitas Sumatera Utara
2.3.2 Prosodi
Pada sebuah tuturan  memiliki unsur  lain  yang  mengkarakterisasi struktur leksikal sesuai dengan struktur yang harus dituturkan. Dari sudut pandang fonetik,
unsur yang pertama  disebut unsur segmental, dan unsur yang mengkarakterisasi unsur  segmental  itu  disebut    unsur  suprasegmental  atau  prosodi.  Setiap  prosodi
memiliki frekuensi dan durasi. Collier dalam Sugiyono 2003 mengatakan bahwa ciri prosodi mempnyai
fungsi  demarkasi  yaitu  sebagai  pewatas  dalam  tuturan.  Sebagai  pewatas antarmodus,  prosodi  menandai  kohesi  leksikal  dalam  satuan  informasi  yang
ditonjolkan di antara satuan-satuan lain. Dalam hal ini prosodi sebagai pembatas yang  berfungsi  sebagai  penekanan  sehingga  makna  tuturan  menjadi  lebih
transparan  bagi  pendengar.  Pembatas  inilah  yang  disebut  Perseptual  Boundary Strenght  PBS.  Prosodi  juga  dapat  di  gunakan  untuk  memarkahi  batas  antar
satuan informasi, seperti pewatas antar kata atau antar frasa yang dapat dipahami oleh  pendengar.  Pada  tataran  wacana,  pewatas  itu  memiliki  ekuivalensi  dengan
pewatas lain dan pada tataran yang lebih tinggi dari pada struktur wacana, prosodi menjadi pewatas, misalnya, untuk pergantian topik dalam monolog dan pemarkah
turn-taking  dalam  percakapan.  Heuven  dalam  sugiyono  2003  merinsi  fungsi prosodi  atas  tiga  macam,  yaitu  memberi  pembatas  domain  atau  bagian  tuturan
misalnya  paragraf,  modus,  atau  frasa,  memberi  sifat  tertentu  pada  informasi yang  ditampilkan  dalam  domain  misalnya  pernyataan  atau  pertanyaan,  dan
menonjolkan konstituen tertentu. Menurut  Cruttenden  1997  ciri-ciri  prosodik  meluas  pada  domain  yang
bervariasi,  yaitu  dapat  terjadi  pada  ucapan  yang  pendek,  seperti  satu  suku  kata
Universitas Sumatera Utara
atau satu morfem disebut nada berhubungan dengan domain  lebih pendek, dan dapat terjadi pada ucapan yang panjang, satu frasa, satu klausa, atau satu modus
disebut intonasi umumnya berhubungan dengan domain lebih panjang. Kajian  prosodi  la  prosodie  adalah  fonem-fonem  suprasegmental  les
phonèmes  suprasegmentaux,  yaitu  elemen-elemen  fonik  yang  bersifat  supra taille  supérieur  pada  proses  penyampaian  pesan  wicara  seperti  aksentuasi
l’accentuation, dan intonasi l’intonation. Gardes-Tamine 1991 memaparkan bahwa La Prosodie regroupe sous ce terme des phénomènes comme l’accent, les
tons,  le  rythme,  la  quantité  et  l’intonation.  Ils  font  intervenir  l’intensité,  la quantité, la durée et la hauter du son. Prosodi gabungan dari tekanan, nada, ritme,
kuantitas dan intonasi. Dari semua itu dikenal dengan intensitas, kuantitas, durasi, dan tinggi nada.
La  Prosodie  comprend:  l’accentuation,  le  rythme,  l’intonation  et  la syllabation  Abry:2007.  Prosodi  bahasa  Prancis  yang  mencakupi  accent  atau
tekanan,  irama,  intonasi, dan suku kata. Bahasa  Prancis  merupakan  bahasa  yang memiliki  tekanan  yang  pasti.  Penggunaan  tekanan  pada  bahasa  Prancis
ditempatkan pada vokal terakhir pada pengucapan suku kata atau kumpulan kata. Kumpulan kata tersebut di sebut iama.
Contoh pada: Un café
[ œ̃kafe       ]
Secangkir kopi
Un café allongé [
œ̃kafealõƷe       ] Terjadi tekanan “é” pada kata café pada modus imperatif.
Dalam  pengajaran  bahasa  Prancis  harus  ditekankan  bahwa  tekanan diletakkan  tergantung  dari  penempatan  kata  pada  satu  modus.  Hal  tersebut
Universitas Sumatera Utara
disebabkan banyak bahasa yang memiliki tekanan pada kata dan pembelajar dapat mengucapkan satu kata tanpa tekanan.
Realisasi tekanan suku kata pada huruf vokal yang memiiki accent bahasa Prancis  lebih  panjang  dibandingkan  dengan  semua  vokal  yang  tidak  memiliki
tekanan. Direalisasikan dengan suara lebih keras atau lebih tinggi dari pada vokal- vokal yang lain.
Tekanan accent dan ritme dalam bahasa Prancis memiliki variasi bunyi. Dalam satu modus, bahasa Prancis memiliki jumlah tekanan yang bervariasi dan
ritme yang berbeda. Contoh:
1.  Ce matin très tôt, il a télèphoné. [semat
ɛ̃trɛto         ilatelɛpone]
Pagi-pagi buta tadi, dia telah menelepon saya
2.  Ce matin, très tôt, il a télèphoné. [semat
ɛ̃      trɛto      ilatelɛpone]
Pagi-pagi buta tadi, dia telah menelepon saya
3.  Si tu as le temps, demain, viens avec moi chez le docteur.
Jika kamu ada waktu, besok, pergi ke dokter dengan saya
[si ty a l ǝ tɑ̃       dǝmɛ̃        vjɛ̃  avek mwa ʃe lǝ dokt
œ] 4.  Si tu as le temps demain, viens avec moi chez le docteur.
Jika kamu ada waktu, besok, pergi ke dokter dengan saya
[si ty a l ǝ tɑ̃  dǝmɛ̃        vjɛ̃  avek mwa ʃe lǝ doktœ]
Dari keempat contoh tersebut memilki ritme dan tekanan yang berbeda-beda. Pada contoh no.1 memiliki 2 grup ritme dan 2 tekanan, no.2 memiliki 3 grup ritme dan
3 tekanan, no.3 memiliki 4 grup ritme dan 4 tekanan, no.4 memiliki 3 grp ritme dan  3  tekanan.  Tekanan  accent  memiliki  fungsi  demarkatif  yang  berarti  tidak
terbatas dari grup nomina, grup verba, keterangan tempat, keterangan waktu dan sebagaianya.
Universitas Sumatera Utara
Accent  atau  tekanan  dapat  dibedakan  sesuai  dengan  jenisnya.  Ada  accent  fixe yaitu  tekanan  yang  terlihat  dan  ada  juga  accent  libre  yaitu  accent  yang  tidak
terlihat.  Bahasa  prancis  berkiblat  pada  jenis  accent  fixe  dimana  tekanan  selalu terjadi pada suku kata terakhir pada kata atau kelompok kata, maupun modus.
Contoh pada: Tableau
[tablø]
Papan tulis
Un tableau noir [
œ̃tablønwar]
Sebuah papan tulis hitam
Irama  dalam  bahasa  Prancis  biasa  terjadi  pada  semua  suku  kata.  Pada pengucapan  kata,  bahasa  Prancis  memiliki  durasi  dan  intonasi  yng  tidak  sama.
Satu suku kata memiliki tekanan yang lebih panjang. irama  dalam  linguistik  berhubungan  erat  dengan  tekanan.  Persamaan
antara pajang irama ditunjukkan nada. Seperti pada grup kata yang memiliki tiga atau  empat  suku  kata,  memiliki    suara  naik.  Irama  digunakan  pada  saat
membacakan puisi. Contoh pada puisi:
Je déteste ce texte inepte. Voici une affreuse nouvelle
C’est la triste vérité. Que me dites-vous là?
La terre est ronde Il marche lentement
Il marche prestement Il voit le petit chat.
[ Ʒdetɛstǝstɛkstinɛpt]
[vwasiynafrøznuv ɛl]
[s ɛlatristǝverite]
[k ǝmditvula]
[lat ɛrɛrõd]
[ ilmarʃǝlɑ̃ tmɑ̃]
[ ilmarʃǝprɛstǝmɑ̃]
[ilvwalp ǝtiʃa]
Universitas Sumatera Utara
Je me désole [
Ʒǝmdezɔl] Gardes-Tamine:1991
Intonasi  dalam  fungsi  linguistik  terdapat  pada  modus  deklaratif,  modus interogatif atau imperatif. Sedangkan intonasi dalam fungsi ekspresif menyatakan
adanya  perbedaan  pada  pembicara  pada  saat  menyatakan  keragu-raguan, konfirmasi, marah dan kejutan. Pada modus deklaratif bisa memiliki banyak grup
ritme tergantung dari panjangnya modus. Ada intonasi naik dari suku kata terakhir dari  grup  yang  dijadikan  sbagai  pelanjut  modus,  dan  intonasi  turun  pada  akhir
modus. La phrase déclarative, elle descend en fin de phrase Abry:2007. Modus
deklarative memiliki intonasi turun pada akhir modus. Contoh:
Je pense partir ce soir [
Ʒpɛ̃ spartisǝswar]
Saya berpikir pergi sore ini
Modus deklaratif  memiliki  banyak grup ritme sesuai dengan panjang  modusnya. Ada  intonasi  naik  pada  suku  kata  terakhir  menandakan  bahwa  modus  tersebut
berlanjut, dan intonasi turun pada suku kata terakhir. Contoh:
Il a dit     qu’il viendrait      si on l’invitait     très solennellement
Dia bicara bahwa dia akan datang jika kita mengundangnya suatu kebanggaan
. [
iladikilvɛ̃ drɛsiõlɛ̃ vitɛtrɛsolenelemɛ̃] La  phrase  interrogative,  sans  mot  interrogatif,  l’intonation  montante  en
fin  de  phrase  et  avec  un  mot  interogatif,  l’intonation  dépendra  place  du  mot interogatif:  en  début  ou  fin  de  phrase  Abry:2007.  Pada  modus  interogatif,
intonasi  naik  pada  akhir  modus  jika  tidak  adanya  kata  tanya.  Tetapi  dengan
Universitas Sumatera Utara
menggunakan kata tanya, intonasi akan naik sesuai letak dari kata tanya tersebut, bisa di depan atau di akhir modus.
Contoh: Tu pars?
[typar?      ]
Anda pergi?
Tu ne pars pas? [tyn
ǝparpa?      ]
Anda tidak pergi?
Quand pars-tu? [k
ɑ̃ party?      ]
Anda kamu pergi?
Quand est-ce que tu pars? [k
ɑ̃ tesketypar?      ]
Anda kamu pergi?
Tu pars quand? [typark
ɑ̃        ]
Anda pergi kapan?
La phrase impérative secaractérise par la forte descente de la voix sur la dernière  syllabe.  Il  y  a  un  grand  écart  avec  la  syllabe  précédente  Abry:2007.
Modus  imperatif  memiliki  karakteristik  dari  tingginya  suara  dengan  nada  tinggi pada suku kata terakhir. Hal tersebut mempengaruhi suku kata selanjutnya.
Contoh: Sortez immédiatement
[soteim
ɛdiǝtǝmɛ̃]
Keluar cepat
Pada  bahasa  Prancis  intonasi  juga  merupakan  satu  ekspresi,  walaupun tidak  merupakan  bagian  linguistik,  intonasi  menunjukkan  sikap  seorang
pembicara,  apakah  ragu-ragu,  marah,  senang,  terkejut  maupun  hanya mengabarkan saja.
Intonasi  memiliki  fungsi  yang  sangat  mempengaruhi  suatu  modus  dalam linguistik. Intonasi dapat membedakan jenis modus dan menunjukkan suatu kata
yang penting dalam satu  modus. L’intonation, c’est la structuration de l’énoncé Leon et Bhatt:2005. Intonasi adalah truktur terpenting pada satu modus.
Universitas Sumatera Utara
Secara  fisik,  bunyi  berasal  dari  suara  yang  dihasilkan  oleh  pergerak  pita suara.  Frekuensi  perpindahan  tergantung  dari  kecepatan  dan  aliran  udara  dan
tekanan kuat atau lemah dari pita suara. Tingginya suara bervariasi sesuai dengan fungsi dan faktor pergerakan. Dalam akustik, melodi menghasilkan variasi bunyi
yang sangat mendasar dimana harmoni suara normal lebih sering terjadi. Intonasi  dapat  menggambarkan  kontur  melodi  ada  atau  tidaknya  jumlah
tekanan yang jelas. Beberapa pendapat tentang continuitas, final, pertanyaan. 4  Question
3  Continuité 2    Niveau  du  fondamental  niveau
moyen 1  Finalité
4 3
2 1
Leon et Bhatt:2005 Dengan skema melodi diatas dapat diketahui jenis-jenis modus secara mudah.
Contoh: Modus deklaratif dengan melodi netral
4 3                          tis
2     ils sont par-         ce ma 1                                            tin
Universitas Sumatera Utara
Modus deklaratif dengan penjelasan 4
3                       pas, 2    j’en mange                   sauf si j’ai
1                              dit-il,                    faim.
Modus imperatif 4     des-
3           cen- 2                 dez
1                        vite
Modus interogatif 4                        ça?
3                mez 2    vous ai-
1
Modus interogatif dengan kata interogasi 4
3               vous 2   est-ce                   vous venez?
1
Universitas Sumatera Utara
Modus interogatif dengan inversi 4                  gez
3         man-        vous? 2   en
1
Intonasi  merupakan  bagian  dari  prosodi,  tekanan  dan  intonasi  yang dijelaskan  melalui phonematik yaitu fonem, vokal dan konsonan. Seperti tekanan,
intonasi  berfungsi  sebagai  fungsi  demarkatif  yang  berfungsi  sebagai  pemberi makna suatu modus.
Pengertian  tentang  ritme  dan  melodi  kelompok  gerakan  tidak  dapat  dipisahkan dalam  bahasa  Prancis.  Terlihat,  kontur  melodis  yang  turun  dibawa  dengan
menekankan  jumlah  suku  kata  akhir  memungkinkan  pendengar  untuk  struktur modus unit untuk merekonstruksi makna secara keseluruhan ucapan.
Gerakan-gerakan  melodi  ini  sangat  bervariasi  dan  mencerminkan  emosi  dan karakteristik  individu  dalam  situasi  komunikatif.  Konsep  melodi  dalam  bermain
peran  penting  dalam  menggambarkan  gerakan  frase  melodi.  Dalam  kontur melodis  mungkin  bergerak  naik      atau  gerakan  ke  bawah      .   Sebuah  modus
yang terdiri dari satu kata atau satu grup rytme dapat dikatakan sebagai jatuh nada deklinasi atau nada naik inklinasi. Jika pengucapan suara mendatar, ungkapan
akan  ditafsirkan  sebagai  modus  deklaratif.  Jika  pengucapan    suara  naik,  akan ditafsirkan  sebagai  modus  interogatif.  inklinasi atau deklinasi tidak  menekankan
intonasi pada suku kata, yang ditandai dalam tulisan ini. Anne.   Anne.                    Anne?    Anne?
Universitas Sumatera Utara
[an]                                      [an]
Ma gentille voisine. tetangga baik saya [ma
Ʒɛ̃tivwazin] Ma gentille voisine? tetangga baik saya?
[ma Ʒɛ̃tivwazin]
Untuk  modus  yang  lebih  panjang  dapat  diindikasikan  oleh  jeda,  tetapi paling  sering  akan  ditandai  dengan  intonasi.  Dengan  demikian  Ma  gentille
voisine ma invitée tetangga baik saya mengundang saya dapat dibagi menjadi Ma gentille voisine tetangga baik saya dan ma invitée mengundang saya.
Suku  kata  dari  kedua  kelompok  berirama  masing-masing,  dan  perbatasan  antara dua kelompok yang ditandai oleh gerak melodis tertentu, atas atau bawah sesuai
dengan  aturan  dua  prosodi  tertentu.  Intonasi  Prancis  dapat  diringkas  dalam  dua mekanisme yang sederhana.
Gambaran tentang pola melodi dasar dari frase Prancis, dan aturan-aturan yang ada, dipahami untuk memodulasi fungsi ganda yang dapat mengisi intonasi.
Lintonation:  organise  lensemble  de  lénonciation;  structure  la  pensée  du locuteur  à  travers  la  syntaxe  de  la  phrase;  exprime  létat  desprit  et,
éventuellement,  létat  émotionel  de  celui  qui  parle;  traduit  lintention  de communication du locuteur; trahit des distorsions entre les mots et le sens que le
locuteur veut donner; dévoile à lauditeur des ambiguïtés cachées, des intentions qui ne sont pas exprimées clairement seulement à qui sait entendre; oriente le
choix  et  linterprétation  de  lauditeur;  suggère  des  pistes  multiples  de
Universitas Sumatera Utara
compréhension, des choix préférentiels à faire dans linterprétation, en particulier dans le non-dit E. Lhote: 1995
Intonasi: Interpretasi dari pendengar menunjukkan beberapa pemahaman dengan menunjukkan adanya sesuatu yang tidak bisa dikatakan. Dengan menyusun semua
lafal  yang  terstruktur  pembicara  dapat  memahami  pembicaraan  melalui  sintaks modus  untuk  mengungkapkan  suasana  hati  dan  mungkin  keadaan  emosional
pembicara.  Situasi  tersebut  menerjemahkan  maksud  dari  pembicara  dengan bahasa  komunikatif  bermaksud  menuturkan  kata  dan  makna  bahwa  pembicara
ingin  mengungkapkan  kepada  pendengar  bahwa  maksud  yang  tidak  jelas  dapat diungkapkan. E. Lhote:1995
Disebutkan  di  sini  bahwa  fungsi  yang  paling  relevan  dengan  situasi pembelajaran  bahasa  kedua  dan  didefinisikan  oleh  Lhote  untuk  penjelasan  rinci
tentang  berbagai  fungsi  intonasi.  Di  Cristo  mendefinisikan  bahwa:  Fungsi distingtif    atau  Fungsi  pembeda,  dengan  tidak  adanya  tanda  untuk  membedakan
sintaksis seperti modus deklaratif, sebuah modus interogatif atau modus imperatif. Di  Cristo  berpendapat  bahwa  fungsi  modal  yang  beroperasi  pada  dua  tingkat:
tingkat primer modalitas atau tidak ekspresif, dan tingkat sekunder atau ekspresif modalitas.  Mendengarkan  dan  melihat  pernyataan  berikut  masing-masing
memiliki tiga modalitas utama yang berbeda: a.
Tu manges avec lui demain. [tym
ɑ̃aveklwidemɑ̃       ]
Anda makan bersamanya besok.
b. Tu manges avec lui demain?
[ tymɑ̃ aveklwidemɑ̃       ]
Anda makan bersamanya besok?
c. Tu manges avec lui demain
[ tymɑ̃ aveklwidemɑ̃       ]
Anda makan bersamanya besok
Universitas Sumatera Utara
Fungsi  demarkatif  disebut  fungsi  disambiguasi  oleh  Di  Cristo  mengambil organisasi  semantik  suatu  ucapan,  dan  dengan  demikian  menghapus  beberapa
ambiguitas.  Fungsi  sintaksis,  dengan  intonasi  saja,  untuk  membangun  hubungan koordinasi  dan  subordinasi  antara  2  modus  atau  2  segmen  disandingkan
pernyataan.    Écoutez  et  visualisez  les  2  exemples  suivants:  Dengar  dan  melihat contoh 2 berikut:
a. Laporan sebab dan akibat.
Il sest acharné. Il a terminé son projet.
Dia kesulitan. Dia sudah menyelesaikan proyeknya.
b. Laporan keadaan
Tu franchis cette porte. Cest fini.
Anda melintasi pintu. Sudah selesai.
Fungsi ekspresif termasuk dalam  subjektif dan  mencerminkan emosi,  niat, sikap pembicara, dan diwujudkan dalam berbagai cara tergantung pada tingkat ekspresi,
kepribadian dan maksud dari setiap komunikasi. “ Au sein dun groupe donné se construisent des habitudes de communication qui
permettent aux participants de se comprendre facilement, de se comprendre à mi- mot, voire de se deviner.  Lhote , 1995
Dalam kelompok tertentu komunikasi biasanya dapat dimengerti dengan mudah untuk memahami pertengahan kata maupun  memilih penggunaan kata.  Lhote,
1995. Sistem  bahasa  Prancis  memiliki  banyak  mekanisme  untuk  menunjukkan
kohesi  atau  pembagian  unit  berturut-turut  dalam  rantai  yang  diucapkan. Mekanisme dijelaskan paling  baik  sampai saat  ini adalah lélision penghilangan
bunyi dlm percakapan, lenchaînement penyeretan et la liaison. penghubung.
Universitas Sumatera Utara
Dengan  demikian,  dalam  kelompok  petits  amis  kawan  dekat,  la  liaison penghubung antara petits dan amis” suatu kelompok menandai kohesi dalam
rantai  yang  diucapkan.  Sebaliknya  dalam  modus  les  petits  aiment  le  chocolat anak-anak  suka coklat, tidak  ada  link dalam kelompok les petits anak-anak
dan  aiment  le  chocolat  suka  coklat.  menunjukkan  pembagian  urutan  ke  dua unit:  les  petits  anak-anak  dan  aiment  le  chocolat  suka  coklat
http:coursweb.edteched.ottawa.cnphonetiquepagesphonetiqueliaisons. La  prononciation  de  ces  consonnes-dites  de  liaison  ou  d’enchaînement-
dépend de leur position à l’intérieur d’un même groupe rythmique ou à la jointure de  deux  groupes  Leon  et  Bhatt:2005.  Pelafalan  konsonan  dapat  dihubungkan
atau  penyeretan  tergantung  dari  letaknya  pada  grup  ritme  yang  sama  atau penggabungan.
Penggabungan konsonan  merupakan konsonan  yang diucapkan  yaitu pada posisi di belakang kata.
Élision Leon:1961 terdapat pada penulisan dan pengucapan, pada vokal [a], [e], atau [i], berada di depan kata yang dimulai dengan huruf vokal atau h muet:
La [la] +  Amie [ami]
L’amie [lami] Le [l
ǝ] +
Ami [ami] L’ami [lami]
Si [si] +
Il [il] S’il [sil]
La [la] +
Hirondelle [irõdel] L’hirrondelle  [lirõdel]
Le [l ǝ]
+ Homme [
ɔm] L’homme  [l
ɔm] Que [k
ǝ]  + Elle [el]
Qu’elle [kel] Enchainement  Leon:1961  satu  kata  dibelakang  apabila  dalam  pengucapan
diucapkan  dengan  konsonan  dan  bertemu  dengan  huruf  vokal  pada  kata
Universitas Sumatera Utara
selanjutnya, maka meiliki irama yang sama, misalnya: une amie [ynami]. Terjadi pengecualian pada konsonan [f] pada kata neuf berubah menjadi v apabila berada
di depan kata  neuf heures [nœvœ:r] dan neuf ans [ nœvɑ̃].
Liaison atau penyeretan irama dari satu kata ke kata yang lain Leon:1961 huruf konsonan yang berada pada akhir kata pada tulisan, tetapi tidak pada pengucapan,
didepan  konsonan  atau  h  aspiré.  Diucapkan  jika  terletak  didepan  vokal  atau  h muet.  Seperti  pada  kata  petit  [peti]  yang  diucapkan  dengan  dua  variasi  bunyi
sesuai dengan distribusinya. Sans Liaison
Avec Liaison En finale
+ Consonne + h aspiré
+ voyelle + h muet
Il est petit [pti]
Petit garçon [ptigarsõ]
Petit héros [ptiero]
Petit enfant [ptit
ɑ̃ fɑ̃] Petit homme
[ptit ɔm]
Ils sont petits [pti]
Petit garçons [ptigarsõ]
Petit héros [ptiero]
Petits enfant [ptitz
ɑ̃ fɑ̃] Petits homme
[ptitz ɔm]
2.3.2.1 Frekuensi
Frekuensi  merupakan  bunyi  yang  berpengaruh terhadap tinggi rendahnya nada  sebuah  bunyi.  Frekuensi  bunyi  menentukan  tinggi  atau  rendahnya  nada
sebuah  bunyi. Dengan kata  lain,  frekuensi  bunyi  menurut Lehiste 1970 adalah jumlah getaran dalam waktu satu detik Lehiste, 1970; Johnson, 2003. Frekwensi
menentukan  titi  nada  atau  nada.  Adalah  satu  hal  yang  sangat  sulit  untuk mendeskripsikan secara konkrit tentang bunyi, sebab bunyi dapat diujarkan tetapi
tidak  dapat  diamati  secara  akurat.  Akan  tetapi,  dari  sudut  pandang  ilmu  fisika bunyi dapat diukur dan digambarkan dalam  bentuk grafik  yang  menggambarkan
gelombang  sinusiodal,  yaitu  gelombang  yang  berulang-ulang  Hayward,  2000 sehingga bunyi dapat dijelaskan sebagai suatu rangkaian siklus cycle.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2.2 Durasi
Durasi  menurut  Sugiyono  2003  merupakan  rentang  waktu  yang diperlukan  untuk  realisasi  sebuah  segmen  yang  diukur  dalam  satuan  milidetik.
Jika segmen itu berupa modus, rentang waktu itu biasanya disebut tempo. Durasi dapat diartikan sebagai penentuan waktu rangkaian artikulatori dan dimensi waktu
terhadap  sinyal  akustik.  Lehiste  1970  berpendapat  bahwa  durasi  juga  bisa diasosiasikan dengan istilah kuantitas jika berfungsi sebagai suatu variabel bebas
di  dalam  sistem  fonologi  bahasa.  Oleh  sebab  itu  ,  istilah  durasi  instriksi  bisa digunakan  terkait  dengan  durasi  suatu  segmen  yang  ditentukan  oleh  kualitas
fonetiknya.
2.3.2.3 Nada Dasar
Halim dalam Sugiyono 2003 memaparkan bahwa nada dasar digunakan untuk menyebut frekuensi fundamental nada awal yang relevan dalam sebuah alir
nada  atau  sebuah  kontur.  Halim  menganggap  bahwa  nada  2  sebagai  nada  netral dan  nada  ini  mengawali  kelompok  jeda,  kajian  ini  menetapkan  nada  awal  itu
sebagai dasar acuan pendeskripsian, baik alirnada maupun kontur secara lengkap. Artinya,  pola  perubahan  nada  di  dalam  alir  nada  dan  kontur  intonasi  sebuah
intonasi akan dideskripsikan dengan cara melihat ukuran perbedaan atau ekskursi nada-nada relevan dalam alir nada dan kontur itu dari nada dasarnya.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2.4 Nada Final
Yang disebut nada final adalah nada relevan yang berposisi di akhir kontur intonasi secara keseluruhan. Karena memisahkan satu kontur dengan kontur lain,
nada  final  juga disebut batas  final.  Oleh karena  itu pembedaan struktur melodik tuturan  dari  modus  deklaratif,  interogatif  dan  imperatif  didasarkan  pada  tinggi
nada final.
2.3.2.5 Puncak Nada
Puncak  nada  peak  digunakan  untuk  menyebut  prominensi  tertinggi dalam  sebuah  alir  nada.  Lawan  dar  nada  puncak  adalah  lembah  valley.  Dalam
kaitannya dengan F0, puncak nada adalah F0 tertinggi dalam sebuah alirnada yang dalam bahasa Prancis, umumnya berposisi pada pertengahan alir nada.
2.3.2.6 Julat Nada
Julat  Nada  pitch  range  adalah  rentang  F0  dalam  sebuah  tuturan.  Nada dasar ditentukan dengan menghitung selisih F0 tertinggi dan F0 terendah. Dengan
demikian julat nada dalam kajian ini sama dengan istilah tonal space.
2.3.2.7 Alir Nada
Alir  nada  pitch  movement  adalah  komposisi  nada-nada  relevan  dalam domain  konstituen  pembentuk  tuturan.  Atas  dasar  perbandingan  atau  perubahan
tinggi F0 relevan itulah sebuah alirnada digambarkan. Dalam kajian Halim dalam Sugiyono: 2003, konsep alirnada ini kurang lebih sama dengan konsep pola nada
Universitas Sumatera Utara
pitch  movement  kombinasi  nada  dalam  domain  kelompok  jeda  atau  kelompok tona.
2.3.2.8 Kontur Intonasi
Kontur intonasi intonation contour adalah kombinasi nada yang memberi ciri melodik sebuah tuturan dalam domain modus atau yang membentuk struktur
melodik  sebuah tuturan. Dalam  beberapa pendekatan,  intonasi dianalisis sebagai kontur yang di dalamnya berisi variasi tingkat tinggi nada.
2.3.2.9 Jeda
Jeda  pause  adalah  hentian  sesaat  antara  satu  konstituen  dengan konstituen  berikutnya  dalam  sebuah  tuturan.  Jeda  digunakan  sebagai  pembatas
konstituen-konstituen pokok ujaran, seperti batas antara klausa yang satu dengan klausa yang lain atau antara konstituen subjek dengan konstituen predikatnya.
2.3.2.10 Ambang Atas
Ambang  atas  adalah  nilai  unik  stimulus  yang  jika  dilampaui  batas  atas akan memicu respon positif dan sebalimnya jika tidak melampaui batas atas akan
memicu  respon  negatif.  Karena  nilai  unik  itu  seringkali  berubah-ubah  meski stimulus  dan  subjek  yang  mempersepsi  sama,  ambang  tidak  benar-benar  bisa
berada pada satu titik nilai unik mutlak seperti yang dikonsepkan.
2.3.2.11 Ambang Bawah
Universitas Sumatera Utara
Ambang atas adalah nilai unik stimulus yang jika dilampaui batas bawah akan  memicu  respon  positif  dan  sebalimnya  jika  tidak  melampaui  batas  bawah
akan memicu respon negatif. Karena nilai unik itu seringkali berubah-ubah meski stimulus  dan  subjek  yang  mempersepsi  sama,  ambang  tidak  benar-benar  bisa
berada pada satu titik nilai unik mutlak seperti yang dikonsepkan.
2.3.2.12 Deklinasi
Dekinasi  adalah  modifikasi  nada  dengan  membuat  nada  turun  pada  satu nada. Deklinasi pada suatu nada membuat perubahan nada tuturan asli.
2.3.2.13 Inklinasi
Dekinasi  adalah  modifikasi  nada  dengan  membuat  nada  naik  pada  satu nada. Deklinasi pada suatu nada membuat perubahan nada tuturan asli.
2.3.2.14 Persepsi
Persepsi adalah mempersepsikan tuturan, baik tuturan asli maupun tuturan yang dimodifikasi. Persepsi nada dari nada yang dinaikan atau diturunkan dengan
tujuan responden dapat mempersepsikan secara betul.
2.3.3 Sistem Bunyi Bahasa
Bunyi bahasa adalah bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Bunyi bahasa dapat pula diartikan sebagai bunyi yang diartikulasikan yang menghasilkan
gelombang bunyi sehingga dapat diterima oleh telinga manusia.
Universitas Sumatera Utara
1.  Udara  keluar  dari  paru-paru    melalui glotis celah sempit yang dibentuk oleh
pita    suara.  Ukuran  celah  yang terbentuk  oleh  pita  suara  berperan
menentukan  jenis  bunyi  yg  diha  silkan. Bunyi2  yang  dihasilkan  dengan    cara
mempersempit  glotis
disebut    bunyi bersuara
.  Jika    glotis    terbuka  lebar, aliran udara  leluasa melewati pita suara.
Dalam  keadaan  demikian  pita  suara tidak  bergetar  dan  tidak    menimbulkan
suara.  Bunyi  yang  dihasilkan  disebut bunyi  tak bersuara.
2.  Getaran udara yg dihasilkan  oleh  celah dan getaran  pita  suara  itu  menuju  ke
rongga    mulut    atau    hidung    sesuai dengan  posisi    langit-langit  lunak
velum  yang    berfungsi  sebagai pengatur jalur aliran udara.
3.  Jika  langit-langit  lunak  membuka  jalan aliran  udara  menuju  ke  hidung,
artikulator yang berada di rongga  mulut berfungsi
menutup aliran
udara. Sehinggaa  udara  sepenuhnya  melewati
rongga    hidung,  menghasilkan  jenis bunyi yang berbeda.
4.  Saat  aliran  udara  ke  rongga  hidung tertutup,  udara  yang  menuju  ke  mulut
dapat  bergerak  bebas.  Proses  artikulasi merupakan  proses    produksi  bahasa
yang  paling  penting  dalam  pebelajaran berbicara.
5.  Bunyi  yang  dihasilkan  dengan    cara mengalirkan udara melalui rongga mulut
disebut  bunyi oral. Bunyi yg dihasilkan dengan  cara  mengalirkan  udara  lewat
rongga  hidung  disebut    bunyi  nasal sengau.
Universitas Sumatera Utara
Alat Ucap
-  Alat  bicara    merupakan  anggota  tubuh yang  berfungsi  sebagai  sumber    bunyi,
yang    dapat  dipilah  dalam  3  bagian,  yaitu rongga  mulut
,  tenggorokan  dan  rongga badan.
-  Alat  bicara  yang  ada  di  rongga  mulut disebut  artikulator    alat  ucap.    Dlm
rongga  hidung    tidak  terdapat    artikulator, tapi  dia  berfungsi    untuk  mengalirkan
udara. -  Di  antara    rongga  mulut  dan  rongga
hidung    terdapat    langit  langit  lunak velum  yang    berfungsi    membuka  dan
menutup  aliran  udara    yang    melalui rongga hidung.
-  Paru-paru  yang  ada  dlm  rongga  badan berfungsi  untuk  memompakan    udara
dalam  proses  produksi  bunyi. -  Artikulator    dapat    dikelompokkan
menjadi    2,    yaitu:    artikulator    aktif    dan artikulator  pasif.
-  Artikulator    aktif    adalah  alat  ucap  yg aktif    bergerak    membentuk    hambatan
aliran  udara, terdiri   dari bibir bawah  dan lidah.
-  Artikulator    pasif    adalah    alat    ucap  yg diam  dan  berfungsi  sbgai    daerah
artikulasi,  yaitu    lokasi  tempat    artikulator aktif menghambat  aliran udara.
2.3.3.1 Sistem Bunyi Bahasa Prancis
Semua manusia mempunyai alat ucap dan hampir semua gerakan alat-alat ucap  dapat  dipelajari.  Léon  Monique  dalam  Muntarsih  2009  mengemukakan
sebagai berikut: Chaque  langue  en  effet  utilise  un  matériel  sonore  qu’il  est  relativement  facile
d’apprendre mais les difficultés commencement avec l’utilisation de ce matèriel selon  des  haitudes  articulatoires,  rytmiques,  mélodiques  et  linguistiques
particulères.
Universitas Sumatera Utara
Pernyataan  Léon  Monique  di  atas  dapat  dikemukakan  kembali  bahwa  setiap bahasa  menggunakan  alat  ucap  yang  relatif  mudah  untuk  dipelajari,  kesulitn-
kesulitan  berawal  dari  penggunaan  alat  ucap  karena  kebiasaan  pada  pelafalan, ritme  dan  irama  yang  tidak  sesuai  dengan  bahasa  ibunya.  Hal  tersebut  menjadi
faktor  kesulitan  bahasa  yang  dialami  pembelajar.  Oleh  karena  itu  Lyons  John dalam Muntarsih 2009 juga berpendapat: ‘inability’ to produce certain sounds is
generally a result of environemental factors in childhood, the main factor being that of learning one’s native language as one hears is pronounced. Yang berarti
bahwa  “ketidak  mampuan”  mengcapkan  bunyi-bunyi  tertentu  pada  umumnya merupakan faktor-faktor lingkungan pada masa kanak-kanak, dan faktor utamanya
adalah faktor mempelahjari bahasa ibu seseorang seperti yang didengar dari cara pengucapannya.
Dalam  bahasa  Prancis,  terdapat  tiga  kelas  bunyi  yaitu  vokal,  konsonan, dan  semi  vokal  atau  konsonan  Gardes-Tamine:1990.  Pada  prinsipnya  dalam
bahasa  Prancis  penulisan  satu  tanda  fonetik  tidak  pada  satu  suara  saja.  Hal tersebut  yang  membedakan  bahasa  Prancis  dengan  bahasa  Indonesia,  karena
dalam bahasa tulisan dan bahasa lisan memiliki perbedaan. Kemungkinan dalam penulisan terdiri dari beberapa graphie pada satu phonie. Dibawah ini pembagian
vokal  oral,  nasal  dan  konsonan  sesuai  dengan  alphabet  A.P.I  Association Phonétique Internationale dalam Leon 1961:
Universitas Sumatera Utara
I. Sons qui ont toujours un seul timbre
1. Voyelle orales
2. Semi-Voyelles correspondantes
I [i] Comme dans si, île, style..
[si] [il] [stil] YOD [j]
Comme dans scier, nier, aille.. [sje]  [nje]  [aj]
U [y] Comme dans su,  sûr,   eu..
[sy] [sy:r] [y] UÉ [
ɥ] Comme dans suer, nuée, lui..
[s ɥe]  [nɥe] [lɥi]
OU [u] Comme dans sous, coûte, oû
[su]   [kut]   [u] OUÉ [w]
Comme dans souhait, nouer, Louis.. [sw
ɛ]     [nwe]  [lwi] 3.
Voylles nasales IN [
ɛ̃] Comme dans vin, faim, pain..
[v ɛ̃]  [fɛ̃]   [pɛ̃]
AN [ ɑ̃]
Comme dans an, en, chambre.. [
ɑ̃]  [ɑ̃]  [ʃ ɑ̃:br] UN [
œ̃] Comme dans un parfum..
[ œ̃ parfœ̃]
ON [õ] Comme dans bon, compris..
[b õ]  [k õpri]
Leon:1961
Universitas Sumatera Utara
II. Voyelles orales qui peuvent avoir plus d’un seul timbre
Ouvert [ ɛ]
Comme dans sel, père,  tête,  aîme.. [s
ɛ]  [pɛ:r] [tɛt] [ɛm] Ouvert [
ɔ] Comme dans sol,  por,  corps
[s ɔl] [pɔr] [kɔ:r]
E    Fermé [e] Comme dans ces, thé, chez..
[se]  [te]  [ ʃe]
O    Fermé [o] Comme dans seau, pot, ôte..
[so]    [po] [o:t] Ouvert [œ]
Comme dans seul, peur, cœur [sœl] [pœr] [kœ:r]
Antérieur [a] Comme dans patte , à..
[pat]    [a] Fermé [ø]
EU  Comme dans ceux, peu, nœud.. [sø]   [pø] [nø]
A Postérieur [
ɑ] Comme  dans pâte,  pas..
[p ɑ:t] [pɑ]
E caduc [ ǝ]
Comme dans ce, petit.. [s
ǝ] [pǝti]
Leon:1961
Universitas Sumatera Utara
III. Tableau des consonnes
[p]  Comme dans pont [põ] [z]  Comme dans zèbre [z
ɛ:br] [b]  Comme dans bon [bõ]
[ ʃ]  Comme dans chou [ʃu]
[t]  Comme dans ton [tõ] [
Ʒ]  Comme dans joue [Ʒu] [d]  Comme dans dont [dõ]
[l] Comme dans la [la]
[k]  Comme dans cou [ku] [r]  Comme dans rat [ra]
[g]  Comme dans goût [gu] [m]  Comme dans mes [me]
[f]  Comme dans fou [fu] [n]  Comme dans nez [ne]
[v]  Comme dans vous [vu] [
ɲ]  Comme dans gnôl [ɲo:l] [s]  Comme dans ses [se]
[ ɳ]  Comme dans camping [kɑ̃ piɳ]
Pada  bahasa  Prancis  la  voyelle  accentuée  la  denière  voyelle  prononcée Leon:1961. Maksudnya vokal dengan aksen yang berada di belakang kata harus
diucapkan.  Hal  tersebut  terdapat  pada  penekanan  fonie  dan  bukan  pada  aksen ortographie. Pada kata été [et
ɛ] terdiri dari dua vokal yang memiliki aksen pada penulisan, dapa vokal ke dua terjadi penekanan pada pengucapan. Penekanan pada
vokal secara pengucapan sedikit lebih tekan dan lebih panjang dari pada yang lain. Secara umum bunyi vokal lebih tinggi dapa modus tanya dan pada saat jeda atau
lebih  rendah  pada  saat  mengakiri  suatu  modus.  Selain  itu  ada  juga  vokal  yang tidak  mengalami  penekanan  pada  pengucapan.  Contohnya  pada  kata  cinéma
[sinema].
Universitas Sumatera Utara
2.3.3.2 Sistem Bunyi Bahasa Karo
Bahasa Karo adalah salah satu diantara bahasa-bahasa daerah yang ada di Indonesia.  Bahasa  Karo  mencerminkan  adat-istiadat  dari  budaya  Bahasa  Karo.
Bahasa Karo adalah bahasa yang digunakan di Kabupaten Karo. Dalam pergaulan sehari-hari  peranan  bahasa  Karo  sangat  fungsional.  Pemakaiannya  tidak  saja
terbatas  pada  suku  Karo,  tetapi  juga  pada  suku-suku  pendatang  yang  ada  di Medan.
Dalam  bahasa  Karo  pada  umumnya  terdapat  kata-kata  yang  di  dominasi oleh vokal oleh karena itu mudah dicapkan, jelas di dengar, dan mudah ditengkap.
Tuturan  bahasa  Karo  memiliki  variasi  bunyi  vokal  dan  konsonan.  Pada  bunyi vokal [
ǝ] di awal dan di tengah kata dalam bahasa Indonesia, sering dihilangkan oleh penutur bahasa Batak Karo.
Contoh: mereka
[mre:ka] keluar
[klu:ar] sekali
[ska:li] berapa
[bra:pa] semua
[smu:wa] selasa
[sla:sa] Pada  bunyi  konsonan  bahasa  Karo  memiliki  variasi  bunyi  pada  Bunyi  [m]
bervariasai dengan bunyi [n] Contoh:
Belum [be:lun]
Bunyi  [k]  yang  seharusnya  diucapkan  di  tengah  kata  bervariasi  dengan  bunyi glottal [?]. contoh:
Universitas Sumatera Utara
Terpaksa [terpa?sa]
Saksi [sa:?si]
Maklum [ma:?lum]
Maksiat [ma?si:at]
Di samping itu penutur bahasa Batak Karo selalu memanjangkan bunyi vokal di antara  suku-suku  kata.  Hal  ini  sudah  menjadi  ciri  khas  penutur  bahasa  Karo,
cirikhas  tesebut  merupakan  variasi  pada  irama  yang  juga  merupakan  variasi prosodi.
Contoh: Mari
[ma:ri] Jangan
[ja:nan] Susah
[su:sah] Marah
[ma:rah] Lepas
[l ǝ:pas]
Bunyi  [j]  bervariasi  dengan  bunyi  [z]  bahasa  Indonesia  penutur  Batak  Karo contoh:
Jangan [za:n,an]
Jari [za:ri]
Majal [ma:zal]
Jeruk [z
ǝ:ru?] Jerami
[zra:mi]
Universitas Sumatera Utara
2.3.3.3 Sistem Bunyi Bahasa Toba
Bahasa batak Toba BT termasuk rumpun bahasa Austronesia. Bahasa BT merupakan salah satu dari lima sub bahasa Batak yaitu bahasa batak Karo, batak
Simalungun, Batak Pakpak-Dairi, dan Batak Angkola-mandailing. Marice 2010 memaparkan  bahwa  berdasarkan kelima bahasa tersebut, terdapat tiga kelompok
pembagian  bahasa  Batak  yaitu kelompok I adalah  batak Toba dan  bahasa Batak Angkola  Mandailng,  kelompok  II  adalah  hanya  bahasa  batak  Sialungun  dan
kelompok III adalah bahasa Batak Karo dan Pakpak-Dairi. Sibarani  dalam  Marice  2010  mengungkapkan  dua  alasan  mengapa
masing-masing  subsuku  tersebut  memiliki  bahasanya  sendiri,  pertama,  diantara subsuku  pemakai  bahasa  itu  sudah  terdapat  hambatan  komunikasi  atau  hampir
tidak  terdapat  lagi  saling  pemahaman  mutual  intelligibility.  Kedua,  tiap-tiap suku  itu  mendukung  dan  menyatakan  bahwa  bahasa  yang  mereka  pergunakan
adalah bahasanya sendiri. Sistem bunyi bahasa BT menurut Sibarani 1997 memiliki 19 buah fonem
yaitu a, b, c, d, e, g, h, i, j, k, l, m, n, o, p, r, s, t, u, dan ɳ. Huruf vokal BT dalam Marice 2010 terdiri dari fonem a, o, i, u dn e.
Semua  fonem  vokal  tersebut  dapat  menempati  semua  posisi  pada  kata.  Bahasa batak  Toba  memiliki  variasi  fonologis  pada  vokal  dan  konsonan.  Pada  vokal
penutur batak Toba tidak mengenal bunyi [ ǝ]
Contoh: Terik
[t ri?] Sebab
[s bab] Teman
[t ɛman]
Universitas Sumatera Utara
Sedih [s
ɛdih] Sepi
[s ɛpi]
Bunyi  [ ǝ]  bervariasi  dengan  bunyi  [ɛ]  pada  penutur  bahasa  batak  Toba.  Dalam
bahasa batak Toba vokal rangkap ai bervariasi dengan bunyi [ ɛ].
Contoh: Gulai
[gul ɛ]
Sampai [samp
ɛ] Pantai
[pant ɛ]
Balai [bal
ɛ] Petai
[pet ɛ]
Vokal rangkap au bervariasi dengan bunyi [ ǝ]
Contoh: Pulau
[pul ǝ]
Gurau [gur
ǝ] Rantau
[ratt ǝ]
Lampau [lapp
ǝ] kemarau
[kemar ǝ]
pada  konsonan  bahasa  batak  Toba  tidak  mengenal  bunyi  [c].  Karena  itu  pada waktu  mengucapkan  bunyi  tersebut  maka  terjadilah  variasi  bunyi.  Bunyi  [c]
divariasikan dengan [s]. Contoh:
Cabe [sab
ɛ] Calo
[salø] Cangkul
[sakkul]
Universitas Sumatera Utara
Cabang [sabag]
Cari [sari]
Bahasa batak Toba tidak mengenal bunyi [k] diawal kata. Karena itu pada waktu mengucapkan bunyi tersebt diawal kata  maka terjadilah  variasi  bunyi. Bunyi [k]
divariasikan dengan bunyi [h] Contoh:
Kambing [habbing]
Kapal [hapal]
Kartu [hartu]
Karangan [harangan]
Bunyi [h] pada akhir kata tidak diucapkan. Contoh:
Sekolah [si?kola]
Perintah [p
ɛritta] Menengah
[m ɛnɛga]
Lebih [l
ɛbi] Kata-kata yang mempunyai bunyi sengau bagi penutur bahasa batak Toba selalu
dihilangkan  dan  duganti  dengan  konsonan  yang  sama  dengan  konsonan  yang mengikuti sengau itu.
Contoh: Simanjuntak
[simajjuttak] Mungkin
[mukkin] Antar
[attar] Sombong
[sobbo ɳ]
Universitas Sumatera Utara
Sandar [saddar]
Pada studi eksperinmental Chen dalam Rooseman 20060 terdapat bahwa bahasa  batak  Toba  adalah  bahasa  yanga  memiliki  tekanan  stress.  Tekanan
tersebut  terlihat  pada  frekuensi  fundamental.  Perbedaan  frekuensi  fundamental antara  silabel  bertekanan  dan  silabel  tidak  bertekanan  menjadikan  tekanan  pada
tuturan kata kurang  jelas. Ketika perbedaan durasi antara silabel  bertekanan dan tidak bertekanan pada kata akan memiliki tekanan. Jika kata yang menjadi terget
pada puncak nada, tekanan akan memiliki durasi yang lebih panjang.
2.3.3.4 Sistem Bahasa Melayu
Bahasa  Melayu  di  Medan  memeiliki  catatan  sejarah  sesuai  dengan pendapat  Syarfina  2008  bahwa  Kerajaan  Deli  mempunyai  beberapa  wilayaha,
yang tiap daerah dikepalai oleh kepala daerah yang bergelar Datuk. Datuk tersebut diberi gelar  nama Datuk 4 suku. Vokal-vokal dalam  bahasa Melayu vokal-vokal
itu  adalah  [a],  [e],  [ ȇ], [i], [o], [u]. Pada bahasa  Melayu  memiliki  variasi  bunyi
vokal  dan  konsonan.  Pada  bunyi  vokal  bunyi  [a]  diakhir  kata  bervariasi  dengan bunyi [
ǝ]. Contoh:
Buka [buk
ǝ] Lupa
[lup ǝ]
Bawa [baw
ǝ] Baca
[bac ǝ]
Puja [puj
ǝ] Bunyi [u] pada suku akhir bervariadi dengan bunyi [
ǝ]
Universitas Sumatera Utara
Contoh: Duduk
[dud ǝ?]
Tidur [tid
ǝ?] Musuh
[mus ǝ?]
Kampung [kamp
ǝɳ] Jatuh
[jat ǝh]
Diftong [au] bervariasi dengan bunyi [ ǝ]
Contoh: Kalau
[kal ǝ]
Pulau [pul
ǝ] Himbau
[himb ǝ]
Ranjau [ranj
ǝ] Panau
[pan ǝ]
Diftong [ai] bervariasi dengan bunyi [e] Contoh:
Pantai [pant
ɛ] Gulai
[gule] Balai
[bale] Inai
[ine] Petai
[p ǝte]
Pada  variasi  bunyi  konsonan  bunyi  [r]  dental  divariasikan  dengan  bunyi  [R] velar
Contoh: Cari
[caRi]
Universitas Sumatera Utara
Beri [b
ǝRi] Ramai
[Rame] Dari
[daRi] Rubuh
[Rubuh]
2.3.4 Modus
Modus menurut Tata Bahasa Baku Indonesia:1998 adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh.
Dalam wujud lisan, modus diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, disela  jeda,  dan  diakhiri  dengan  intonasi  akhir  yang  diikuti  oleh  kesenyapan.
Dalam  wujud  ulisan  berhuruf  latin,  modus  dimulai  dengan  huruf  kapital  dan diakhiri dengan tanda titik ., tanda tanya ?, atau tanda seru . tanda titik, tanda
tanya dan tanda seru sepadan dengan intonasi akhir. Spasi yang mengikuti tanda titik, tanda tanya dan tanda seru melambangkan kesenyapan.
Modus  menurut  Chaer  1994  adalah  pengungkapan  atau  penggambaran suasana  psokologis  perbuatan  menurut  tafsiran  si  pembicara  tentang  apa  yang
diucapkannya. Berdasarkan bentuk atau kategori sintaksisnya, modus lazim dibagi atas  modus  deklaratif  atau  modus  berita,  modus  imperatif  atau  modus  perintah,
modus interogatif atau modus tanya dan  modus eksklamatif atau modus seruan. Modus deklaratif juga dikenal dengan nama modus berita dalam buku tata
bahasa  Indonesia,  secara  formal,  jika  dibandingkan  dengan  ketiga  jenis  modus yang  lainnya,  tidak  bermarkah  khusus.  Modus  deklaratif  adalah  modus  yang
digunakan  untuk  membuat  pernyataan  sehingga  isinya  merupakan  berita  bagi pendengar atau pembacanya. Modus berita dapat berupa bentuk apa saja, asalkan
Universitas Sumatera Utara
isinya  merupakan  pemberitaan.  Modus  imperatif  adalah  modus  perintah  atau suruhan  dan  permintaan.  Modus  interogatif  atau  modus  tanya,  secara  formal
ditandai oleh kehadiran kata seperti siapa, berapa, kapan, dan bagaimana dengan atau tanpa partikel kah sebagai penegas.
2.3.4.1 Modus Bahasa Indonesia
Modus  dilihat  dari  bentuk  sintaksis  dibagi  menjadi  empat  modus,  yaitu modus deklaratif, modus interogati, modus imperatif, dan modus ekslamatif.
Modus  deklaratif  yang  juga  dikenal  sebagai  modus  beritaa.  Modus  ini digunakan oleh pembicara untuk membuat pernyataan sehingga isinya merupakan
berita  bagi  pendengar.  Modus  deklaratif  merupakan  pemberitaan  dalam  bentuk tulisnya  modus  ini  diakhiri  dengan  tanda  titik,  dan  dalam  bentuk  lisan,  suara
berakhir dengan nada turun. Modus  interogatif  yang  juga dikenal  sebagai  modus tanya, secara  formal
ditandai  oleh  kehadiran  kata  tanya  seperti  apa,  siapa,  berapa,  kapan,  dan bagaimana  dengan  atau  tanpa  partikel-kah  sebagai  penegas.  Modus  interogatif
diakhiri  dengan  tanda  tanga  ?  pada  bahasa  tulis  dan  pada  bahasa  lisa  dengan suara  naik,  terutama  jika  ada  kata  tanya  atau  suara  turun.  Bentuk  modus
interogatif  biasanya  untuk  meminta  jawaban  ya  atau  tidak  atau  infoemasi mengenai sesuaitu atau seseorang dari lawan bicara atau pembaca.
Modus  ekslamatif,  yang  juga  dikenal  dengan  nama  modus  seru,  secara formal ditandai oleh kata alangkah, betapa, bukan  main pada  modus berpredikat
adjektival.  Modus  eksamatif  juga  dinamakan  modus  interjeksi  yang  digunakan untk enyatakan perasaan kagum atau heran.
Universitas Sumatera Utara
Modus  imperatif  yang  juga  dikenal  sebagai  modus  perintah.  Modus  ini digunakan  oleh  pembicara  untuk  memerintah,  menyuruh  dan  meminta.  Ciri
modus  imperatif  memiliki  intonasi  nada  rendah  di  akhir  tuturan,  pemakaian parrrtikel  penegas,  penghalus,  dan  kata  tugas  ajakan,  harapan,  permohonan  dan
larangan, pelaku tindakan tidak selalu terungkap.
2.3.4.2 Modus Bahasa Prancis
Menurut Bescherelle 2006 Bahasa Prancis memiliki empat jenis modus. Modus  tersebut  yaitu  modus  deklaratif,  modus  interogatif,  modus  imperatif  dan
modus ekslamatif.  Dalam  sebuah komunikasi, terdapat beberapa cara seseorang mengutarakan  pendapatnya  kepada  orang  lain.  Misalnya,  seseorang  ingin
menginformasikan  sesuatu.  Dalam  konteks  tersebut  digunakan  modus  berita. Ketika kita menanyakan tentang sesuatu, maka digunakan modus tanya. Pada saat
seseorang  meminta orang  lain untuk  melakukan  sesuatu  maka digunakan  modus perintah.  Dan  jenis  yang  terakhir  adalah  ketika  seseorang  ingin  mengutarakan
perasaan seperti dukungan, rasa kagum, hinaan, amarah, dan sebagainya terhadap orang lain. Dalam konteks tersebut digunakan modus seru.
2.3.4.2.1 Modus Berita
Modus  berita  afirmatif  pada  dasarnya  merupakan  jenis  modus  yang berisi  berita  atau  informasi.  Dalam  bahasa  lisan  modus  tersebut  dapat  ditandai
dengan nada suara tinggi pada awal modus dan diakhiri dengan suara rendah pada akhir modus. Dalam bahasa tulisan modus tersebut diakhiri tanda titik ‘.’
Universitas Sumatera Utara
Contoh: La baisse de la fécondité est désormais quasiment universelle.
Penurunan angka kesuburan pasti akan terjadi pada siapa saja.
Ketika penutur ingin mengutarakan sebuah informasi ata berita secara positif atau negatif, maka hal tersebut akan menentukan jenis modus berita yang
akan digunakan, yakni modus positif atau modus negatif. Contoh:
Nous sommes iquiets.
Kami khawatir.
Nous ne sommes pas très inquiets.
Kami tidak begitu khawatir.
2.3.4.2.2 Modus Tanya
Modus  tanya  biasanya  berisi  pertanyaan.  Dalam  bahasa  lisan  modus tersebut  dapat  ditandai  dengan  nada  tinggi  pada  akhir  modusnya.  Dalam  bahasa
tulisan modus tersebut diakhiri tanda tanya. Modus tanya dapat dibedakan menjadi dua bagian :
1. Modus  tanya  total  yang  membutuhkan  jawaban  ‘ya’  atau  ‘tidak’,  yang
tentu  saja  dengan  menggunakan  kembali  seluruh  kata  yang  sebelumnya terdapat pada modus tanyanya.
Contoh : As-tu fini ton travail ? oui, j’ai fini
Apakah kamu sudah menyelesaikan pekerjaan kamu ? Ya saya sudah menyelesaikan pekerjaan saya
Modus tanya total dapat diucapkan secara langsung atau tidak langsung. Contoh:
Arriveront-ils à temps?
Apakah mereka akan tiba tepat waktu ?
Je me demande s’ils arriveront à temps
Aku bertanya dalam hati apakah mereka akan tiba tepat waktu
.
Universitas Sumatera Utara
2. Modus  tanya  parsial  adalah  Modus  tanya  yang  hanya  menanyakan
sebagian  unsur  dari  kata  penyusun  modusnya,  membutuhkan  jawaban dimana jawaban tersebut memang tidak terdapat sama sekali pada modus
tanyanya. Contoh:
Comment es-tu arrivé? En train.
Naik apa kamu dating ke sini? Naik kereta.
Sama halnya dengan modus tanya total, modus tanya parsial juga dapat diucapkan secara langsung maupun tidak langsung.
Contoh: Que s’est-il passé
Apa yang telah terjadi?
Je ne sais pas ce qu’il s’est passé.
Aku tidak tahu apa yang telah terjadi?
Modus Tanya parsial dapat digunakan untuk menanyakan tentang semua kata-kata penyusun modusnya, berdasarkan fungsi fungsi dari kata tersebut di dalam modus.
Contoh: Pour son anniversaire, Pierre a offert à sa femme une décapotable.
Untuk perayaan ulang tahunnya, Pierre telah memberikan sebuah mobil pada istrinya.
Maka modus Tanya yang dapat muncul adalah: Quand Pierre-a-t-il offert…?
Kapan Pierre memberikan …… ?
Qu’est-ce que Pierre a offert…?
Apa yang telah diberikan Pierre ……. ?
Qui a offert…?
Siapa yang memberi ….. ?
Universitas Sumatera Utara
À qui Pierre a-t-il offert….?
Kepada siapa Pierre telah memberi….. ?
Kata-kata Tanya yang dapat digunakan dalam modus Tanya parsial antara lain: Adverbia penanda modus tanya: kapan, dimana, bagaimana …..
Kata ganti penanda modus tanya: siapa, yang manakah, tentang apa …. Pewatas penanda modus tanya : yang mana yang harus disesuaikan dengan jenis
dan  jumlah dari  benda  yang ditanyakan quel untuk kata benda  maskula tunggal, quelle femina tunggal, quels maskula jamak, quelles femina jamak.
Pembentukan  Modus  Tanya  dapat  dibentuk  melalui  3  cara.  Cara  yang pertama, cara ini digunakan dalam bahasa lisan, yakni tetap dengan menggunakan
susunan  kata  yang  sama  dengan  modus  beritanya.  Penanda  modus  tanya  dari modus tersebut hanyalah penggunaan tanda tanya diakhir modusnya.
Contoh : Tu as réussi ?
Kamu telah berhasil ?
Tu veux quoi ?
kamu mau apa ?
Penggunaan kata tanya ‘est-ce que’ merupakan cara pembentukan yang kedua. Contoh:
Est-ce que tu as réussi?
Apakah kamu telah berhasil ?
Qu’est-ce que tu veux?
Apa yang kamu mau?
Cara  yang  ketiga  yakni,  cara  yang  kerap  kali  digunakan  dalam  bahasa  tulisan, yang  ditandai  dengan  adanya  pemindahan  kata  kerja  dan  subjek  pembalikan
Universitas Sumatera Utara
posisi.  Cara  ini  merupakan  ragam  variasi  bahasa  sangan  resmi  jikan dibandingkan dengan kedua cara yang tersebut di atas.
Avez-vous réussi?
Apakah kamu berhasil?
Que voulez-vous?
Apa yang anda inginkan?
Pembalikan kata ganti subjek dalam  modus tanya. Terdapat dua buah cara  yang dapat  digunakan  dalam  proses  pembalikan  subjek  pada  modus  Tanya  total,  hal
tersebut disesuaikan dengan kelas katannya. Jika subjek modus merupakan kata ganti orang : maka subjek pada modus tersebut
diletakkan setelah verba, ini disebut juga pembalikan sederhana. Contoh :
Sont-elles heureuses au moins ?
Kurang bahagiakah dia?
Jika  subjek  modus  merupakan  kata  benda:  maka  subjek  tersebut  harus  tetap diletakkan  sebelum  kata  kerja  dan  harus  dicari  kata  gantinya  yang  harus
diletakkan setelah verbanya, kata ganti yang dimaksd adalah, il, ils, elle, elles dsb. Cara ini disebut pembalikan kompleks.
Contoh : Tes sœurs sont – elles heureuses au moins ?
Merupakan kata ganti dari kata benda ‘tes sœurs’. Dalam  hal  pembentukan  modus  tanya  parsial,  kita  dapat  memilih  dua  cara
pembalikan berikut ini. Quand arrive votre oncle ? Quand votre oncle arrive-t-il ?
Kapankah pamannya sampai? Kapankah pamannya sampai?
Universitas Sumatera Utara
Namun  pembalikan  sederhana  harus  digunakan  jika  menggunakan  kata  tanya ‘que’.
Contoh : Que veut ce monsieur ?
Apa yang diinginkan bapak itu?
Pembalikan kompleks harus digunakan dengan kata tanya ‘Pourquoi’ Contoh :
Pourquoi Pierre part-il ?
Mengapa Pierre pergi?
Pembalikan kompleks harus digunakan dengan kata tanya ‘A qui’. A qui Pierre a-t-il parlé ?
Dengan siapa Pierre berbicara?
Modus tanya nagatif dibentuk melalui kombinasi modus tanya dan modus negatif. Contoh :
Avez-vous déjà mangé ?
Apakah kamu sudah makan?
N’avez-vous pas déjà mangé ?
Tidakkah kamu sudah makan?
Pada  modus  pertama  dapat  dilihat  bahwa  orang  yang  bertanya  tidak  punya jawaban sama sekali atas pertanyaannya. Jawabannya bisa ‘oui’ atau ‘non’.
Pada modus yang kedua, orang yang bertanya itu pasti sudah makan. Dan jawaban atas pertanyaanya adalah ‘si’.
Universitas Sumatera Utara
2.3.4.2.3 Modus Perintah
Modus tanya digunakan untuk menyatakan perintah, dan larangan. Namun  kadang  kala  modus  tersebut  juga  digunakan  untuk  memberikan  nasehat
dari pada untuk menyatakan perintah. Contoh:
Ménage- toi
Bebenah-kamu
Modus perintah dibentuk melalui konjugasi kata kerja pada kata ganti orang kedua tunggal tu, orang pertama jamak nous, dan orang kedua jamak vous.
Contoh: Cours le rejoinder
Belajar bersama
Fuyons
Lihat
Taisez-vous
Diam kamu
Makna larangan dalam modus perintah dibentuk dalam modus negatif, yang harus dibuat dalam modus impératif ditambah dengan penggunaan kata ingkar.
Contoh : Ne me tutoyez pas
Jangan berkamu
Penggunaan  modus  subjonctif dalam  modus perintah dapat terjadi ketika  modus perintah yang akan diutarakan tidak langsung pada orang yang diperintah namun
kita sampaikan pada orang yang bukan ingin kita tuju. Contoh:
Qu’il aille au diable Penggunaan  modus  infinitif  juga  bermakna  perintah  jika,  perintah  yang  akan
diutarakan tidak tertuju ke pada orang tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Laisser le passage
2.3.4.2.4 Modus Seru
Dalam  bahasa  lisan  modus    seru  ditandai  dengan  intonasi  tertentu: volume suara yang keras, nada yang terputus, nada tinggi. Dalam bahasa tulisan
ditandai dengan penggunaan tanda seru pada akhir modusnya. Contoh :
C’est injustice
Ini tidak adil
Modus seru dapat ditandai dengan: Kata seru :
Hélas, elle est partie
Ya sudah, dia sudah pergi
Kata keterangan : Comme elle est laide
Pewatas kata benda : Quel gâchis tu as fait
Jenis  ini  kadang  kala  memiliki  bentuk  modus  impersonalia  subjek  modusnya bukan orang
Quel temps magnifique
Cuacanya bagus
Subjek  pada  modus  seru  dapat  juga  dibalikkan  seperti  dalam  modus  Tanya sederhana
Est-il bête
Emosi dia
Universitas Sumatera Utara
Modus indikatif menyatakan aksi yang benar terjadi pada saat diutarakan atau aksi yang nyata.
Contoh : Comme tu cours vite
Modus kondisional menyatakan aksi yang akan dilakukan. Et je devrais en plus lui offrir un cadeau
Modus infinitif atau subjantif menyatakan aksi yang mungkin dilakukan. Moi, lui offrir un cadeau
Moi, que je lui offre un cadeau
2.3.5 Metode Pengajaran Bahasa Prancis
Sejarah  pengajaran  fonetik  pada  bahasa  prancis  memiliki  perkembangan teknik  pengajaran  bahasa.  Rousselot  dan  Passy  dalam  Guimbretier:1994  telah
berhasil  mengajarkan  tentang  fonetik.  La  prononciation  deviendra  une  priorité dans  la  mesure  où  il  est  désormais  indispensable  d’enseigner  la  langue  parlée.
Pengucapan  mnjadi  hal  yang utama dalam  mengajar bahasa  lisan. Saat ini dapat diklasifikasikan  penekanan  pada  pengajaran  berbicara,  yang  pada  jaman
tradisional disebut sebagai metode koreksi fonetik. La  méthode  articulatoire  atau  metode  artikulasi  Guimbretier:1994
digunakan  sampai  tahun1970,  metode  tersebut  sering  digunakan.  Karakteristik metode  tersebut  yaitu  émission  des  sons  emisi  suatu  bunyi  diimplikasikan
dengan pengetahuan tentang fungsi organ alat ucap. Dipraktekan pada saat yang bersamaan  dengan  menggunakan  skema  organ  alat  ucap  dan  diucapkan  bunyi-
bunyi yang di produksi sesuai dengan organ alat ucap tersebut.
Universitas Sumatera Utara
L’audition  de  modèles  atau  model  auditive  Guimbretier:1994 berdasarkan  model  tersebut  dengan  menggunakan  mesin.  Pertama  digunakan  le
phonographe atau mesin untuk mengetahui  bunyi. Metode ini diajarkan didalam laboratorium  bahasa  dan  menggunakan  tape.  Pengajaran  bahasa  dengan  metode
ini mengintegrasikan dari semua fasilitas yang ada di laboratorium. Latuhan yang dilakukan  pada  pengucapan  menggunakan  metode  audio-orale.  Kelebihan  dari
metode ini pembelajar dapat  mengetahui  buyi tekanan dari audio dan diucapkan sesering  mungkin.  Sebaliknya  metode  ini  murdi  dilakukan  dengan  mesin  dan
pembelajar  menjadi  lelah  terutama  untuk  pembelajar  pemula  yang  belum  dapat mendengarkan dan mengkoreksi.
La  méthode  des  oppositions  phonologiques  Guimbretier:1994,  morode ini  diaplikasikan  dari  prinsip  klasifikasi  fonem.  Sesuai  pndapat  Bloomfield,
Jakobson  dan  Halle  dalam  Guimbretier:1994  yang  mengklasifikasikan  bunyi fonem dari unsur pembeda. Metode ini bertujuan untuk memudahkan pembelajar
mengingat bunyi fonem dari unsur pembeda dan mengulangi bentuk pair minimal. Prioritas  dilakukan  tanpa  adanya  audio.  Metode  ini  digunakan  metode  artikulasi
agar  mengetahui  kelebihan  bunyi  dan  mengurangi  kemungkinan  adanya kombinasi fonem.
2.4 Tinjauan Pustaka
Beberapa penelitian yang pernah dilakukan yaitu Halim 1969, membahas tentang  intonasi  dalam  bahasa  Indonesia.  Kajian  ini  adalah  kajian  yang  pertama
dengan  cara  yang  akurat  dengan  menggunakan  alat  ukur  Mingograph  milik laboratorium fonetik University of Michigan. Alat itu bisa melakukan pengukuran
Universitas Sumatera Utara
yang akurat baik dalam intensitas, durasi dan frekuensi. Halim mengkaji intonasi bahasa Indonesia yang dikaitkan dengan sintaksis. Kajiannya pertama, memerikan
intonasi bahasa Indonesia ke dalam ciri-ciri akustik seperti kontur, tingkat tinggi nada, jeda, kelompok jeda, dan penempatan tekana atau aksen. Kedua memerikan
penjelasan tentang  letak  intonasi dalam  modus  yang  meliputi pola-pola  intonasi, satuan-satuan  fonologis  yang  menandai  ciri-ciri  intonasi,  fungsi  intonasi,  dan
hubungan  antara  intonasi  dengan  tata  modus.  Ia  memfokuskan  pada  intonasi bahasa  Indonesia  lisan  informal  dan  menjadikan  dirinya  dan  isterinya  sebagai
informan utama dan beberapa orang dewasa lainnya sebagai informan tambahan. Kajian  yang dilakukan terkait dengan  hubungan  struktural antara  modus dengan
wacana  melalui  pola  intonasi.  Pola-pola  intonasi  yang  diperolehnya  dipaparkan dengan  menggunakan  notasi  angka  Arab  1,2,3  dan  4  yang  berfungsi  sebagai
pelambang ketinggian nada. T.  Syarfina  2008  membicarakan  tentang  ciri  akuistik  yang  menandakan
tingkatan  sosial  pada  masyarakat  Melayu  Deli.    Dalam  kajiannya  memaparkan bahwa  tuturan  kelompok  sosial  Bahasa  Melayu  Deli  disesuaikan  dengan
golongannya  begitu  juga  dalam  berinteraksi  satu  sama  lain  dibedakan  atas  cara mereka memberi perintah, bertanya dan memberi tahu. Dari penilitiannya tersebut
ditemukan  bagaimana  nada  suara  golongan  kelompok  sosial  bawah  bertutur dengan kelompok sosial atas, begitu juga sebaliknya bagaimana nada, tempo, dan
intensitas  golongan  kelompok  sosial  asas  bertutur  dengan  kelompok  sosial menengah atau kelompok sosial bawah. Syarfina 2008 menemukan juga ada tiga
variasi  kelas  sosial  kelas  sosial  atas,  tengah  dan  bawah,  yaitu  pada  intensitas dasar,  intensitas  final,  dan  tidak  pada  julat  intensitas  tertinggi.  Intensitas  suara
Universitas Sumatera Utara
hanya  berbeda  pada  intensitas  dasar  kelas  sosial.  Makin  tinggi  kelas  sosial seseorang makin rendah kenyaringan suara ketika bertutur.
Sugiyono  2003,  membicarakan  tentang  prosodik  kontras  deklaratif  dan interogatif  dalam  bahasa  Melayu  Kutai  dan  mencari  toleransi  modifikasi  setiap
ciri  akustik  yang  signifikan  dalam  kedua  modus  tersebut.  Kajiannya  mampu dijadikan bahan acuan bagi peneliti-peneliti prosodi yang mengkaji bahasa-bahasa
daerah maupun bahasa asing yang digunakan di Indonesia. Usaha Sugiyono untuk mencari ambang atas dan ambang  bawah serta ambang kontras setiap parameter
yang  menjadi  pemarkah  kontur  deklaratif  dan  kontur  interogatif  yang membedakan  penelitiannya  berbeda  dengan  peneliti  yang  lain.  Dia  juga
membuktikan  adanya  eksperimen  produksi  dan  eksperimen  persepsi  dalam kajiannya  merupakan  keunggulan  tersendiri.  Eksperimen  produksi  mengkaji
bagaimana struktur  melodik dan struktur temporal tuturan deklaratif dan tuturan interogatif  bahasa  Melayu  Kutai.  Kemampuannya  mendeskripsikan  pengukuran
puncak komponen-komponen melodik seperti tinggi nada awal, nada final, puncak nada  dan  julat  nada.  Serta  ditemukannya  juga    nilai  terendah  dan  nilai  tertinggi
pada setiap  melodik.  Adanya pengukuran  lain  seperti  nilai rata-rata dan ambang atas  dan  ambang  bawah  Fo  pada  setiap  komponen.  Sugiyono  juga  menemukan
pola-pola  frekwensi  fundamental  dan  pola  durasi  sebagai  hasil  analisis  akustis, temuannya  menunjukkan  bahasa  baik  tuturan  deklaratif  maupun  tuturan
interogatif  rentang  julat  nada  tuturan  bahasa  Melayu  Kutai  adalah  50,21  Hz sampai 366,73 Hz dengan rerata 133,39 Hz. Julat nada yang besar yang ditemukan
pada  bahasa  Melayu  Kutai  terdapat  pada  tuturan  deklaratif-kontras  yang memfokuskan  pada  konstituen  predikat,  dan  julat  nada  ini  dapat  menjadi
Universitas Sumatera Utara
signifikan.  Dari  tuturan  tersebut  ditemukan  adanya  perbedaan  yang  sangat signifikan  antara  penutur  laki-laki  dan  penutur  perempuan  yaitu  dengan  nada
dasar  tuturan  perempuan  p0,0001.  sedangkan  pada  tuturan  laki-laki  yang terdapat  pada  modus  deklaratif  maupun  interogatif  lebih  rendah  dibandingkan
dengan  nada  dasar  tuturan  perempuan  yakni  181,86  Hz  berbanding  283,01  Hz. Dengan kata lain, nada dasar tuturan laki-laki berkisar 5,25 st di atas nada C atau
sama  dengan  nada  F,  sedangkan  nada  dasar  tuturan  perempuan  bisa  mencapai 13,11  st  di  atas  nada  C  atau  sama  dengan  nada  C  dalam  piano.  Julat  nada  di
buktikan oleh Sugiyono dengan ukuran parameter akustik tuturan pada nada satu oktaf,  dengan  rata-rata  10,28  st.  Selain  itu  ditemukannya  rerata  nada  final
deklaratif berekskursi negatif, sedangkan nada final interogatif berekskursi positif, maka nada final menjadi pembeda yang sangat signifikan. Ekskursi puncak nada
deklaratif juga lebih kecil dibandingkan dengan ekskursi puncak nada interogatif. Puncak nada menjadi pemarkah signifikan jika yang diukur ekskursinya. Terkait
dengan  durasi,  ditemukan  juga  durasi  deklaratif  berkisar  2,16  detik  dan  durasi interogatif berkisar 1,19 detik.
Ebing 1997, membicarakan bahasa Indonesia. Kajian ini mengkonstruksi model  intonasi  bahasa  Indonesia  yang  diverifikasi  secara  eksperimental,  yaitu
membandingkan  model  ujaran  dan  kontur  yang  telah  disederhanakan  oleh komputer.  Ebing  mengkaji  intonasi  bahasa  Indonesia  secara  eksperimental  dan
menggunakan  fasilitas  komputer  sehingga  akurasi  yang  dicapai  lebih  tinggi.  Ia memfokuskan  penelitiannya  hanya  pada  ciri  pokok  intonasi  bahasa  Indonesia
dengan  merekonstruksi  model  intonasi  bahasa Indonesia. Cita-citanya  menjawab pertanyaan  bagaimana  konfigurasi  alir  nada  yang  secara  perseptual  membentuk
Universitas Sumatera Utara
model  melodis  intonasi  dalam  bahasa  Indonesia  dan  elemen  apakah  yang diperlukan  untuk  membentuk  model  tersebut.  Ebing  menganut  konsep  bahwa
prosodi  dipelajari  bukan  semata-mata  sebagai  fenomena  fisik  frekwensi  dasar, durasi,  intensitas  melainkan  berada  pada  ranah  linguistik.  Ebing  berpendapat
bahwa intonasi merupakan bagian dasar dari melodi ujaran yang ditentukan oleh sistem linguistik di atas tingkat leksikal. Sehingga dapat dipahami bahwa intinasi
membentuk  melodi  ujaran.  Pengolahan  data  dilakukan  dengan  pendekatan  IPO dan  menganalisisnya  dengan  program  PRAAT.  Dengan  program  tersebut  dia
dapat menjadikan penelitiannya memiliki temuan yang lebih akurat dari peneliti- peneliti  sebelumnya.  Program  tersenut  juga  mampu  memanipulasi  dan
memodifikasi parameter intonasi. Stoel  2000  mengkaji  tentang  intonasi  bahasa  Melayu  Menado.  Dia
membedakan dua pola intonasi dasar dan pola intonasi khusus. Pada pola intonasi dasar,  ia  menganalisis dua  jenis  nada  yaitu  aksen accent yang  menandai  fokus
modus  dan  nada  akhir  edhe  tones  yang  menandai  ikatan  prosodik  prosodic boundaries. Semua informan yang ia gunakan adalah penutur asli bahasa Melayu
Menado  yang  berdomisili  di  Menado.  Stoel  berpendapat  intonasi  bahasa  tidak dapat  dijelaskan  tanpa  menggunakan  suatu  mode  strutur  melodik.  Pada  bahasa
Melayu Menado memiliki dua konstituen prosodik yang paling penting yaitu frasa intonasi  intonational  phrase  dan  frasa  fonologi  phonological  phrase.  Frasa
intonasi merupakan konstituen prosodik tingkat tinggi yang bisa diikuti oleh jeda. Setiap  frasa  intonasi  IP  berisikan  sekurang-kurangnya  satu  frasa  fonologi.
Sedangkan,  frasa  fonologi  PhP  tidak  bisa  diikuti  oleh  jeda  bila  akhir  frasa fonologi  tidak  sejalan  dengan  akhir  frasa  intonasi.  Pada  tingkat  sintaksis,  frasa
Universitas Sumatera Utara
intonasi  secara  khusus  berkaitan  dengan  klausa,  dan  frasa  fonologis  berkaitan dengan frasa nomina atau frasa verba. Pada prosodi bahasa Melayu Menado, Stoel
menemukan karakteristik yang berbeda dengan frasa intonasi dan frasa fonologi. Frasa intonasi IP berisikan satu atau lebih frasa fonologi, tetapi hanya satu dari
frasa-frasa  fonologi  tersebut  yng  bisa  memiliki  aksen  penanda  fokus  focus- marking accent. Frasa  fonologi  memiliki  nada ujung pada awal dan akhir  yang
juga  bisa  memiliki  aksen.  Temuan  Stoel  menunjukkan  pada  pernyataan,  pola intonasi aksen-aksen yang dihasilkan frasa fonologi adalah suatu nada-ujung yang
rendah  pada  permulaan,  diikuti  oleh  aksen  nada-tinggi,  dan  nada  ujung  yang rendah  pada  akhir.  Nada-nada  ujung  diasosiasikan  dengan  ujung-ujung  frasa
fonologi, dan aksen diasosiasikan dengan suku kata  yang  bertekanan pada  akhir kata. Pada intonasi modus ekslamasi, Stoel menemukan adanya dua pola intonasi
dalam bahasa Melayu Menado. Pola pertama yaitu identik dengan intonasi modus pernyataan yang dicirikan oleh aksen nada-tinggi pada suku kata yang bertekanan
yang diikuti oleh nada ujung yang rendah. Pola intonasi kedua berisikan nada naik pada suku kata pertama, dimana titi nada pitch tetap tinggi hingga akhir ujaran.
Secara keseluruhan Stoel menemukan intonasi bahasa Melayu Menado dibedakan oleh  dua  jenis  nada  yaitu  aksen  yang  diasosiasikan  dengan  suku  kata  yang
bertekanan pada suatu kata, dan nada ujung yang diasosisikan dengan ujung suatu dominan prosodik yang disebut frasa fonologi PhP. Ia juga menemukan bahwa
terdapat  beberapa  persamaan  intonasi  bahasa  Melayu  Manado  dan  bahasa Indonesia.
Matthew  Gordon  dan  Alya  Applebaum  dalam  makalahnya  yang  berjudul hubungan  –hubungan  penekanan  akustik  dalam  bahasa  kabardian  Turki  Jurnal
Universitas Sumatera Utara
Internasional  Phonetic  Association,  Volume  40  No.1  April  2010,  halaman  35. Makalah ini melaporkan hasil studi penekanan akustik dalam dialek bahasa Turki
dari bahasa barat laut kaukasia, Kabardian. Suku kata yang mengalami penekanan ditemukan secara konsisten memiliki frekuensi dasar yang lebih tinggi dan durasi
khas  dan  intensitas  yang  lebih  besar  daripada  suku  kata  yang  tidak  mengalami penekanan.  Tidak  ada  bukti  yang  ditemukan  untuk  penekanan  sekunder.  Schwa
dan,  pada  tingkat  lebih  rendah,      yang  ditampilkan  mengalami  sedikit peningkatan karena durasi dalam suku kata tanpa tekanan menurun. Peningkatan
gradien  ini  mungkin  dikarenakan  koartikulatoris  yang  tumpang  tindih  dengan konsonan  yang  berdekatan  bukan  pergeseran  kategoris  dalam  kualitas  vokal.
Pertimbangan upaya artikulatoris bukan dispersi persepsi memprediksi pergantian kategoris  antara    a:  dengan  penekanan  dan  tanpa  tekanan        dalam  bahasa
Kabardian  dan  peningkatan  schwa  tanpa  kategori  dan        pada  suku  kata  yang tidak mengalami penekanan.
Yuliarti Muntarsih dalam makalahnya yang berjudul pengembangan model artikulatoris  untuk  meningkatkan  kemampuan  berbicara  bahasa  Prancis  siswa
SMA  dan  SMK  di  Kota  dan  Kabupaten  Bandung  Jurnal  Penelitian  Vol.9  No.1 Tahun  2009,  halaman:  1  Memaparkan  bahwa    dalam  sistem  bunyi  bahasa
Perancis dengan jelas dibedakan secara fonemik antara [v] - [f], [z] - [s], [u] - [y], [o] - [ ], [s] - [ z], [oe] -[ø], dan lain-lain. Misalnya, untuk melafalkan kata-kata
base [baz], basse [bas], bache, terdapat tiga fonem konsonan berbeda yaitu z, s, _  , kemudian kata rue [Ry] dan roue [Ru] , but [byt] dan bout [bu] memiliki dua
fonem yang berbeda yaitu y dan u. Sedangkan dalam bahasa Indonesia sistem bunyi  tidak  terlalu  banyak  variasinya.  Misalnya,  untuk  mengucapkan  kata  baju,
Universitas Sumatera Utara
saku,  buku,  dan  surat,  hanya  ada  satu  fonem  yaitu  u.  Berdasarkan  kenyataan yang  ada  perlu  suatu  model  pelafalan  bahasa  Perancis  agar  dapat  memudahkan
siswa  berbicara  bahasa  Perancis  dengan  benar.  Penelitian  ini  secara  umum bertujuan  untuk  mengembangkan  model  pengajaran  pelafalan  bahasa  Perancis
dalam rangka meningkatkan kemampuan berbicara siswa SMA dan SMK di Kota dan  Kabupaten  Bandung.  Secara  khusus  penelitian  ini  memiliki  tujuan  :1
melakukan  analisis  teoritis  tentang  pelafalan  bahasa  Perancis  yang  benar;  2 mengidentifikasi  permasalahan  pelafalan  bahasa  Perancis  yang  dihadapi  siswa
SMK  dan  SMK  di  Kota  dan  Kabupaten  Bandung.  Data  yang  diperlukan  dalam penelitian  ini  akan  dikumpulkan  melalui  studi  dokumentasi  dan  observasi
pembelajaran.  Analisis  data  dilakukan  sesuai  dengan  kebutuhan  penelitian  ini yaitu  melalui  analisis  kualitatif  maupun  analisis  kuantitaif.  Hasil  temuan  dari
penelitian  ini  diharapkan  akan  bermanfaat  bagi  guru  terutama  siswa  untuk meningkatkan kemampuan berbicara dalam bahasa Perancis.
Chad  Vicenik  dalam  makalahnya  yang  berjudul  kajian  akustik  pada konsonan  letusan  bahasa  Georgia  Jurnal  Internasional  Phonetic  Association,
Volume  40  No.1  April  2010,  halaman  59  Studi  ini  mengkaji  sifat-sifat  ejektif, letusan-letusan  bersuara  dan  tanpa  suara  dalam  bahasa  Georgia.  suatu  bahasa
Kaukasia. dan  mencari  jawaban atas dua pertanyaan: i  Ciri akustik  mana  yang membedakan ketiga tipe  letusan? dan ii  Apakah  letusan dalam  bahasa Georgia
mengalami  penguatan  awal,  dan  jika  begitu,  apakah  penguatan  tersebut  secara sintakmatik  atau  paradikmatik?  Lima  pembicara  perempuan  dicatat  membaca
kata-kata  yang  melekat  pada  frase  pembawa  dan  cerita.  Pengukuran  akustik meliputi  durasi  penutupan,  penyuaraan  selama  penutupan,  penyuaraan  yang
Universitas Sumatera Utara
tertinggal, intensitas ledakan relatif, saat-saat spektral dari letusan, fonasi H1-H2 dan  F0.  dari  hal-hal  ini,  penyuaraan  selama  penutupan,  penyuaraan  yang
tertinggal,  frekuensi  pertengahan  letusan,  H1-H2  dan  F0  dapat  digunakan  untuk membedakan  tipe-tipe  letusan,  tapi  tipe-tipe  letusan  ini  tidak  dapat  dibedakan
pada  durasi  penutupan  atau  intensitas  ledakan  relatif.  Letusan-letusan  dalam bahasa  Georgia  menunjukkan  penguatan  awal  dan  menunjukkan  durasi
penutupan,  peninggalan  suara  yang  lebih  panjang,  dan  nilai  H1-H2  yang  lebih tinggi pada posisi prosodik yang lebih tinggi.
Scott  Myers  dalam  makalahnya  yang  berjudul  asimilasi  penyuaraan regresif: kajian produksi dan persepsi Jurnal Internasional Phonetic Association,
Volume 40 No.2 April 2010, halaman 163Banyak bahasa memiliki pola fonologi pada  asimilasi  penyuaraan  regresif,  dimana  hambatan  dibutuhkan  untuk
mencocokkan  hambatan  berikut  dalam  penyuaraan  contoh:  bahasa  Rusia  dan Sansekerta.  Pembatasan  pada  distribusi  kategori  memiliki  kesejajaran  dalam
fakta  fonetik  bahwa  hambatan  memiliki  interval  gelombang  glotal  yang  lebih panjang  ketika  muncul  sebelum  bunyi  yang  disuarakan  voiced  sound  daripada
saat  muncul  sebelum  bunyi  yang  tidak  bersuara  voiceless  sound.  Hal  ini menunjukkan bahwa pola fonologi muncul secara diakronis melalui reanalisis dari
pola  fonetik,  dimulai  dengan  kecendrungan  pendengar  untuk  mengidentifikasi suatu  hambatan  sebelum  hambatan  lain  sebagai  pencocokan  hambatan  yang
sebelumnya  dalam  penyuaraaan.  Makalah  ini  melaporkan  dua  percobaan  yang dibuat  untuk  menguji  premis  pada  laporan  ini.  Kajian  produksi  menjelaskan
bagaimana  penyuaraan  hambatan  dalam  bahasa  Inggris  dipengaruhi  oleh penyuaraan  pada  segmen  berikut.  Kajian  persepsi  menjelaskan  bagaimana
Universitas Sumatera Utara
pengidentifikasian  kategori  penyuaraan  dipengaruhi  oleh  efek-efek  akustik  pada konteks
segmen berikut.
Ditemukan bahwa
pendengar cenderung
mengidentifikasi  sebuah  frikatif  sebagai  bunyi  yang  tidak  disuarakan  jika tergambardari  posisi  sebelum  hambatan  tanpa  suara,  tapi  segmen  bunyi  yang
disuarakan  seperti  yang  disebutkan  tidak  memiliki  efek  signifikan  pada identifikasi  kelas  suara.  Pengimplikasian  laporan  diakronis  asimilasi  penyuaraan
regresif telah dibahas. Marisa  Lousada  dan  Andreia  Hall  dalam  makalah  mereka  yang  berjudul
korelasi  akustik  temporal  Voicing  Contrast    dalam  letusan  bahasa  Portugis Eropa.Jurnal  Internasional  Phonetic  Association,  Volume  40  No.3  April  2010,
halaman 261 Kajian ini berpusat pada analisa temporal dari letusan-letusan p b t d  k  g  dan  analisa  penyuaraan  dari  letusan-letusan  yang  bersuara  b  d  g  yang
diproduksi  pada  posisi  kata  yang  berbeda  pada  enam  pembicara  asli  Portugis Eropa.  Kajian  ini  menjelaskan  peralatan  akustik  yang  berhubungan  dengan
penyuaraan  voicing.  Peralatan  akustik  tersebut  mengukur:  Voice  Onset  Time VOT,  durasi  letusan,  durasi  penutupan,  durasi  pelepasan,  durasi  penyuaraan
hingga  penutupan,  durasi  vokal  sebelumnya  dan  durasi  vokal  lanjutan.  Hasilnya menunjukkan bahwa ketika [b d g] disuarakan, alat-alat akustik – durasi letusan,
durasi penutupan, durasi pelepasan, durasi penyuaraan  hingga penutupan, durasi vokal  sebelumnya  dan  durasi  vokal  lanjutan  –  relevan  untuk  perbedaan
penyuaraan. Implikasi untuk penelitian dan latihan dalam ujaran dan terapi bahasa telah  dibahas.  Dibutuhkan  penelitian  lebih  lanjut untuk  mencari  tahu  bagaimana
produksi  dianalisa  dalam  kajian  masa  sekarang  dapat  diterima  oleh  pendengar, terutama produksi letusan-letusan yang tidak disuarakan devoiced.
Universitas Sumatera Utara
Yi-Fen  Liu  dalam  makalahnya  yang  berjudul  pola  linguistik  terdeteksi melalui  segmentasi  prosodik  dalam  ujaran  spontan  Mandarin  Taiwan  Jurnal
Linguistic Patterns in Spontaneous Speech, Tahun 2009, halaman 147 Makalah ini menyatakan bahwa ujaran spontan, terbagi dalam unsur prosodik yang secara
persepsi  mudah  dimengerti,  dapat  menyediakan  banyak  informasi  linguistik  dan dapat  diamati  dalam  pola  yang  jelas.  Kami  memberikan  kajian  perintis  dengan
bukti  empiris  dan  kuantitatif,  mendukung  gagasan  bahwa  unit  prosodik  dapat berguna  untuk  memperoses  ujaran  spontan  secara  otomatis.  Konsistensi  antar-
pelabel  yang  tinggi  membuktikan  penerapan  segmentasi  prosodik  manusia. Serangkaian  hasil  kajian  tentang  ujaran  spontan  bahasa  Mandarin  Taiwan
menunjukkan  bahwa  pola  linguistik  yang  ditemukan  dalam  berbagai  aspek linguistik , dalam teori dapat digunakan untuk pemrosesan dan pemahaman ujaran
spontan.  Dalam  percobaan  penandaian  POS  otomatis,  ditunjukkan  bahwa transkrip yang dibubuhi keterangan dengan batasan prosodik menerima hasil yang
sedikit  lebih  baik  daripada  transkrip  original  yang  hanya  dibubuhi  dengan penggiliran  pembicara.  Dengan  mempergunakan  batasan  prosodik,  kita  dapat
menangani  masalah  ketidaklancaran  secara  langsung.  Kami  juga  menemukan bahwa  isyarat  frase  leksikal  dan  wacana  sering  diproduksi  secara  teratur  pada
batasan prosodik. Chao-Yang Lee dalam makalahnya yang berjudul identifikasi pengubahan
tekanan  suara  Mandarin  secara  skustik  oleh  pendengar  non-pribumi  Jurnal Language  and  Speech,  Volume  53,  Part  2,  2010,  halaman  217.  Kajian  ini
meneliti  pengidentifikasian  penggalan  tekanan  suara  bahasa  Mandarin  oleh pendengar  non-pribumi.  Kata-kata  dalam  bahasa  Mandarin  yang  bersuku  kata
Universitas Sumatera Utara
tunggal diproses secara digital untuk menghasilkan suku kata yang utuh, berpusat pada  diam  silent-center,  hanya  berpusat  ditengah  center-only,  dan  hanya
dipermulaan  onset-only.  Suku-suka  kata  tersebut  direkam  dengan  dua  frasa pembawa  sehingga  mengimbangi  tekanan  suara  pembawa  dan  permulaan  dari
tekanan suara target yang secara terus menerus atau terhenti pada frekuensi dasar F0. Suku-suku kata tersebut disajikan dengan frasa pembawa original, dipotong
dari  frasa  pembawa  atau  dipotong  dan  disilangkan  dengan  frasa  pembawa  yang lain. Keakuratan respon dan waktu reaksi diukur, dan pola paduan tekanan suara
telah dianalisa. Secara keseluruhan,  identifikasi tekanan suara  bervariasi sebagai kegunaan  modifikasi  dan  tekanan  suara.  Suku  kata  yang  utuh  dan  berpusat
ditengah  teridentifikasi  dengan  lebih  akurat  daripada    suku  kata  yang  hanya berpusat  ditengah  center-only,  dan  hanya  dipermulaan  onset-only.  Tekanan
suara  2  secara  konsisten  lebih  menantang  untuk  diidentifikasi.  Walaupun  level hasil  dari  siswa  kelas  tiga  mendekati  hasil  pendengar  pribumi  seperti  yang
dilaporkan  oleh  Lee,  Tao,  dan  Bond  2008,  pendengar  non-pribumi  tidak menunjukkan  bukti  penggunaan  informasi  co-artikukatoris.  Meskipun  demikian,
keberlanjutan  atau  pemberhentian  pada  F0  antara  pembawa  dan  tekanan  target telah  mempengaruhi  identifikasi  tekanan  suara,  menunjukkan  pengaruh  konteks
dalam pengidentifikasian tekanan suara non-pribumi.
2.5 Kerangka Berfikir