2.3.3.2 Sistem Bunyi Bahasa Karo
Bahasa Karo adalah salah satu diantara bahasa-bahasa daerah yang ada di Indonesia. Bahasa Karo mencerminkan adat-istiadat dari budaya Bahasa Karo.
Bahasa Karo adalah bahasa yang digunakan di Kabupaten Karo. Dalam pergaulan sehari-hari peranan bahasa Karo sangat fungsional. Pemakaiannya tidak saja
terbatas pada suku Karo, tetapi juga pada suku-suku pendatang yang ada di Medan.
Dalam bahasa Karo pada umumnya terdapat kata-kata yang di dominasi oleh vokal oleh karena itu mudah dicapkan, jelas di dengar, dan mudah ditengkap.
Tuturan bahasa Karo memiliki variasi bunyi vokal dan konsonan. Pada bunyi vokal [
ǝ] di awal dan di tengah kata dalam bahasa Indonesia, sering dihilangkan oleh penutur bahasa Batak Karo.
Contoh: mereka
[mre:ka] keluar
[klu:ar] sekali
[ska:li] berapa
[bra:pa] semua
[smu:wa] selasa
[sla:sa] Pada bunyi konsonan bahasa Karo memiliki variasi bunyi pada Bunyi [m]
bervariasai dengan bunyi [n] Contoh:
Belum [be:lun]
Bunyi [k] yang seharusnya diucapkan di tengah kata bervariasi dengan bunyi glottal [?]. contoh:
Universitas Sumatera Utara
Terpaksa [terpa?sa]
Saksi [sa:?si]
Maklum [ma:?lum]
Maksiat [ma?si:at]
Di samping itu penutur bahasa Batak Karo selalu memanjangkan bunyi vokal di antara suku-suku kata. Hal ini sudah menjadi ciri khas penutur bahasa Karo,
cirikhas tesebut merupakan variasi pada irama yang juga merupakan variasi prosodi.
Contoh: Mari
[ma:ri] Jangan
[ja:nan] Susah
[su:sah] Marah
[ma:rah] Lepas
[l ǝ:pas]
Bunyi [j] bervariasi dengan bunyi [z] bahasa Indonesia penutur Batak Karo contoh:
Jangan [za:n,an]
Jari [za:ri]
Majal [ma:zal]
Jeruk [z
ǝ:ru?] Jerami
[zra:mi]
Universitas Sumatera Utara
2.3.3.3 Sistem Bunyi Bahasa Toba
Bahasa batak Toba BT termasuk rumpun bahasa Austronesia. Bahasa BT merupakan salah satu dari lima sub bahasa Batak yaitu bahasa batak Karo, batak
Simalungun, Batak Pakpak-Dairi, dan Batak Angkola-mandailing. Marice 2010 memaparkan bahwa berdasarkan kelima bahasa tersebut, terdapat tiga kelompok
pembagian bahasa Batak yaitu kelompok I adalah batak Toba dan bahasa Batak Angkola Mandailng, kelompok II adalah hanya bahasa batak Sialungun dan
kelompok III adalah bahasa Batak Karo dan Pakpak-Dairi. Sibarani dalam Marice 2010 mengungkapkan dua alasan mengapa
masing-masing subsuku tersebut memiliki bahasanya sendiri, pertama, diantara subsuku pemakai bahasa itu sudah terdapat hambatan komunikasi atau hampir
tidak terdapat lagi saling pemahaman mutual intelligibility. Kedua, tiap-tiap suku itu mendukung dan menyatakan bahwa bahasa yang mereka pergunakan
adalah bahasanya sendiri. Sistem bunyi bahasa BT menurut Sibarani 1997 memiliki 19 buah fonem
yaitu a, b, c, d, e, g, h, i, j, k, l, m, n, o, p, r, s, t, u, dan ɳ. Huruf vokal BT dalam Marice 2010 terdiri dari fonem a, o, i, u dn e.
Semua fonem vokal tersebut dapat menempati semua posisi pada kata. Bahasa batak Toba memiliki variasi fonologis pada vokal dan konsonan. Pada vokal
penutur batak Toba tidak mengenal bunyi [ ǝ]
Contoh: Terik
[t ri?] Sebab
[s bab] Teman
[t ɛman]
Universitas Sumatera Utara
Sedih [s
ɛdih] Sepi
[s ɛpi]
Bunyi [ ǝ] bervariasi dengan bunyi [ɛ] pada penutur bahasa batak Toba. Dalam
bahasa batak Toba vokal rangkap ai bervariasi dengan bunyi [ ɛ].
Contoh: Gulai
[gul ɛ]
Sampai [samp
ɛ] Pantai
[pant ɛ]
Balai [bal
ɛ] Petai
[pet ɛ]
Vokal rangkap au bervariasi dengan bunyi [ ǝ]
Contoh: Pulau
[pul ǝ]
Gurau [gur
ǝ] Rantau
[ratt ǝ]
Lampau [lapp
ǝ] kemarau
[kemar ǝ]
pada konsonan bahasa batak Toba tidak mengenal bunyi [c]. Karena itu pada waktu mengucapkan bunyi tersebut maka terjadilah variasi bunyi. Bunyi [c]
divariasikan dengan [s]. Contoh:
Cabe [sab
ɛ] Calo
[salø] Cangkul
[sakkul]
Universitas Sumatera Utara
Cabang [sabag]
Cari [sari]
Bahasa batak Toba tidak mengenal bunyi [k] diawal kata. Karena itu pada waktu mengucapkan bunyi tersebt diawal kata maka terjadilah variasi bunyi. Bunyi [k]
divariasikan dengan bunyi [h] Contoh:
Kambing [habbing]
Kapal [hapal]
Kartu [hartu]
Karangan [harangan]
Bunyi [h] pada akhir kata tidak diucapkan. Contoh:
Sekolah [si?kola]
Perintah [p
ɛritta] Menengah
[m ɛnɛga]
Lebih [l
ɛbi] Kata-kata yang mempunyai bunyi sengau bagi penutur bahasa batak Toba selalu
dihilangkan dan duganti dengan konsonan yang sama dengan konsonan yang mengikuti sengau itu.
Contoh: Simanjuntak
[simajjuttak] Mungkin
[mukkin] Antar
[attar] Sombong
[sobbo ɳ]
Universitas Sumatera Utara
Sandar [saddar]
Pada studi eksperinmental Chen dalam Rooseman 20060 terdapat bahwa bahasa batak Toba adalah bahasa yanga memiliki tekanan stress. Tekanan
tersebut terlihat pada frekuensi fundamental. Perbedaan frekuensi fundamental antara silabel bertekanan dan silabel tidak bertekanan menjadikan tekanan pada
tuturan kata kurang jelas. Ketika perbedaan durasi antara silabel bertekanan dan tidak bertekanan pada kata akan memiliki tekanan. Jika kata yang menjadi terget
pada puncak nada, tekanan akan memiliki durasi yang lebih panjang.
2.3.3.4 Sistem Bahasa Melayu