diperoleh berdasarkan analisis dari Current State Map yang telah dibuat sebelumnya dan dengan menerapkan tool yang sesuai untuk digunakan.
3.5. Value Stream Mapping Tools
Shigeo Shingo 1989 merumuskan tujuh jenis waste yang ada di perusahaan yaitu kelebihan produksi overproduction, waktu tunggu waiting,
transportasi yang berlebihan excessive transportation, proses yang tidak tepat inapproriate processing, persediaan yang tidak penting unnecessary inventory,
gerakan yang tidak berguna unnecessary motion, dan. cacat defect. Hines dan Rich 1997 merumuskan tujuh alat pemetaan aliran nilai untuk menggambarkan
ketujuh waste ini. Ketujuh alat ini dapat diaplikasikan secara efektif, baik individual maupun kombinasi tergantung dari aliran nilai yang yang hendak
dipetakan. 1. Process Activity Mapping
Process activity mapping menggolongkan aktivitas menjadi lima jenis yaitu operasi, transportasi, inspeksi, delay dan penyimpanan. Operasi dan inspeksi
adalah aktivitas yang bernilai nilai tambah sedangkan transportasi dan penyimpanan berjenis penting tetapi tidak bernilai tambah dan delay adalah
aktivitas yang dihindari yang tidak memberikan nilai tambah. Terdiri dari beberapa langkah sederhana:
a. menggambarkan aliran proses produksi yang terjadi
b. mengindentifikasi waste yang ada, mengenai penyebab terjadinya dengan tool
5 Why
Universitas Sumatera Utara
c. mengevaluasi untuk tiap tahapan proses apakah dapat dieliminasi,
dikombinasi, diputar urutan prosesnya, atau disubstitusi agar urutan proses bisa lebih efisien
d. menyusun pola aliran yang lebih baik setelah tahap evaluasi tiap proses
dilakukan e.
mengukur kinerja setelah dilakukan perbaikan terhadap aliran proses produksi Dengan menggunakan process activity mapping, dapat diperoleh informasi
mengenai total waktu untuk aktivitas NVA dan VA, total jarak dan total waktu yang dibutuhkan untuk perpindahan material, dan jumlah operator di setiap
proses, dimana data-data ini dapat dijadikan dasar untuk melakukan analisis dan perbaikan di setiap proses.
2. Supply Chain Response Matrix Supply Chain Response Matrix adalah alat yang memberikan gambaran
kondisi leadtime untuk setiap proses dan jumlah persediaannya. Supply Chain Response Matrix berawal dari usaha untuk mempersingkat waktu dan perpindahan
logistik dari satu pihak ke pihak lain. Dimulai dari raw material yang berasal dari supplier sampai berada ke gudang, lead time selama proses produksi berlangsung
hingga barang dikirim kepada konsumen. Sehingga dari Supply Chain Response Matrix dapat diketahui total lead time yang dibutuhkan dimulai dari material
dikirim oleh pihak supplier hingga produk dikirim ke konsumen dan lamanya material berada di dalam sistem. Sehingga masing-masing lead time dan jumlah
Universitas Sumatera Utara
persediaan dapat di targetkan untuk perbaikan aktivitas yang terdapat pada process activity mapping.
3. Production Variety Funnel Production Variety Funnel berguna untuk mengetahui pada area mana terjadi
bottleneck dari input bahan baku, proses produksi sampai pengiriman pada konsumen. Pendekatan ini juga dapat digunakan untuk membantu memutuskan
mana yang menjadi target pengurangan persediaan dan membuat perubahan dalam
memproses suatu produk. Dari Production Variety Funnel dapat dilihat
perbandingan leadtime antara satu proses dengan proses lainnya yang akan menjadi pertimbangan dalam melakukan perbaikan dalam aktivitas proses
produksi.
4. Quality Filter Mapping Quality Filter Mapping adalah sebuah alat baru yang dirancang untuk
mengidentifikasi dimana masalah kualitas terjadi di dalam rantai pasok. Peta akan menunjukkan dimana tiga tipe dari cacat terjadi pada rantai pasok. Ketiga jenis
cacat tersebut yaitu: a.
Product defect, didefinisikan sebagai cacat pada barang yang diproduksi yang tidak tertangkap oleh bagian inspeksi sehingga produk sampai ke tangan
konsumen. b.
Service defect, adalah masalah yang diberikan ke konsumen yang tidak berhubungan langsung ke produk tetapi lebih kepada pelayanan, seperti
Universitas Sumatera Utara
kesalahan dalam penyampaian informasi mengenai pengiriman produk apakah terjadi keterlambatan atau tidak, ataupun terjadinya kesalahan dalam
pendokumentasian dan kertas kerja. c.
Internal scrap, merujuk kepada cacat yang dihasilkan pada proses produksi yang tertangkap oleh bagian inspeksi.
Pendekatan ini memiliki keuntungan dalam mengidentifikasi mana cacat yang terjadi sehingga dapat dilakukan perbaikan pada aktivitas tersebut.
5. Demand Amplification Mapping Demand Amplification Mapping dapat memperlihatkan hubungan antara
permintaan dari konsumen pada setiap periodenya. Berdasarkan informasi tersebut dapat direncanakan kebutuhan dari bahan baku yang dipesan dari supplier
sehingga tidak terlalu banyak persediaan disimpan di gudang.
6. Decision Point Analysis Decision Point Analysis adalah analisis terhadap titik dalam rantai pasok
dimana permintaan aktual pada sistem pull akan memberikan cara untuk meramalkan pada sistem push. Dengan kata lain, ini adalah titik dimana produk
akan berhenti diproduksi berdasarkan permintaan aktual dan diproduksi berlawanan dengan peramalan.
Universitas Sumatera Utara
7. Physical Structure Physical Structure dapat menunjukkan rantai pasok pada level industri dengan
memahami bagaimana operasi berlangsung di industri dengan memberikan perhatian ke tahapan yang mungkin tidak cukup mendapat perhatian untuk
dikembangkan.
3.6. Peta Proses Kelompok Kerja Gang Process Chart